Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Kamu Belum Hebat Jika Belum Mengenal Orang Hebat yang Sesungguhnya

7 Juni 2019   14:46 Diperbarui: 7 Juni 2019   14:50 231 5
Jika harta kita yang banyak, pengetahuan kita yang luas, dan jabatan kita yang tinggi dikatakan hebat, sabar dulu, itu belum seberapa.

Ingatlah, sebelum kita memiliki harta yang banyak, sebelum kita mempunyai pendidikan yang tinggi, pekerjaan yang mapan, dan jabatan terhormat, kita hanyalah manusia yang tak ada apa-apanya.

Ingatlah, ketika pertama kali kita dilahirkan, kita hanyalah bayi yang tahunya hanya menangis, bahkan tak sehelai benang pun yang kita pakai.

Ingatlah, siapa yang melahirkan kita? Siapa yang merawat kita? Siapa yang menyusui? Siapa yang mencari nafkah untuk kita hingga makanan kita pun terjamin, dan pertumbuhan kita berjalan dengan baik.

Ingat lagi, siapa yang mendidik kita? Siapa yang menyekolahkan kita? Siapa yang rela makan seadanya (mungkin juga jarang makan), hanya untuk memastikan bahwa makanan kitalah yang harus tercukupi.

Ingat juga, siapa yang selalu gelisah saat di masa kecil dulu kita merasakan sakit, bahkan di usia kita yang telah dewasa. Siapa yang ketika memarahi kita, tak menyimpan rasa dendam. Siapa yang marah pada kita tapi masih saja tulus medoakan kita.

Renungkan lagi dan renungkan, siapakah orang yang begitu tulusnya melakukan hal-hal demikian. Bagaimana jika saat kita baru terlahir, orang tersebut sudah hitung-hitungan? Bagaimana jika orang itu, ketika marah, mereka pun langsung dendam kepada kita? Masih bisakah kita tumbuh dengan baik? Masih bisakah kita bersekolah?

Sudah ingat, kan? Sudah ingat mereka adalah orangtua kita, yang kasih sayangnya begitu tulus, doanya selalu mengalir untuk kita, dan tak ada ruang di hati mereka untuk dendam walaupun kita pernah menyakitinya.

Nah, jika sudah paham. Harusnya kita tahu bahwa, harta kita yang banyak, pendidikan kita yang tinggi, dan jabatan kita yang terpandang, belum bisa dikatakan hebat, jika semuanya belum mampu untuk membuat kedua orangtua kita selalu tersenyum.

Prestasi apapun yang kita miliki saat ini bukanlah apa-apa jika orangtua kita masih sering bersedih karena kita. Kehormatan apapun yang diberikan orang-orang kepada kita, tak ada nilainya jika dibandingkan bakti kita yang tulus pada orangtua kita, yaitu dengan sebab kita, mereka akan selalu bahagia dan tersenyum.

Jangan sampai kita telah menganggap diri kita hebat, padahal kitalah orang yang celaka dan rugi. Perhatikan apa yang disampaikan Rasulullah Saw., berikut,

"Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina." Ada yang bertanya, "Siapa, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga." (HR. Muslim)

Betapa tegasnya Rasulullah menyebutkan hadis ini. Beliau sampai mengulangi tiga kali ungkapan 'sungguh terhina'. Rasulullah sungguh menginginkan agar kita benar-benar maksimal berbuat baik dan berbakti kepada kedua orangtua kita, jika mereka masih hidup.

Jangan pernah menyia-nyiakan mereka. Buatlah mereka bahagia dengan segenap yang kita miliki. Jika kita belum mampu maksimal untuk membuatnya selalu tersenyum, minimal kita tak membuatnya bersedih, apalagi terluka karena ulah kita.

Orangtua itu adalah pintu surga paling tengah. Keberadaan mereka berarti peluang kita untuk meraih surga. Berbaktilah selalu, secara maksimal dan jangan pernah bosan untuk itu. Sebab, seandainya seumur hidup kita lakukan hanya berbakti kepada mereka, itu belumlah cukup. Tak akan pernah cukup jika dibanding dengan apa yang telah mereka lakukan untuk kita.

Sungguh beruntunglah kita karena orangtua kita tak menuntut balasan. Seandainya iya, maka kita tak akan pernah bisa dan jadilah kita orang yang berutang.

Tak ada amalan yang paling baik yang kita lakukan kepada manusia (kecuali bakti istri pada suaminya, tapi hal ini dihitung setelah menikah), dibanding dengan bakti kita kepada orangtua kita. Maka, jangan pernah sia-siakan kesempatan itu.

Jangan mengaku hebat jika bakti kepada orangtua belum maksimal. Dan belum bisa dikatakan sukses jika bakti kepada orangtua belum menjadi prioritas. Orangtua adalah pintu kebaikan yang disiapkan oleh Allah untuk kita dalam meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Laluilah pintu itu dengan memaksimalkan bakti pada mereka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun