pagi jernih jatuh menikam bumi bersimbah peluh
mimpi-mimpi di penghujung tidur taknyenyak
menyisakan seonggok duka
dalam luka menganga
dalam kondisi pedih mengiris
kubuka medsos
ternyata dunia kematian menguasai jagat maya
bau busuk menyengatkuat
merekat dalam ruang-ruang imajinasiku
takbisa kucerna dengan lebih sempurna
ditengah-tengah kotbah,tausyiah, webinar,fgd, dialog  melalui zoom
mengusung tema
pentingnya kehidupan kokoh melawan pandemi
banyak orang mesti mengakhiri
hidupnya
dengan cara-cara
irasional, non religius
selalu saja ada pikiran-pikiran paradoks, ambivalen dan inkonsistensi
melumuri kedirian manusia fana
yang kontra produktif
dalam koridor moral, hukum dan agama
nafsu seseorang membunuh diri
telah ada sejak zaman baheula
dengan beragam
alasan
dalam berbagai cara
setengah abad silam
orang bunuh diri
dengan menenggak baygon
menjatuhkan diri
dari pohon kelapa
atau  menggantung diri
dengan tambang
di zaman-zaman kemudian orang bunuh diri dengan
membiarkan dirinya tergeletak di tengah jalan
kereta
lalu kereta menghabisi tubuh orang itu terbelah-belah
dan tanpa harus melewati proses rumit dan panjang
di rumah sakit
identitasnya cepat dikenali
beberapa kasus bunuh diri
dilakukan dengan menjatuhkan diri
dari lantai kesekian apartemen atau hotel berbintang
kasus-kasus bunuh diri di zaman ini
akibat pandemi
terbelit utang rentenir
di teror debt  collector
poligami
kasus politik
dibohongi perusahaan abal-abal
dan sebagainya
dan sebagainya
semua agama
penghayat kepercayaan
memaknai hidup itu sebagai angerah Allah
kita semua wajib memuliakan kehidupan
sebagai tanda kita adalah ciptaan Allah yang mulia
kita harus melawan pembunuhan akibat perang, teroris, kkb, perampasan kekuasaan, genocide
kita harus mempertahankan sebuah kehidupan
dan biarlah kematian itu datang pada saatnya
sesuai dengan rencana dan kairos Allah
jauhkan pikiran
dan nafsu untuk membunuh
dan untuk membunuh diri!
Jakarta 17 September 2021/pk 3.57
Weinata Sairin