Satu hal yang membuat saya kagum karena di stasiun yang sekaligus menjadi gabungan terminal mini itu tersedianya ruang foto kopi dan tempat penitipan barang. Bagi siapa saja yang punya urusan mendesak - yang belum punya tempat tinggal/hotel (pesanan) akan dapat memanfaatkan tempat titipan itu. Seperti yang saya alami, saya ingin menuju kantor di seputar lapangan banteng. Saya hanya membawa sepucuk surat dan tas kecil. Hanya dengan berjalan kaki saya pun sudah sampai di lapangan Banteng. Tas besar yang saya titipkan di loker dihitung setiap jam per Rp 1,000
Demikian itulah kesan singkat saya yang sempat mampir sehari di stasiun yang benar-benar berada di pusat kota Jakarta. Ciri khas pendukung stasiun tertua ini tiada lain di bagian kiri-kanan, depan-belakang ada Tugu Monas dan Istana Presiden, Istana Wakil Presiden, perkantoran pusat (departemen), Kedubes Amerika, kantor Gubernur DKI, dekat masjid Istiqlal Jakarta. Dari angkutan besar hingga ojek dan bajay pun hampir tersedia selama 24 jam.
Tapi disini pula orang yang hanya banyak suka mampir akhirnya juga mangkir. Mangkir dari tidak akan lama-lama (karena memang numpang lewat, para pedagang sulit membuat pengunjungnya menjadi pelanggan tetap, orang senang tapi tidak bisa berlama-lama.). Tapi siapa saja yang mangkir, tentu akan menjawab kalau sewaktu waktu mereka akan kembali mampir di Gambir.