Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

ATM itu Fasilitas Publik, Jangan Membuat Orang Lain Menunggu Lama!

13 April 2021   08:29 Diperbarui: 13 April 2021   08:39 820 7
Tiba di gerai ATM dan ternyata penuh. Lalu antre dan harus menunggu lama sampai orang di depan selesai bertransaksi. Apa yang saya alami dan jumpai sore kemarin (12/4/2021) barangkali bisa jadi renungan atau pelajaran bersama.

Bisa dipahami bahwa menjelang Ramadan, orang-orang merasa perlu mengambil sejumlah uang dari tabungannya guna memenuhi kebutuhan selama puasa. Maka saya maklum ketika di bank sore itu menjumpai beberapa orang sedang antre di luar gerai ATM. Mereka pasti hendak menunggu giliran untuk menarik tunai, setor tunai, cek saldo, transfer atau melakukan transaksi lainnya.

Saya pun punya maksud yang sama. Ingin menarik tunai agar ada pegangan karena mengandalkan sepenuhnya pada saldo uang elektronik atau kartu debit masih terlalu riskan sebab belum semua tempat jual beli menerima pembayaran nontunai.

Pada kedatangan pertama saya putuskan untuk tidak ikut antre. Saya meninggalkan lokasi dan menuju swalayan yang tak jauh dari lokasi untuk membeli beberapa kebutuhan. Harapannya saat kembali lagi ke gerai ATM beberapa menit kemudian, antrean sudah berkurang.

Perkiraan saya mendekati kebenaran. Saat tiba kembali ke gerai ATM, antrean sudah berkurang. Saya hanya menunggu sebentar sebelum masuk ke dalam gerai ATM yang AC-nya superdingin.

Di dalam ada beberapa mesin ATM. Dua di antaranya untuk memfasilitasi setor tunai. Saya sendiri akan menggunakan mesin tarik tunai.

Semua mesin masih sedang digunakan oleh orang-orang untuk urusannya masing-masing. Dinginnya suhu di dalam gerai ATM membuat saya nyaman pada awalnya. Tak masalah harus menunggu satu orang sampai ia menyelesaikan transaksinya. Sementara beberapa orang lain telah ikut masuk ke dalam gerai dan menunggu giliran di mesin ATM lain.

Rasa kurang nyaman mulai saya dapati ketika satu orang di depan saya ternyata tak kunjung beranjak. Beberapa kali suara mesin ATM terdengar tanda transaksi tarik tunai sebenarnya sudah selesai. Namun, ia kembali bertransaksi. Terdengar suara tombol kembali dipencet. Menu-menu transaksi dipilih lagi.

Saat saya merasa transaksinya sudah selesai, ternyata saya salah duga. Lagi-lagi ia sibuk untuk kesekian kalinya. Barangkali ia perlu menarik uang dalam jumlah besar. Sementara setiap kali tarik tunai, mesin ATM membatasi nominalnya. Sehingga ia harus beberapa kali melakukan tarik tunai sampai jumlahnya pas sesuai yang dibutuhka

Namun agaknya ia tak bertransaksi tarik tunai saja. Sempat saya memiringkan kepala demi bisa melihat panel transaksi pada layar ATM. Sepertinya ia juga melakukan transfer atau transaksi pembayaran lain.

Hampir 15 menit saya menunggu giliran. Sementara mesin ATM di sebelah telah dua kali berganti pengguna. Sampai akhirnya penantian saya berakhir. Orang di depan saya berbalik badan lalu melangkah keluar dari gerai. Segera saya maju mendekat ke mesin ATM. Menyemprot tombol dan layarnya dengan hand sanitizer lalu membersihkannya dengan tisu basah yang saya bawa. Selanjutnya saya menunaikan kebutuhan. Mengambil sejumlah uang, mengakhiri transaksi, kemudian pulang.

Walau demikian saya terus mencerna apa yang baru saja saya jumpai dan alami di gerai ATM. Sepertinya ada semacam adab, aturan, atau tata tertib yang telah terlupakan ketika bertransaksi menggunakan mesin ATM.

Saya tidak tahu apakah ada aturan atau petunjuk tertulis mengenai bagaimana seharusnya orang memperlakukan mesin ATM. Mungkinkah sebenarnya bank punya aturan-aturan itu, tapi tidak pernah kita mendapatkannya sebagai edukasi?

Ada atau tidak ada aturan tertulisnya, saya merasa bahwa mesin ATM adalah fasilitas publik. Dengan demikian kita harus melekatkan beberapa etika atau adab kepublikan ketika menggunakan ATM.

Layaknya menggunakan fasilitas publik lainnya seperti toilet umum dan trotoar, setiap orang mestinya menyadari bahwa ada orang lain yang juga berhak atas kesempatan untuk menggunakan ATM. Hak kita untuk bertransaksi di ATM juga bersinggungan dengan hak orang lain atas fasilitas yang sama.

Maka dari itu perlu semacam kesadaran tentang tata cara bertransaksi di ATM dalam konteks pemanfaatannya sebagai fasilitas publik.

Pertama, kita perlu membatasi diri untuk bertransaksi tidak lebih dari dua kali secara berturut-turut. Ini perlu dipertimbangkan manakala ada orang lain yang sedang antre di belakang kita.

Ambil contoh, setelah menyelesaikan satu penarikan tunai di ATM, masih bisa dimaklumi kalau kita hendak melakukan tarik tunai sekali lagi atau harus mentransfer ke rekening lain. Namun, jika masih ada transaksi lain yang ingin kita lakukan, alangkah baiknya kita mundur dulu dan memberi kesempatan pada orang yang sedang antre di belakang kita. Siapa tahu urusannya lebih mendesak. Setelah ia selesai dengan urusannya, barulah kita melanjutkan lagi kepentingan kita.

Pemahaman tentang etika semacam ini akan sangat penting di lingkungan seperti kampus dan rumah sakit di mana mahasiswa dan keluarga pasien sering membutuhkan transaksi sesegera mungkin.

Kedua, sangat penting untuk datang ke gerai ATM dengan lebih dulu memastikan kepentingan kita. Tetapkan tujuan dan kebutuhan secara jelas sebelum memencet tombol mesin ATM. Jika sejak awal kita hanya ingin menarik tunai sejumlah uang, maka pastikan memang itu kebutuhannya dan kita tak akan akan berubah pikiran saat berada di mesin ATM.

Seringkali orang menjadi lebih lama berpikir ketika hendak menetapkan angka saldo yang diinginkan. Awalnya ingin menarik Rp300.000. Tiba-tiba ada bisikan gaib butuh Rp500.000. Sudah hampir memencet angkanya, lalu bimbang dan berubah pikiran lagi. Akhirnya kembali ke keinginan awal.

Demikian pula ketika hanya ingin memeriksa saldo atau melakukan update balance kartu uang elektronik. Cukupkan itu saja. Jangan tiba-tiba melanjutkan transaksi lain dengan alasan "mumpung di ATM, sekalian top up dompet uang elektronik OVO, Gopay, dan Shopee Pay".

Kalau tidak ada orang lain yang sedang mengantre, hal itu tampak sah-sah saja. Akan tetapi saat ada orang lain di belakang kita, maka tindakan kita telah membuatnya berada dalam ketidaknyamanan karena harus menunggu lebih lama.

Etika yang kurang lebih sama juga diperlukan saat hendak melakukan transfer. Sebaiknya tidak menanyakan nomor rekening yang hendak ditransfer ketika kita sudah tiba di depan mesin ATM.

Perilaku seperti ini beberapa kali saya jumpai. Ketika seseorang baru menanyakan nomor rekening tujuan saat sudah di depan ATM, ia kadang tidak cukup sadar untuk mengalah atau mempersilakan orang lain yang lebih dulu siap untuk bertransaksi. Oleh karena itu, ketika hendak melakukan transfer, pastikan kita sudah mengetahui nomor rekening tujuan dan identitas penerimanya.

Jangan sampai di depan mesin ATM kita baru menelepon, "halo, ini rekeningnya atas namamu kan? yang nomor belakangnya bla bla bla".

ATM itu fasilitas publik. Berbagilah dan jangan membuat orang lain terlalu lama menunggu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun