Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Rasyid dan Afriyani

3 Januari 2013   13:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:34 569 1
Kasus kecelakaan dengan pengemudi mabuk atau mengantuk bukan cerita baru. Dan di Jakarta sejumlah kejadian kecelakaan yang menyebabkan nyawa manusia melayang pun hampir tiap hari terjadi. Namun ada 2 kejadian dalam kurun waktu dan tempat berbeda yang menarik perhatian publik. Pertama, kecelakaan di dekat tugu tani, Jakarta Pusat yang lebih dikenal dengan kasus Xenia maut menjadi peristiwa kecelakaan dengan korban tewas terbanyak yang sulit dilupakan. 9 nyawa melayang akibat kesembronoan Afriyani Susanti, perempuan pengemudi yang konon mabuk saat berkendara.

Peristiwa kedua yang yang saat ini ramai diperbincangkan adalah tabrakan BMW maut dengan Luxio yang baru terjadi di awal tahun 2013 yang menewaskan 2 orang. Kasus ini jadi kontroversi karena melibatkan anak petinggi negeri ini, putra Menko Perekonomian Hatta Rajasa sebagai pelaku penabrakan. Kasus kedua ini kabarnya menurut hasil penyeldidikan sementara polisi akibat pelaku mengantuk.

Kasus ini memang belum lagi usai. Saya mencatat sejumlah kejanggalan. Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 6 pagi ini nyaris "menguap" dari media. Pelaku menghilang tak tentu rimbanya. Barang bukti tak sempat terlacak, 'disimpan' entah dimana. Polisi pun tiba-tiba 'sakit gigi', tak mau berkomentar sedikitpun.

Kasus ini sedikit 'benderang' manakala ada konferensi pers dari Hatta Rajasa dan keluarga. Hatta yang juga besan presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui anak bungsunya, Rasyid Amrullah Rajasa, terlibat kecelakaan maut yang menewaskan dua orang. Publik dibuat lega ada pernyataan ini.

Setelah itu Hatta yang akan maju sebagai calon presiden dalam Pemilu 2014, dengan timnya melayat dan ikut menshalatkan salah satu korban tewas. Lewat media, publik dibuat trenyuh dengan langkah politisi yang tak biasa ini. Berani muncul ke publik, meminta maaf, menanggung semua biaya pengobatan, penguburan dan biaya sekolah anak korban.

Setelah pertemuan itu keluarga korban menyatakan tak akan menuntut balik atas kematian anggota keluarganya. Jalan damai ternyata ditempuh Hatta demi si bungsu.

Saya menilai langkah-langkah yang diambil Hatta Rajasa sebagai komunikasi politik yang cukup baik. Ia memposisikan diri sebagai pribadi yang bertanggung jawab, tidak lari dari masalah. Berani menanggung resiko atas perbuatan yang dilakukan anaknya.

Tapi tunggu dulu... Kemana Rasyid, yang sudah ditetapkan Polda Metro Jaya sebagai tersangka kini berada? Rupanya Rasyid sengaja 'disembunyikan' karena trauma dan sakit maag yang akut. Rasyid dirawat di RS Pertamaina untuk menyembuhkan trauma dan maag akutnya.

Poin terakhir inilah yang kemudian menimbulkan tanda tanya. Mengapa Rasyid harus 'disembunyikan'? Bukankah ia sudah menyebabkan hilangnya nyawa 2 orang warga tak berdosa? Apakah alasan sakit pelaku penabrakan itu ada dalam undang-undang? Saya kok tak yakin.

Apa bedanya antara Rasyid Rajasa dan Afriyani Susanti ? Apa karena Afriyani adalah orang 'biasa' sehingga langsung ditahan? Apakah karena menyandang nama belakang seorang 'Rajasa' sehingga Rasyid kebal dari hukuman? Ada diskriminasi perlakuan yang terjadi dalam kasus Rasyid.

Hari ini (Kamis, 3 januari 2013) pihak RS Pusat Pertamina menggelar konpers mengenai kondisi kesehatan Rasyid. Publik memang berhak tahu kondisi Rasyid, tapi saya curiga pemaparan kondisi kesehatan ini hanya akan digunakan sebagai pembenaran bahwa Rasyid sakit, rapuh, tak bisa menjalani proses hukum.

Nyali aparat penegak hukum kita sekali lagi diuji dalam kasus ini. Apakah mereka akan terpana dengan penjelasan Hatta Rajasa bahwa kasus ini selesai karena keluarga korban tidak menuntut secara hukum? Ataukah bakal menegakkan keadilan setegak-tegaknya?

Kasus ini akan jadi batu ujian bagi polisi dan bakal jadi preseden buruk jika alasan sakit maag akut yang membuat tersangka tidak ditahan dibiarkan begitu saja. Jika ada kejadian serupa jangan kaget bakal ada sejuta alasan sakit demi menghindari hukum. Kita sudah lelah diberi tontonan kebohongan demi kebohongan dari aparat maupun politisi.

Buat pak Hatta Rajasa, saya setuju dengan anda bahwa kejadian itu adalah musibah. Keluarga korban pun sama pahamnya dengan saya warga biasa. Tapi alasan mengantuk atau mabuk saat berkendara sehingga menyebabkan hilangnya nyawa orang lain tetap tidak dibenarkan. Ini harus tetap diproses di jalur hukum.

Yang pasti, publik akan mencatat dan mengawal kasus ini. Kita tak akan pernah lupa dan berusaha untuk tidak melupakan semua proses yang berlangsung. Apakah Hatta Rajasa akan menjadi politisi yang taat dan hormat pada hukum? Ataukah sama dan sebangun dengan pejabat lainnya yang kerap menyepelekan hukum? Waktu yang akan membuktikannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun