Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Mutiara Malam

20 Februari 2011   17:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:25 346 0
Tepat pukul satu malam. Danang terbangun, bisikan itu menyuruhnya untuk mengambil air wudhu, dilanjutkan sholat tahajud. Dalam sujud, dia menangis, mengingat  dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya.

Dia teringat sosok ibunya, yang dengan tabah mengajar, membela, dan berbuat sesuatu demi kebaikannya. Waktu Danang sakit, ibunya lah yang selalu menjaga  sampai kurang tidur. Ibu Danang pernah terjatuh dari tempat tidur, dan kepalanya terbentur lantai.  Dalam hati hatang, ia mengatakan, "Ibu, maaf kan aku, sampai saat ini belum bisa membahagiakan mu".

"Untuk Ayah, yang senantiasa berjuang untuk memberi nafkah keluarga, berjuang dengan gigih agar dapur terus mengepul. Maaf kan, karena sampai saat ini belum bisa menggantikan bapa sebagai tulang punggung". Ungkap Danang dalam hati.

Teringat juga sama sodara-sodaranya yang lain,

Selain untuk orang tua, rasanya wajib bagi Danang untuk  mendoakan teman-temannya. Karena, selama ini dia tingal bersama mereka. Suka duka, dialami bersama. Walau pun kadang, Danang merasa jengkel, marah, dongkol, tapi pada hakikatnya dia tetap cinta dan sayang karena Allah SWT. "Maaf kan aku teman, karena sering merepotkan kalian. Semoga, aku tidak bisa membalas jasa kalian. Semoga Tuhan yang membalas". Bisik Danang dalam hati.

Terpikir olehnya tentang nasib bangsa ini ke depan.  Korupsi yang meraja lela dan kasus kriminal lainnya yang senantasa terjadi di negeri ini. Miris ketika melihat ada sebagian besar dari masyarakat yang hidup miskin dan terlantar.

bersambung...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun