Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Menuju RI-1 ala Bang Sappe

13 Mei 2011   00:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:47 108 0
"2014 adalah milik kita. Saatnya kita bersatu dalam barisan nasional. Mari ikutlah bergabung ke partai kita yang terbesar saat ini, Partai Payung Dara", ujar Bang Sappe dengan penuh semangat.

"Dengan jabatan dan pengaruh yang kamu miliki sekarang, niscaya legislatif kita kuasai, dan RI-1 ditangan kita", Bang Sappe melanjutkan.

"Gitu ya, oh ya, masa, hmm..", Pak Binhot hanya bisa mengangguk-angguk dengan pikiran menerawang mencoba meladeni cerita Bang Sappe, kawan masa kecilnya.

Meskipun Pak Binhot salut atas karir politik Bang Sappe yang saat ini menjadi Ketua DPP Partai Payung Dara, tak sedikipun ia tertarik dengan ajakan Sappe untuk masuk ke dunia politik.

Dalam bayangan Pak Binhot, politik itu adalah kotor dan kejam, tidak cocok dengan kepribadian Binhot yang idealis dan lurus saja memandang dunia ini. Dan kedatangan Bang Sappe ke perusahaan pimpinan Pak Binhot hari ini hanya mengingatkan nostalgia masa kecil mereka.

Dahulu, di sebuah desa bernama Lumban Samosir, Kecamatan Berampu, sekitar 20 menit perjalanan dengan sepeda motor dari kota Sidikalang menuju Parongil, bertemanlah 5 orang anak kecil. Sappe waktu itu duduk di kelas 4 SD, sedangkan 4 orang lainnya duduk di kelas 2, Binhot, Prancis, Ateng dan Ranto.

Waktu itu Bang Sappe mengajak Geng kecilnya bermain di pinggiran kampung (huta -pen). Oleh karena faktor umur Bang Sappe tampil memegang kendali terhadap 5 sekawan ini. Geng dijanjikan akan dibawa memeriksa beberapa kotak 'Jobang' (perangkap burung) yang dipasang Bang Sappe di semak belukar di perbatasan kampung, sehari sebelumnya. Tentu saja anggota Geng sangat senang, terbayang seperti petualangan seru si Bolang demi mendapatkan banyak burung hasil tangkapan perangkap Jobang.

Untuk mencapai lokasi Jobang, geng harus menembus semak belukar dan lapisan ilalang.
Semakin dalam semak yang dilalui semakin seram perasaan Binhot, Prancis, Ateng dan Ranto. Tetapi Bang Sappe sang komandan tetap meyakinkan bahwa Jobang memang letaknya jauh di dalam semak belukar.

Sebelumnya Bang Sappe telah meminta Binhot mencarikan dan membawa serta sepotong kayu yang ujungnya bercabang dua, sedang ketiga anak yang lain diminta mencari dedaunan yang cukup lebar dan harus mulus lembut-tidak boleh bergerigi. Masing-masing anak harus membawa minimal 3 lembar daun. Semua syarat itu telah dipenuhi tanpa boleh bertanya untuk apa.

Tibalah di lokasi yang dimaksudkan, Bang Sappe dengan gaya komandan peleton menghentikan gerak pasukan mengangkat kepalan tangan kanan.
"Ssst..Berhenti!, Jobang nya ada 10 meter di depan. Kalian berempat tunggu disini saja. Biarkan aku yang masuk memeriksa dahulu ke dalam supaya kedatangan kita berlima tidak mengusik burung tangkapan".

Binhot, Prancis, Ateng dan Ranto saling berpandangan, walau ahirnya saling mengangguk mengiyakan instruksi dari Bang Sappe.

"Sekarang serahkan batang kayu dan daun-daun yang dibawa. Aku mau masuk ke dalam sana." ujar Bang Sappe

Masuklah Bang Sappe ke rerimbunan semak, meninggalkan ke empat anak yang lain. Ditunggu 3 menit, 5 menit, belum ada kode dari Bang Sappe. Sampai kira-kira 15 menit tak juga ada tanda-tanda.

Binhot yang sudah tidak sabar akhirnya mengajak teman-temanya menyusul masuk ke tempat yang dimaksud Bang Sappe. Dengan formasi menyergap masuklah mereka.

Tidak ada Jobang, tidak ada tanda-tanda jejak burung. Semakin ditelusuri ditemukan hanya jejak semak yang dirapikan dan selingkar tanah yang rata. Prancis dan Ranto yang paling semangat memeriksa, perasaan di hidung malah aroma tidak sedap yang muncul.

Binhot mencoba tenang berdiri menganalisa situasi tersebut. Sampai tiba saat Ateng menemukan daun-daun yang dibawa oleh Bang Sappe dari mereka. Daun itu menggumpal dan terletak di satu titik, dibukanya.

"Uhh..Taiikk", teriak Ateng sembari mencampakkan bungkusan tersebut ke arah Prancis.

Prancis tak sempat mengelak, kontan saja cairan kuning muncrat berselemak di pinggangnya.
"Puckimat kau Sappe !", katanya

"Hahahaha",
Layaknya mengelak granat yang hendak meledak, Binhot, Ranto dan Ateng melompat menjauhi Prancis.

Bocah-bocah itu pun sadar telah dikerjai Bang Sappe. Parah lagi, hanya jejak bekas semak dengan arah memutar balik ke pinggir kampung yang ditemukan. Hingga malam hari tiba, Bang Sappe tidak menunjukkan 'muncung' di tempat Geng bermain biasanya.

Binhot ingat betul peristiwa itu. Meski sudah 33 tahun yang lalu, Bang Sappe masih seperti Bang Sappe yang dulu.[*]

Medan, Mei 2011

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun