Mohon tunggu...
Simahir Pakpahan
Simahir Pakpahan Mohon Tunggu... Pemadam Kebakaran - Mahasiswa Paksa Sarjana di Universitas Kehidupan

Sisi lain seorang Pemburu Jejak Rupiah, http://www.simahir.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menuju RI-1 ala Bang Sappe

13 Mei 2011   00:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:47 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"2014 adalah milik kita. Saatnya kita bersatu dalam barisan nasional. Mari ikutlah bergabung ke partai kita yang terbesar saat ini, Partai Payung Dara", ujar Bang Sappe dengan penuh semangat.

"Dengan jabatan dan pengaruh yang kamu miliki sekarang, niscaya legislatif kita kuasai, dan RI-1 ditangan kita", Bang Sappe melanjutkan.

"Gitu ya, oh ya, masa, hmm..", Pak Binhot hanya bisa mengangguk-angguk dengan pikiran menerawang mencoba meladeni cerita Bang Sappe, kawan masa kecilnya.

Meskipun Pak Binhot salut atas karir politik Bang Sappe yang saat ini menjadi Ketua DPP Partai Payung Dara, tak sedikipun ia tertarik dengan ajakan Sappe untuk masuk ke dunia politik.

Dalam bayangan Pak Binhot, politik itu adalah kotor dan kejam, tidak cocok dengan kepribadian Binhot yang idealis dan lurus saja memandang dunia ini. Dan kedatangan Bang Sappe ke perusahaan pimpinan Pak Binhot hari ini hanya mengingatkan nostalgia masa kecil mereka.

Dahulu, di sebuah desa bernama Lumban Samosir, Kecamatan Berampu, sekitar 20 menit perjalanan dengan sepeda motor dari kota Sidikalang menuju Parongil, bertemanlah 5 orang anak kecil. Sappe waktu itu duduk di kelas 4 SD, sedangkan 4 orang lainnya duduk di kelas 2, Binhot, Prancis, Ateng dan Ranto.

Waktu itu Bang Sappe mengajak Geng kecilnya bermain di pinggiran kampung (huta -pen). Oleh karena faktor umur Bang Sappe tampil memegang kendali terhadap 5 sekawan ini. Geng dijanjikan akan dibawa memeriksa beberapa kotak 'Jobang' (perangkap burung) yang dipasang Bang Sappe di semak belukar di perbatasan kampung, sehari sebelumnya. Tentu saja anggota Geng sangat senang, terbayang seperti petualangan seru si Bolang demi mendapatkan banyak burung hasil tangkapan perangkap Jobang.

Untuk mencapai lokasi Jobang, geng harus menembus semak belukar dan lapisan ilalang.
Semakin dalam semak yang dilalui semakin seram perasaan Binhot, Prancis, Ateng dan Ranto. Tetapi Bang Sappe sang komandan tetap meyakinkan bahwa Jobang memang letaknya jauh di dalam semak belukar.

Sebelumnya Bang Sappe telah meminta Binhot mencarikan dan membawa serta sepotong kayu yang ujungnya bercabang dua, sedang ketiga anak yang lain diminta mencari dedaunan yang cukup lebar dan harus mulus lembut-tidak boleh bergerigi. Masing-masing anak harus membawa minimal 3 lembar daun. Semua syarat itu telah dipenuhi tanpa boleh bertanya untuk apa.

Tibalah di lokasi yang dimaksudkan, Bang Sappe dengan gaya komandan peleton menghentikan gerak pasukan mengangkat kepalan tangan kanan.
"Ssst..Berhenti!, Jobang nya ada 10 meter di depan. Kalian berempat tunggu disini saja. Biarkan aku yang masuk memeriksa dahulu ke dalam supaya kedatangan kita berlima tidak mengusik burung tangkapan".

Binhot, Prancis, Ateng dan Ranto saling berpandangan, walau ahirnya saling mengangguk mengiyakan instruksi dari Bang Sappe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun