Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Jangan Lupa Keluarkan Anunya, Bos!

17 April 2015   07:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:00 76 0
Dalam sebuah sarasehan manejemen sumber daya manusia yang diadakan di suatu tempat di Jakarta akhir tahun 2014 dengan topik “Menyiasati Kepeningan Bos Di Zaman Demokrasi”, Jon Kampiun sempat mengutarakan pemikirannya kepada sesama peserta tentang mengapa seorang bos marah.

Menurut Jon Kampiun, bos marah kepada anak buahnya tentunya karena berbagai alasan. Jarang dijumpai bos marah begitu saja tanpa sebab. Kecuali kalau bos sedang mabuk atau baru saja dimarahi oleh atasannya atau mungkin punya masalah pribadi dengan keluarganya atau bisa jadi masalah lain yang kemudian ditumpahkannya kepada anak buah.

Jon Kampiun menjelaskan bahwa bagaimanapun juga anak buah harus menyadari bahwa tidak ada gunanya mempermasalahkan masalah, termasuk menyalahkan bos yang marah. Dengan kata lain lebih baik mencari solusinya.

Selesai menjelaskan, Jon Kampiun bertanya, “ Bagaimana menyiasati bos agar marahnya berhenti ?. Apakah perlu bos yang sedang marah kita marahi sehingga bos berhenti marah ?”

Peserta tersenyum. Peserta tertawa kecil. Peserta cemberut. “Saya belum berpikir jauh ke arah sana.. tetapi yang jelas kita mesti tahu dahulu apa penyebab bos marah….” Kata seorang peserta yang lain.

“Ya boleh-boleh saja kita cari penyebab mengapa bos marah, namun itu perlu waktu dan belum tentu ketemu” Kata Jon Kampiun. “Lantas bagaimana ?” tanya peserta itu sambil mengunyah makanan kecil yang tersedia.

“Sekali lagi kita harus memegang prinsip jangan menyalahkan bos, right or wrong is boss. Jalan keluar yang paling praktis adalah keluarkan dahulu anunya dari tubuh bos, tetapi hati-hati kalau tidak pas kita bisa kena damprat, ” kata Jon Kampiun.

Para peserta terperanjat mendengar jawaban Jon Kampiun. Mereka tersenyum-senyum mendengar istilah Jon yang menyerempet jorok itu. Namun Jon tak hendak melanjutkan kejorokan itu dan kemudian berkata bahwa yang dimaksudkan dengan mengeluarkan anunya bos itu adalah mengeluarkan kemarahan yang sedang berada di tubuh atau jiwa bos.

Jon Kampiun menambahkan : “Setiap orang selama 24 jam dikurangi waktu tidurnya selalu diserbu oleh energi plus dan minus. Karena berupa energi maka yang menyerbu itu tidak nampak di mata, hanya terasa dampaknya atau akibatnya”.

“Energi plus, tambah Jon Kampiun, “mendorong seseorang untuk berbuat positip. Antara lain memberi orang, mengajar orang, menghibur orang, memaafkan orang dan sejenisnya yang intinya adalah membuat semuanya senang dan bahagia dalam pengertian yang benar”.

“Sedangkan energi minus mendorong marah, mengumpat, dll yang manfaat jangka panjangnya tak ada. Manfaat jangka pendek energi minus mungkin hanya lega kalau marah dikeluarkan, tetapi menyakitkan bagi orang lain. Jadi dalam jangka pendekpun sesungguhnya energi minus manfaatnya tidak totalitas”

“Lantas yang dimaksudkan dengan istilah mengeluarkan “anunya” bos itu apakah mengeluarkan energi marah itu ?” Tanya peserta yang lain.

“Good…very good, you are very responsive to what we discuss…. Jadi kalau orang sedang marah… apalagi bos… jangan didiamkan apalagi dilawan. Kita mesti berusaha mencari momentum agar energi marahnya cepat keluar dengan berbagai macam cara. Bisa dengan guyon, bisa dengan cara halus mengalihkan pembicaraan, bisa dengan cara membenarkan marahnya bos… banyak sekali cara tergantung situasi dan kondisi…Makin lama kalau kita kenal orang yang bersangkutan akan makin kenal pula kiat-kiat atau celah-celah untuk menanganinya…” kata Jon Kampiun.

Cukup lama mereka berdiskusi tentang masalah itu dan 2 jam kemudian mereka pulang membawa oleh-oleh berupa ilmu menangani anunya.

Sebulan kemudian, Srikantil, teman Jon Kampiun, menelepon. Ia – seorang manajer wanita – bilang bahwa baru saja anunya dikeluarkan oleh anak buahnya. Jon Kampiun yang sudah agak lupa - karena isi benaknya sudah beralih ke masalah lain akibat waktu terus berjalan - bertanya :” Lho, apa maksudnya ? Anda koq jorok sekali …!”

“Lho bagaimana mas Jon…. Bukankah kemarin anda merekomendasikan agar mengeluarkan anunya bos atau mengeluarkan marah dari bos kalau bos sedang marah…Kebetulan kasusnya bukan bos saya yang marah tapi saya sendiri yang marah…. Ehhh lha koq anak buah saya yang berhasil mengeluarkan anu saya atau marah saya sehingga saya sadar dan kemudian minta maaf kepadanya dan habis itu saya menelepon anda ini….” Jawab Srikantil. Jon Kampiun baru “ngeh” alias paham bahwa Srikantil adalah temannya yang juga ikut sarasehan itu.

“OK…OK… good luck for your success in understanding the result of our last meeting. See you next !” Kata Jon menutup pembicaraan lalu meletakkan gagang telepon. Rupanya setelah mengikuti sarasehan, Srikantil lalu mengajarkan filosofi “mengeluarkan anu bos” kepada anak buahnya. Ia berhasil karena anak buahnya mampu mengeluarkan ‘anu” alias marah dari jiwa Srikantil.

Malang, 17-4-2014

(SSJB-1/20020208-20150417)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun