Mohon tunggu...
Sastrawan Batangan
Sastrawan Batangan Mohon Tunggu... -

Sastrawan Batangan, yang lahir di Surabaya, pernah mukim di Surabaya, Malang, Bogor, Jakarta, Depok dan Cibinong. Hobi waktu senggangnya antara lain adalah membaca berbagai tulisan tentang kehidupan serta menulis puisi, artikel dan cerita berbasis makna hidup dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Lupa Keluarkan Anunya, Bos!

17 April 2015   07:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:00 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam sebuah sarasehan manejemen sumber daya manusia yang diadakan di suatu tempat di Jakarta akhir tahun 2014 dengan topik “Menyiasati Kepeningan Bos Di Zaman Demokrasi”, Jon Kampiun sempat mengutarakan pemikirannya kepada sesama peserta tentang mengapa seorang bos marah.

Menurut Jon Kampiun, bos marah kepada anak buahnya tentunya karena berbagai alasan. Jarang dijumpai bos marah begitu saja tanpa sebab. Kecuali kalau bos sedang mabuk atau baru saja dimarahi oleh atasannya atau mungkin punya masalah pribadi dengan keluarganya atau bisa jadi masalah lain yang kemudian ditumpahkannya kepada anak buah.

Jon Kampiun menjelaskan bahwa bagaimanapun juga anak buah harus menyadari bahwa tidak ada gunanya mempermasalahkan masalah, termasuk menyalahkan bos yang marah. Dengan kata lain lebih baik mencari solusinya.

Selesai menjelaskan, Jon Kampiun bertanya, “ Bagaimana menyiasati bos agar marahnya berhenti ?. Apakah perlu bos yang sedang marah kita marahi sehingga bos berhenti marah ?”

Peserta tersenyum. Peserta tertawa kecil. Peserta cemberut. “Saya belum berpikir jauh ke arah sana.. tetapi yang jelas kita mesti tahu dahulu apa penyebab bos marah….” Kata seorang peserta yang lain.

“Ya boleh-boleh saja kita cari penyebab mengapa bos marah, namun itu perlu waktu dan belum tentu ketemu” Kata Jon Kampiun. “Lantas bagaimana ?” tanya peserta itu sambil mengunyah makanan kecil yang tersedia.

“Sekali lagi kita harus memegang prinsip jangan menyalahkan bos, right or wrong is boss. Jalan keluar yang paling praktis adalah keluarkan dahulu anunya dari tubuh bos, tetapi hati-hati kalau tidak pas kita bisa kena damprat, ” kata Jon Kampiun.

Para peserta terperanjat mendengar jawaban Jon Kampiun. Mereka tersenyum-senyum mendengar istilah Jon yang menyerempet jorok itu. Namun Jon tak hendak melanjutkan kejorokan itu dan kemudian berkata bahwa yang dimaksudkan dengan mengeluarkan anunya bos itu adalah mengeluarkan kemarahan yang sedang berada di tubuh atau jiwa bos.

Jon Kampiun menambahkan : “Setiap orang selama 24 jam dikurangi waktu tidurnya selalu diserbu oleh energi plus dan minus. Karena berupa energi maka yang menyerbu itu tidak nampak di mata, hanya terasa dampaknya atau akibatnya”.

“Energi plus, tambah Jon Kampiun, “mendorong seseorang untuk berbuat positip. Antara lain memberi orang, mengajar orang, menghibur orang, memaafkan orang dan sejenisnya yang intinya adalah membuat semuanya senang dan bahagia dalam pengertian yang benar”.

“Sedangkan energi minus mendorong marah, mengumpat, dll yang manfaat jangka panjangnya tak ada. Manfaat jangka pendek energi minus mungkin hanya lega kalau marah dikeluarkan, tetapi menyakitkan bagi orang lain. Jadi dalam jangka pendekpun sesungguhnya energi minus manfaatnya tidak totalitas”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun