tubuh-tubuh lunglai berkeringat lengket bekas perjalanan
menyusuri lengkingan maki setiap kepala, setiap temu
awan semakin menghitam, meneteskan ayat-ayat api yang membakar kondo sunyi
kemeretek menjalar perlahan
membakar dan menyihir sadar
sepasang belalang nyasar kelabakan menyuruh kami beristighfar lalu terbang mencari perlindungan, telinga kami yang kosong keberisikan
gelombang marah mulut setan beradu kuat dengan geluduk yang menyumpahi dalam hati
kami dan langit mungkin sedang rindu
mungkin langit dan mega-mega cemburu
sebab api di kepala kami terlalu panas membakar darah merambat ke kaki, menghentak bumi