Ini tulisan awal saya. Karena sedikit lapar saya menulis ini. Banyak teman di perantauan yang bilang “ribet” ketika melihat kami memasak. Bumbunya bejibun, proses memasaknya lama pula, dan terkesan tidak praktis. Mungkin iya, masakan Padang memang rame. Ada macam-macam bumbu. Cabe, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, lengkuas, kemiri, ketumbar , merica, buah pala, kulit manis, dan masih ada lagi yang lain. Belum lagi asam-asaman, daun-daunan (daun salam, daun kunyit, daun asam, ruku-ruku, sereh, dll), belum lagi “pamasak” alias bumbu yang harus ditumbuk halus atau sudah jadi dalam kemasan. Belum lagi takaran santan. Belum lagi proses dan cara memasak (apinya, kuali/periuknya, dan tingkat kematangan)... Begitulah kawan, “makan” adalah hasil dari kau bekerja, maka nikmati dan hargailah dia. Mungkin salah satunya melalui bumbu, bumbu memberi citarasa yang berbeda. Ibuku bilang “tuang mato ka nan rancak, tuang salero ka nan lamak” yang kira-kira artinya “mata condong pada yang bagus, selera condong pada yang enak”.