Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Mandi Pertama

16 Desember 2022   12:34 Diperbarui: 18 Desember 2022   16:21 155 2
"Tik, aku kebelet pipis. Anak-anakmu menguasai kamar mandi tuh. Aku pipis di mana nih?"kataku pada sahabatku Tika.

Ia yang tadinya ada di dapur untuk membereskan piring dan gelas untuk dimasukan ke dalam lemari segera berdiri.
"Sebentar ya,"sahutnya.
Aku menjawab dengan anggukan.  Kemarin ada acara arisan keluarga di rumah Tika. Ia memintaku untuk membantunya. Setelah acara arisan selesai aku menginap di rumahnya. Sudah larut malam untuk pulang.  Itu sebabnya hari ini aku masih ada di rumahnya.

Tika bergegas ke kamar mandi. Di kamar mandi ada dua bak plastik berisi air.  Mustinya bak isi air itu buat mandi kedua anaknya. Tapi yang terjadi kedua bocah itu malah memasukinya sambil masih mengenakan bajunya. Keduanya berendam sambil memasukan mainan plastiknya seperti bebek, ikan, bahkan mainan plastik bentuk mobil dan superhero pun ikut masuk di bak masing-masing. Mereka mengoceh terus sejak masuk ke bak. Entah apa yang diocehkannya. Aku nggak paham.  

Tadi yang niat mau memandikan mereka itu Raka, suaminya Tika. Tapi mendadak ada telepon dari pak RT yang memintanya untuk kumpul di balai RT. Raka, seorang sekretaris RT. Entah ada apa. Gara-gara itu ia jadi  batal memandikan dua bocah yang sedang asyik bermain air itu.

Tika memandikan anaknya dengan cepat. Ia memandikan anaknya yang pertama dulu. Bocah cowok 4 tahun itu kini tampak diam saja, ketika ibunya mengguyur air dari bak yang ada di kamar mandi. Ia tak protes meski air dari bak  lebih dingin daripada air di bak plastik yang berisi air hangat yang tadi dipakainya berendam.

Sekarang tampak bocah bernama Ardi itu keluar kamar mandi dengan badan terlilit handuk. Ia langsung berjalan masuk ke kamarnya.

Aku berusaha keras menahan pipis. Rasanya nggak nyaman. Kamar mandi di rumah Tika cuma satu. Jadi mau tak mau aku harus menunggunya memandikan anaknya yang satunya lagi itu. Anak keduanya cewek umur 3 tahun. Jarak antara anak pertama dan kedua memang pendek. Hanya setahun.

"Udah nih. Kamu bisa pipis sekarang," seru Tika sambil menggendong anak keduanya yang terlilit handuk itu keluar dari kamar mandi.

Aku yang menunggunya sambil rebahan di kasur tipis yang ada di depan televisi ruang tengah buru-buru berdiri dan berjalan cepat menuju kamar mandi. Kandung kemihku sudah nggak kuat nahan urine. Aku menutup kamar mandi dengan kasar. Segera saja aku jongkok untuk pipis.

Usai  keluar kamar mandi aku menuju ruang tengah. Ardi juga ada di situ. Ia terlihat menekan remote televisi. Sepertinya sahabatku sudah selesai memakaikan baju anak pertamanya saat aku di kamar mandi tadi.

Sekarang dia masih ada di kamarnya. Mungkin masih memakaikan baju buat anak perempuannya. Ardi duduk di kasur tipis yang tadi aku duduki. Ia tampak serius mengamati televisi. Aku melirik sekilas televisi, ternyata sedang tayang film kartun anak-anak. Entah apa filmnya itu. Aku nggak hafal film kartun anak-anak.

Aku ikutan duduk di kasur. Mencoba mengikuti Ardi menatap televisi. Tika dan anaknya keluar kamar. Ia tampak membawa sisir, karet rambut dan bedak.
"Sini ma...sini !" kata Ariani.

Bocah berambut nyaris sepundak itu langsung duduk di sebelah kakaknya. Matanya serius menatap televisi. Sahabatku ikut duduk. Tangannya segera menyisir rambut anaknya.

"Biasa...film kartun favorit mereka lagi main. Suka kayak gini kalau jam segini ini,"kata Tika menjelaskan ke aku.

Aku mengangguk sambil mengucapkan kata ooh. Tika sudah selesai mengikat rambut anaknya. Ia terus membedaki wajah anaknya itu. Ariani sempat tak sabar saat Tika membedaki wajahnya. Aksi nonton film kartunnya jadi terhalang akibat kegiatan Tika tersebut.

Tika selesai membedaki  anaknya. Sekarang dia menggeser duduknya agar bisa bersandar  ke dinding. Terlihat ia menyelonjorkan kakinya. Wajahnya tampak kelelahan sekali.

"Rapat RTnya kenapa pagi-pagi gini sih? Jadi nggak bisa mandiin anak-anak,"keluhnya.

Aku tersenyum tipis sebelum merespon perkataannya barusan itu.

"Suamimu suka mandiin anak-anak?" tanyaku.

"Iya. Kalau aku sibuk, dia suka aku mintain tolong mandiin anak-anak," jawabnya.

Aku tersenyum tipis.

 "Ya kalau dia masuk siang kerjanya. Kalau masuk pagi ya nggak bisa mandiin," imbuhnya kemudian.

Aku mengangguk paham.

"Syukur deh kalau suamimu mau ngebantuin mandiin gitu,"kataku padanya.

Tika menoleh sambil tersenyum tipis.

"Iya. Alhamdulillah dia mau ngebantuin mandiin anak-anak,"

Tika menghembuskan nafas panjang sebelum berkata-kata lagi.

"Tapi dulu dia nggak mau mandiin anak-anak. Kalau membantu ngurusin yang lain, kayak nyapu, nyuci piring atau menjemur pakaian sih dia mau. Tapi kalau mandiin anak-anak dia nggak mau," lanjutnya. Raut mukanya terlihat sedikit cemberut.

"Dulu kalau dimintain tolong buat mandiin anak, ada aja alasannya. Sampai suatu kali nggak sengaja kita nonton sinetron religi di tv gitu," kata Tika sambil dagunya bergerak ke arah televisi.

Aku menautkan kedua alisku. Ada rasa penasaran akan sinetron religi apa yang mereka tonton sampai membuat suaminya yang semula nggak mau mandiin anak sampai berubah mau mandiin anak.

"Sinetronnya apaan ?" tanyaku.

"Sinetronnya,  judulnya Mandi Pertama. Jadi kisahnya, ada seorang bapak yang memandikan jenazah anaknya,"

Dahiku mengernyit.

"Itu pertama kalinya sang  ayah memandikan anaknya,"

Aku menatap Tika masih dengan dahi yang mengkerut.

"Habis nonton sinetron itu, aku bilang ke dia, Tuh....kamu mau kayak gitu itu? Mandiin anak untuk pertama kalinya tapi itu pas anakmu sudah jadi jenazah?"

Aku bergidik mendengar penjelasan Tika. Entah kenapa tiba-tiba saja merasa ngeri mendengar kata jenazah diucapkannya.

"Dari habis nonton sinetron itu, akhirnya dia berubah. Mau mandiin anak,"kata Tika seraya tersenyum lebar.

Aku jadi ikut tersenyum lebar.[]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun