Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Road to Life

5 Maret 2020   07:59 Diperbarui: 5 Maret 2020   08:01 65 1
#1
Pengenalan

    Namaku Sheila Dinda Azzahra tapi orang banyak memanggilku dengan sebutan Zahra, aku tinggal disebuah kampung kecil di daerah Bandung Barat. Aku merupakan anak ke-2 dari seorang Ayah hebat juga Ibu super kuat. Mereka adalah pahlawan yang jasanya benar-benar aku rasakan selama bertahun-tahun. Aku sangat bersyukur dengan hidup ini, tuhan menakdirkanku untuk menjadi salah satu kebahagiaan mereka. Untuk kalian mungkin ini tidak terlalu penting karena nantinya ini bukanlah pokok pembahasan yang akan diceritakan, namun aku ingin sedikit berbagi bagaimana dengan hebatnya mereka membesarkanku.
    Sedari kecil aku bukanlah anak aleman (manja) yang semuanya akan terlaksana jika aku memintanya. Mereka selalu mengajarkan bagaimana aku harus menjadi manusia cemerlang, manusia yang bertanggung jawab, manusia yang bermanfaat, yang paling penting adalah menjadi manusia yang berhati besar. Tapi, kenyataannya aku belum bisa seperti itu. Sesederhana itu namun terkesan luar biasa bagiku.
    Cerita ini dimulai ketika aku duduk di bangku kelas VI SD dimana beberapa bulan kedepan aku akan menghadapi Ujian Nasional yang akan menentukan kemana aku akan melanjutkan sekolah. Sejak kelas V SD aku sudah mempunyai keinginan untuk melanjutkan sekolah di SMPN 2 PADALARANG. Meskipun bukan sekolah yang difavoritkan oleh banyak kalangan, tapi sekolah itu mampu membuatku tertarik untuk masuk kesana dan alasan lain karena aku sudah mengenal banyak siswa/i nya disalah satu akun sosial mediaku. Hari menuju perpisahan pun tiba, dimana aku dan teman-teman sibuk mempersiapkan baju yang akan dikenakan hingga pertunjukan apa yang akan ditampilkan. Hingga pada akhirnya hari itupun tiba, hari itu aku memakai kebaya dan terlihat sangat ayu saat dikenakannya. Beberapa hari setelah hari itu, hari pembagian Nilai Ebtanas Murni (NEM) pun tiba, hari yang menurutku sangat amat menegangkan karena takut aku tak bisa masuk sekolah yang aku impikan. Tetapi rasa takut itu pun menjadi kebahagiaan yang luar biasa setelah orang tuaku memberitahu bahwasannya aku lolos dan masuk kesekolah impiaku itu.

#2

Masa Orientasi Sekolah (MOS)

   Hari pertama sampai terakhir MOS aku jalani dengan penuh semangat.
    "Oke, adik-adik sekarang hari terakhir kaka-kaka disini bisa memperkenalkan adik-adik semua tentang sekolah ini, besok kalian siapkan alat tulis dan jangan lupa belajar karena besok kalian akan mengerjakan soal psikotes yang akan menetukan kalian masuk kelas mana, oke adik-adik?"
    "Oke ka" jawab kami serentak
   Malam harinya aku belajar dengan sungguh-sungguh alasannya karena aku ingin masuk kelas unggulan disana. Keesokan harinya, setelah dibagikan soal serta lembar jawaban aku segera mengerjakannya dengan sungguh-sungguh dan penuh antusias. Sehari setelahnya, informasi tentang kelas pun diumumkan. Aku berdiri paling depan dan sangat menantikan pengumuman tersebut.
    "Tahun ini dibagi menjadi 9 kelas yaitu dari A-I, dan tahun ini juga tidak ada kelas unggulan semuanya sama" ucap kesiswaan.
    Harapanku untuk bisa masuk kelas itu akhirnya harus pupus. Tapi disisi lain aku sedikit merasa senang karena takutnya jika ada pun aku tak bisa masuk kesana dan guru-guru bisa mendiskriminasi kelas lainnya.
   "Oke tadi bapa sudah sebutkan ya murid dari kelas A-C sekarang giliran kelas D, Sheila Dinda Azzahra silahkan langsung masuk ke kelas yang sudah disiapkan"
    Aku pun langsung beranjak pergi menuju kelas itu, ketika masuk ke dalamnya aku merasa bingung harus duduk dengan siapa karena tidak ada satupun temanku masuk ke kelas yang sama. Akhirnya aku memberanikan diri untuk segera duduk dibangku paling belakang lalu tiba-tiba saja seorang perempuan menghampiriku.
    "Disini kosong? Boleh aku duduk disini? Soalnya kursi yang lain sudah penuh" tanya perempuan itu dengan senyum tipisnya.
    "Boleh, lagian aku pun belum punya temen dikelas ini, teman-teman aku semuanya dikelas lain" jawabku dengan perasaan senang dan malu.
    "Yasudah kita kenalan yuk, nama aku Azmi aku sering dipanggil ami." Ajaknya tersenyum sembari mengulurkan tangannya.
    "Oh Azmi kenalin namaku Sheila Dinda Azzahra aku lebih sering dipanggil Zahra" jawabku sambil berpikir karena menurutku nama itu sudah tak terasa asing ditelingaku.
    "Oh Zahra, yasudah mulai sekarang kita jadi teman sebangku yaa sampai 3 tahun kedepan, setuju?"
    "Oke, sepertinya sebelumnya aku sudah pernah kenal kamu deh, kamu tk di .. ya?
    "Iya, ko bisa tau? Kamu disana juga?''
    "Iya ami, yaampun ga nyangka banget bisa ketemu lagi setelah 6 tahun ga ketemu"
    "Ami juga seneng banget ih"
    Setelah hari itu dari mulai hari senin sampai 3 tahun kedepan aku mulai belajar dengan sungguh-sungguh, alasan sungguh-sungguh disini karena aku ingin meningkatkan prestasi, dan juga aku tak mau kalah dengan orang-orang yang berpikiran sama denganku.
    Ujian Sekolah pun tiba aku yang waktu itu kelas 7 mendapat bagian untuk mengerjakan ujian bersama kelas 8 tepatnya mereka adalah kaka kelasku. Di tengah fokusnya mengerjakan soal ada saja seseorang yang selalu membuat kekonyolan yang membuat kelas tidak terasa hening sepi. Nyaman rasanya bisa mendapat ruangan bersama orang-orang yang bisa dibilang sangat seru yang mungkin takkan bisa aku dapatkan di tahun berikutnya, karena posisi aku yang sudah menjadi mereka (senior) yang dimana aku dan teman kelas yang lain akan mengerjakan soal bersama adik kelas yang akan datang.

1 tahun Kemudian ...

    Tepat ketika aku kelas 2 SMP, aku menjadi perempuan yang sangat menyukai olahraga, mulai dari lari, basket, volly sampai olahraga lainnya. Tapi dari itu semua ada salah satu olahraga yang menjadi favoritku yaitu Berenang selain tekniknya yang terihat mudah ditiru, banyak hal positif yang bisa didapat tubuh super gedeku hehe juga aku merupakan perempuan yang sempat bermimpi menjadi seorang perenang hebat. Hingga pada akhirnya aku mendaftarkan diri menjadi anggota disalah satu club masih di Bandung Barat.
    Setelah aku bergabung bersama club tersebut kebiasaanku menjadi berubah yang setiap harinya menghabiskan waktu dirumah, bersantai di kamar, nongkrong bersama teman setiap pulang sekolah, hal tersebut menjadi jarang aku lakukan. Yang mana kebiasaanku menjadi banyak menghabiskan waktu di air, banyak mengayuh tangan, sering berpanas panasan, tidak punya waktu banyak untuk istihat atau bersantai hingga kecaman dari pelatih yang selalu didapat setiap kali latihan. Meski begitu, aku jarang megeluh karena itu semua adalah awal juga proses dari impianku.
    Beberapa dari temanku menyebut jika berenang itu adalah salah satu olahraga yang memiliki resiko besar seperti halnya terjadi keram betis ketika ditengah kolam, kemasukan air pada hidung, kulit belang hingga pekat hitam dan masih banyak resiko lainnya. Tapi aku selalu berpikir jika ingin menjadi orang yang besar maka pengorbanannya pun harus sebanding dengan apa yang ingin diraih.
    Hampir setiap hari waktuku habis digunakan latihan, kecaman pelatih yang semakin hari semakin terbiasa aku dengar. Hingga suatu hari aku diberi tawaran untuk mengikuti pertandingan. Sebenarnya aku belum yakin jika mengikuti itu akan akan langsung membawa mendali emas tapi bagaimanapun aku harus mencobanya terlebih dulu.
    Beberapa minggu sebelum pertandingan, latihanku semakin rutin siang hingga larut malam aku gunakan untuk latihan, sementara jika melakukan satu kesalahan itu sama saja seperti menantang pelatih untuk bertarung. Sesekali aku pernah sedikit mengeluh karena lelah yang tak tertahankan, ketika pelatih melihat dan memintaku untuk melakukan sprint kembali tapi aku tidak mengikutinya karena kondisi fisik yang sudah tak sanggup dan ketika itu pula terlontar ucapan pelatih yang cukup merendahkanku. Aku menangis, rasanya tidak tahan jika terus didengarkan kemudian aku kembali turun dan meneruskan latihanku.
    Mungkin kurang lebih sekitar seminggu sebelum pertandingan dimulai, aku bersama teman yang lain harus mengikuti upacara yang mungkin tujuannya untuk peresmian pertandingan nanti,  juga untuk saling mengenal antar Atlet lain setelah itu masih banyak rangkaian lainnya. Senang rasanya, karena untuk pertama kalinya aku diberi kesempatan menjadi satu dari ribuan Atlet terpilih, senang bisa menjadi perwakilan untuk kotaku sendiri, dan yang paling membuatku senang adalah dukungan orang tua yang terus diberikan untukku.

#3

Hari Pertandingan ...

    Hari pertandingan tiba aku sibuk mempersiapkan apa saja yang harus aku bawa khususnya mempersiapkan fisik agar benar-benar siap melawan ribuan Atlet terpilih yang siap menjadi musuh diatas air nanti mau itu teman atau sahabat sekalipun.
     Tiba ditempat aku langsung mempersiapkan diri dan menunggu namaku untuk segera dipanggil oleh panitia disana. Setelah hampir 4 jam menunggu akhirnya namaku dipanggil dan segera bergegas untuk menuju pusat suara bersama teman-teman lain yang beberapa menit lagi akan menjadi musuhku sendiri.
    Take your marks tittttt
    Aku awali dengan start yang lumayan sempurna namun, ketika ditengah kolam kakiku tiba-tiba keram yang sakitnya luar biasa aku rasakan membuatku langsung tereliminasi. Namun aku pikir wajar saja jika aku harus langsung merasakan itu, karena memang sebelumnya aku tidak melakukan pemanasan yang baik. Selain dari itu, aku juga punya satu kesempatan lagi untuk dapat memenangkan 1 dari 3 mendali yang telah dipersiapkan.
    Sekitar setengah jam kemudian terdengar namaku kembali dipanggil oleh salah satu panitia disana, aku hanya berharap aku bisa berhasil mencapai finish tanpa hambatan apapun tidak seperti awal pertama kali tadi. Lalu aku kembali menuju balok start kemudian melakukan start akhirnya aku berhasil menjadi orang ke-4 yang pertama mencapai finish. Meskipun bukan menjadi 3 besar dan tak bisa mendapat mendali apapun rasanya aku bahagia karena ini merupakan pertandingan perdanaku dan aku bukan menjadi orang terakhir yang mencapai garis finish.
    "Maap ya mah aku belum bisa dapat mendali itu" ucapku dengan perasaan sedih.
    "Iya gapapa sayang, lagian kan itu pertandingan pertama kamu, masih banyak pertandingan didepan mata" sahutnya dengan suara lembutnya
    "Sekali lagi maap yaa mah" sambungku
    "Mama sudah cukup bangga kok sama kamu sayang, kamu udah jadi orang ke-4 yang bisa nyampe finish jadi, pasti pertandingan selanjutnya kamu bisa lebih baik dan lebih hebat lagi, semangattt" katanya dengan suara yang seolah membangkitkanku kembali.
    Setelah itu, aku pulang dengan perasaan yang cukup bangga dengan hasil perjuanganku tadi meski tak membawa satu mendalipun.
    Esoknya aku kembali ke sekolah, teman-teman dikelas sibuk menanyakan mendali apa yang aku bawa akupun menceritakan semua pengalamanku kemarin kepada mereka. Diakhir ceritaku mereka seakan membuatku bangkit kembali untuk terus berjuang dan tidak mudah puas dengan hasil yang sebelumnya sudah aku capai.
    "Kamu udah hebat, kamu sudah menampilkan kemampuan kamu next time kamu bakalan lebih hebat." ucapan dari salah satu temanku sembari memampang ekspresi semangatnya.
    "Iya aamiin, semoga ucapanmu tadi bisa terkabulkan." Balasku dengan penuh semangat.
    Selang beberapa minggu kemudian, ujian sekolah pun kembali tiba dimana semua siswa/i sibuk belajar untuk mendapat hasil yang maksimal. Aku yang posisinya sudah senior tingkat 1 dari mereka (kelas7) harus bisa menjadi contoh baik. Suasana kali ini tidak jauh beda dengan tahun lalu, dimana biasanya senior kita yang tiap harinya membuat ruangan terasa seru kini giliran anak kelasku (Siswa laki-laki dikelas) yang juga berhasil membuat suasana yang tak kalah seru dari tahun lalu.
     Tidak ada yang berkesan setiap hari pembagian raport tiba karena tiap semesternya selalu bukan aku yang menjadi bintang kelas. Meski begitu itu semua tidak mematahkan semangatku untuk terus meningkatkan kemampuanku.

#4

Menjadi senior tingkat II

    Tidak terasa sudah 2 tahun saja aku menimba ilmu disana, sekarang aku sudah benar-benar menjadi senior mereka. Tahun ini aku dan teman kelas yang lain mendapat wali kelas yang dari awal sudah akrab dengan satu persatu dari kita. Kita sudah tak sungkan untuk berbincang tentang apapun bahkan hal yang tak penting sekalipun.
    Setiap 6 bulan sekali sekolah mengadakan acara yang bisa disebut porak, porak merupakan acara pekan olahraga antar kelas dimana tiap kelas bertanding memperebutkan juara dari sekian banyak kelas. Ditengah pertandingan berlangsung kelas lain ramai bersahut-sahutan menyuarakan anggota kelasnya yang sedang bertanding sementara aku dan teman kelasku sibuk menonton tanpa menyuarakan mereka. Hahaha. Namun sepertinya tuhan memberkati kelasku waktu itu karena hampir semua pertandingan yang dikuti berhasil kita mendapat semua juara itu. Juara-juara itu merupakan kali pertama kelasku bisa mendapatkannya meski sebenarnya kemenangan itu sedikit dibumbui oleh kecurangan oleh para pemain kelasku. Hahaha.
    3 bulan setelah tahun baru, semua angkatanku disibukkan dengan adanya test Ujian Praktek (UP) yang paling berkesan di hari itu adalah ketika test UP SBK karena setiap kelas harus menampilkan serta mempersembahkan karya dan juga pertunjukan yang akan dipertontonkan di tengah lapangan. Rencananya disini kelasku akan menyuguhkan tarian modern dance, tarian tradisional yang berasal dari salah daerah di indonesia yaitu tari saman, jaipong, tarian Bali dan diakhiri dengan menyanyikan lagu khas Jawa Barat dengan berpasang-pasangan. Aku memilih untuk menjadi anggota tari saman dengan alasan karena memang yang paling menantang karena gerakannya yang harus kompak juga cepat. Semua orang dikelasku memang tak pernah terlihat kompak saat latihan, kesalahan yang sering terjadi, waktu yang sedikit, dan juga ketidakhadiran seseorang yang membuat latihan terasa sulit untuk mencapai titik keberhasilan. Bahkan sampai glasi bersih pun masih belum menonjolkan kekompakkannya yang ada pada kelas kita. Keesokan paginya, sekitar jam 6 pagi kita sudah hadir disekolah, satu per satu dari kita saling membantu satu dengan yang lainnya. Sekitar 2 jam kita mempersiapkan diri, akhirnya kita dipanggil untuk segera mempersembahkan, dan rupanya karya yang telah dibuat sudah dipamerkan tepat ditengah lapang bersama karya-karya cantik dari tangan siswa/i kelas lain. Kita berjalan menuju lapangan sembari mengenakan baju yang telah disesuaikan dengan tarian apa yang akan dibawakan. Pertunjukan yang pertama ditampilkan adalah modern dance, mereka membawakannya dengan sangat lincah layaknya orang yang sudah profesional selesai dari itu giliraku dan teman-teman lain untuk memperlihatkan hasil dari kerja keras kita dan ajaibnya dari awal hingga akhir gerakan tak ada dari kita yang melakukan kesalahan sekalipun semua terlihat kompak meski ada beberapa aksesoris dari kita kenakan berjatuhan karena gerakan yang lincah dan juga cepat. Selanjutnya langsung disambung oleh tarian jaipong dan juga Bali yang juga berhasil melakukan gerakannya dengan tempo yang pas, kemudian menyanyian lagu khas Jawa Barat dengan berpasang-pasangan dengan mengajak guru pelatih kita untuk ikut bergabung ke tengah lapang untuk bergoyang bersama. Akhir dari persembahan itu kita diberi banyak pujian baik dari guru tidak terkecuali mereka para audien. Kita berhasil menyuguhkan tarian Saman dengan baik. Bahagia sekali rasanya kala itu kelas yang mendadak bisa kompak, pelatih yang terlihat senang dengan hasil dari kerja keras kita. Benar-benar akan jadi hari yang tak terlupakan.
    Keesokan harinya, kegiatan belajar mengajar tidak berjalan seperti biasanya seluruh siwa/i kelas IX dibebaskan untuk melakukan kegiatan apapun termasuk diperbolehkan untuk membawa seluler. Ditengah asyiknya bermain handphone tiba-tiba salah seorang temanku mengajakku untuk menemaninya pergi ke kantin sekolah ketika setibanya disana seseorang memanggilku dan ia berkata bahwasannya ada salah seorang temannya yang ingin berkenalan denganku. Aku tidak mempedulikannya sama sekali waktu itu. Hanya menatap lalu pergi tanpa rasa penasaran siapa yang ingin berkenalan itu. Namun, sampai keesokannya seseorang itu terus saja menggangguku juga menggoda mungkin agar aku bisa berkenalan langsung dengan temannya itu.
    "Zah ada salam nih dari temanku" ucapannya yang sudah tak asing lagi aku dengar.
    "Iya" jawabku dengan dinginnya.
     Setelah beberapa kali dia menggangguku akhirnya aku merasa penasaran juga, namun aku tetap saja tak mau bertanya siapa nama temannya itu, aku hanya berani menanyakan lewat temanku yang ku kira pasti kenal dengan orang itu.
    "Febrian namanya."
    "Oh Febrian."
    "Ada apa Zah nanyain dia?."
    "Engga sih cuma pengen tau aja."
    "Awas suka loh"
     Semenjak itu aku tahu namanya sekaligus siapa orangnya. Dan semenjak itu pula ntah kenapa aku mendadak senang memperhatikannya. Menantinya pulang sekolah karena biasanya ia berjalan lewat depan kelasku. Ya aku senang dengannya atau mungkin lebih tepatnya aku menyukainya. Melihat teman-temanku yang sepertinya tidak bisa menjaga rahasia akhirnya aku memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang ini. Aku memilih memendam semuanya sendiri.

2 bulan kemudian.

    Tiba di hari perpisahan, ku kenakan lagi kebaya dengan sanggul kecil dikepalaku membuatku terasa kembali ayu. Tak terasa aku dan teman-teman lain sudah sampai pada titik dimana masing-masing dari kita akan sibuk untuk melanjutkan pendidikannya. Rasanya aku benci hari itu karena takutnya setelah lulus nanti aku tidak akan menemukan seseorang seperti mereka semua dan dia. Di tengah acara berlangsung mataku membatu pada seorang laki-laki dengan badan tegak seraya memakai jas hijau pekat, beberapa menit lamanya mataku masih saja terpaku padanya. Ya pada Febrian tepatnya seseorang yang berhasil membuatku jatuh hati kembali. Beberapa menit sebelum acara berakhir aku memberanikan diri untuk mengajaknya membuat kenangan lewat foto bersamanya. Tidak ada obrolan antara kita waktu itu, aku mengajak lewat temannya yang kala itu sedang asyik berbincang. Kulanjutkan dengan menghabiskan waktu bersama teman yang lain.
    Beberapa minggu setelah itu, pembagian NEM pun kembali tiba. Untuk sekarang aku tidak punya pilihan atau impian kemana aku harus aku melanjutkan pendidikanku, tahun ini aku hanya menuruti apa yang menjadi keinginan orang tuaku. Beberapa bulan lagi seragamku bukan lagi putih biru, aku akan menjadi anak SMA hari ini. Masa yang katanya paling menyenangkan. Katanya.
    Aku sangat bahagia bisa belajar disana, suasana belajar yang tiap harinya tak pernah sepi, bisa mendapat teman-teman yang selalu membuat suasana terasa berkesan, selalu ada permainan-permainan yang spontan kita buat bersama-sama. Sebenarnya masih banyak kejadian lainnya yang sulit dilupa, namun mungkin sudah pasti tau meski sesingkat itu kalian sudah bisa menggambarkan betapa senangnya diriku.

#5
 
Masa Putih Abuku
 
   Sekarang aku bersekolah disalah satu SMA dikota Cimahi. Sudah dipastikan jauh dari tempat tinggalku dan aku tidak bisa dengan mudahnya memperhatikan ia kembali. Sedih rasanya. Tapi yasudah aku tidak terlalu mempermasalahkan itu.
   Saat ini aku sudah tidak mengikuti club renang alasannya karena pulang sekolah yang sering lembur juga tugas yang seringkali menggunung, tugas kelompok yang diadakan secara dadakan. Rasanya aku akan kewalahan.
   Awal aku masuk, suasana disana tidak terlalu membuatku suntuk MPLS sampai demo esktrakulikuler aku jalani seperti biasanya tapi sayangnya aku seakan tidak seantusias 3 tahun yang lalu. Disini aku mengambil jurusan IIS (IPS) alasan pertama karena memang minat aku IPS, kedua aku tidak terlalu menyenangi hitung-hitungan, dan yang ketiga karena basic aku lebih cenderung ke IPS.
 
Senin hari pertama sekolah ...

   "Disini kosong?." Tanyaku pada seorang perempuan yang sedang tertunduk sambil memainkan ponselnya.
   "Iya kosong, sini duduk." Jawaban yang seakan menerima adanya aku.
   "Oke aku duduk ya".
   "Iyaa".
   "Kenalin namaku Sheila, aku tinggal Bandung Barat tepatnya di daerah Situ Ciburuy".
   "Ko jauh-jauh sekolah disini?Ohya kenalin namaku Reina aku tinggal diperbatasan kota ini".
   "Cari suasana baru" .
   "Oh hahaha bosen ya disana terus?." Ujarnya sembari tertawa .
   "Iyaa hehehe" jawabku sambil membalasnya tertawa.
   Semenjak itu ia menjadi teman pertamaku di SMA, setiap harinya kita bertukar cerita tentang berbagai hal. Di tengah ia bercerita dia sangat sangat jujur tentang kehidupannya, dia mengaku bukan orang baik, kadang ia tidak melakukan apa yang sudah menjadi kewajibannya, ia berteman bersama orang-orang yang dinilai 0 oleh masyarakat namun begitu, ia tak pernah mengajak atau mempengaruhiku untuk seperti dengannya. Setelah banyak mendengar ceritanya aku berniat untuk sedikit-sedikit merubahnya, dari mulai mengajak ia untuk melakukan hal-hal baik seperti mangajaknya solat, belajar sungguh-sungguh dan banyak hal lainnya, itu semua dilakukanku untuk menjadikannya lebih baik.
 
 
#6
 
Ujian Pertama di SMA
 
   Kurang lebih 6 bulan ke depan aku mengerjakan tiap soal bersama kelas 12 MIPA, suasana kali ini benar-benar jauh dibandingan tahun-tahun sebelumnya, senior yang terlihat normal, tidak ada yang membuat kekonyolan, tiap harinya terasa hening. Aku kerjakan soal demi soal dengan serius alasannya karena aku ingin menjadi bintang kelas untuk kali ini dan seterusnya. Dan apa yang menjadi keinginanku bisa terkabulkan, disaat permbagian raport awal hingga akhir semester aku berhasil menjadi bintang kelas berturut-turut.
 
Kembali menjadi seniot tingkat 1
 
   Tahun ini aku sudah menjadi senior tingkat 1 kembali, tiap harinya aku belajar seperti biasanya, namun yang membedakan yaitu tahun ini aku senang dengan salah satu mata pelajaran yang aku pelajari yaitu ekonomi mengapa? Karena gurunya yang menyenangkan juga pelajaran yang menurutku tak pernah membosankan, membuatku betah ketika jam pelajaran berlangsung. Setiap ulangan diadakan dengan dadakan, meski begitu aku selalu mendapat nilai tertinggi padahal sebelumnya aku tidak sama sekali menyentuh buku. Tak hanya ulangan harian yang dadakan tapi setiap ulangan apapun. Alhamdulillah.
 
Back with him
 
Masih ingat dengan laki-laki yang ku kagumi waktu SMP? Setelah 1 tahun lebih kita tidak bertemu dan tak berkomunikasi sekalipun. Akhirnya sebulan sebelum aku ulang tahun ia menghubungiku ntah dengan alasan apa. Awalnya kita hanya sekedar basa-basi menanyakan perihal bagaimana kehidupan masing-masing sekarang, namun setiap harinya obrolan kita terus berlanjut sampai pada hari ulang tahunku.
   "Selamat ulang tahun Sheila, semoga kamu ....... " pesan panjang yang ia kirimkan tepat tengah malam.
   Hari itu tiba-tiba aku mendapat pesan banyak mulai dari dia juga teman-teman lain. Membuatku sangat senang.
   Malam tiba, aku diajak kaka dan teman dekatku untuk pergi ke sebuah restoran, tidak ada pikiran apapun keculi hanya sekedar diajak. Setiba disana, ketika aku sedang duduk sembari memainkan ponsel ia dan temannya datang dari belakang sembari membawa kue. Sangat tidak menyangka ia ada disana menyempatkan waktunya untuk menemuiku. Setelahnya aku dan ia tidak banyak bicara suasana yang masih canggung karena itu merupakan hari pertama kita bisa bertemu kembali. Acara selesai ia mengajakku untuk pulang bersamanya. Tiba di depan rumah aku mengajaknya untuk menyempatkannya masuk ke dalam semata-mata agar orang tuaku tau siapa dia.
   Setelah kejadian itu, kita menjadi semakin dekat, ia sering menemuiku, dan setiap harinya tak pernah absen dalam mengabariku. Aku senang dia melakukan itu untukku.
   Suatu malam ia kembali datang kerumah, kita tak pernah bosan-bosannya bertukar cerita padahal kita sendiri tahu sebenarnya apa yang kita ceritakan tak terlalu penting untuk dibahas. Di tengah kita bercerita banyak, seketika suasana menjadi hening dan tiba-tiba saja ia mengatakan suatu hal
   "Zah aku mau ngomong serius sama kamu" ujarnya sambil menatap ke arahku
   "Iya, kenapa?." Jawabku dengan gugup
   "Aku punya rasa lebih sama kamu." Ekspresinya yang masih menatapku
   "Maksudnya?." Sebenarnya aku sudah mengerti apa yang sudah ia katakan, namun aku tak mau salah mengartikan apa maksud dari omongannya.
   "Aku sayang sama kamu."
   "Serius kamu?."
   "Iya lah"
   "Aku juga punya rasa lebih sama kamu."
   Senang sekali rasanya masih ada seseorang yang bisa menerimaku. Menurutku ia juga pasti merasakan hal yang sama. Sekitar pukul 21.00 ia beranjak pulang, aku membekalinya selembar kertas yang berisikan puisi, tapi aku lupa dengan kata-kata yang kurancang sendiri yang jelas itu tentang bagaimana perasaanku terhadapnya. Semenjak itu aku menjadi perempuan yang senang merangkai huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, sampai itu semua menjadi puisi.
 
 
Back
 
   Ia menjadi semangat baruku, semenjak kehadirannya aku tidak pernah merasa sendiri. Belajar yang terkadang terasa membosakan seakan menjadi sedikit menyenangkan. Suatu hari ketika aku sedang asyiknya mengunyah makanan yang kubeli di kantin sekolah seseorang menghampiri.
   "Sheila dan Melani nanti ikut olimpiade ekonomi yaa." ujar seorang guru dengan nada santai sambil menampakkan senyum lebarnya.
   "Ah ibu engga ah bu." Jawab melani dengan nada terburu-buru.
   "Kenapa harus aku bu?." Sambungku dengan kebingungan
   "Karena ibu dan guru ekonomi kalian percaya kalo kalian bisa mengerjakannya."
   "Hari apa bu?dimana pelaksanaanya?." Jawab kami serentak
   "Masih lumayan lama sekitar 1bulan lagi, meski begitu kalian harus tetap lebih banyak belajar langsung sama gurunya dan jangan lupa baca-baca yaa sayang"
   "Pelaksanaannya?."
   "Di salah satu SMA Negeri masih dikota ini kok."
   "Yasudah bu iya kami ikut." jawab kami menurut
   "Iya sayang, jangan lupa belajar yaa ibu mau lanjut ngajar lagi."
   "Iya buu"
   Karena tuntutan itu aku benar-benar menjadi lebih giat belajar, waktu istirahat disekolah terkadang terpakai untuk menemui guru, waktu pulang yang semakin sore karena harus kembali mengerjakan latihan soal hitungan yang dibarengi dengan memahami istilah-istilah asing yang mungkin saja nanti akan muncul. Namun begitu aku sangat senang ketika melakukannya ditambah karena aku juga dapat dukungan dari ia.
   Keesokan harinya disaat aku dengan serius mengerjakan soal latihan yang diberi guru ekonomiku, seorang guru lain tiba-tiba menghampiri yang tak lain adalah guru geografi dikelasku.
   "Eh Zah serius banget." Ujarnya sambil melihat perkerjaanku.
   "Iya pa, sulit ini pa bantuin dong." Sambungku dengan nada bercanda.
   "Kerjain saja sendiri kamu pasti bisa zah."
   "Iya deh pa, ngomong-ngomong yang ikut olimpiade geografi siapa pa?." Tanyaku sambil melihat kearahnya
   "Itu Setiyawan dengan Raka, teman sekelas kamu juga kan?"
   "Oh iya pa."
   "Asalnya bapak mau pilih kamu tapi udah keduluan sama ekonomi"
   "Beneran pak?"
   "Iya beneran zah, tapi yasudah toh bapak juga sudah dapat gantinya. Lanjut lagi ngerjainnya."
   "Yasudah pak, aku lanjut ngerjain yaa."
   Senang sekali ketika mendengar kalimat-kalimat itu, bisa dipercaya oleh 2 guru sekaligus. Jika boleh memilih rasanya aku ingin mengikuti keduanya.
 
 
#7
 
Hari olimpiade tiba ...
 
   Tiba di hari menegangkan, dimana aku, melani dan dua orang temanku harus berjuang mengerjakan satu per satu soal yang sudah dipersiapkan. Aku dan teman-teman yang lain dipinta menunggu disekolah telebih dahulu, teman-teman kelas seperti tak lupa untuk memberiku semangat yang luar biasa hebohnya. Setibanya sana, kita harus mengikuti tiap rangkaian acara yang sudah disusun panitia. Awal pertama, kita harus memperhatikan sekaligus mendengarkan apa-apa saja yang harus dilakukan dan tak boleh dilanggar, sampai pada rangkaian terakhir dimana itu menjadi sesi pemotretan siswa/i yang menjadi perwakilan tiap sekolah dan pemberitahuan tentang kelas yang akan menjadi tempat pengerjaan soal. Ketika kita berjalan menuju ruangan.
   "Zah gimana ini, aku takut gabisa mengerjakan dengan baik." Ujar melani dengan rasa pesimisnya.
   "Udah mel tenang aja rileks, kamu harus yakin kalo kamu bisa."
   "Tapi zah...."
   "Sudah mel, kita pasti bisa mengerjakannya. Jangan megecewakan guru yang sudah mempercayai kita."
   "Hmm yasudah zah, bismillah"
   "Semangat oke?"
   "Siap deh."
   Ketika sudah sampai diruangan yang sudah ditentukan, aku duduk bersama anak fisika yang berasal dari sekolah lain. Aku tak malu untuk mengajaknya berkenalan lebih awal agar disaat nanti kita tidak terlalu canggung saat pengerjaan soal berlangsung dan semata-mata untuk menambah teman.
   "Hai boleh kenalan?" tanyaku sembari tersenyum.
   "Boleh dong." jawabnya dengan membalas senyumku.
   "Namaku Sheila, disini aku ngambil ekonomi."
   "Ohiya Shel, kenalin namaku Maudy disekolah aku dipilih buat ikut fisika disini."
   Disitulah awal perkenalan kita dimulai, setelah itu kita cukup banyak menceritakan tentang mata pelajaran yang kita pilih untuk olimpiade sampai dengan perasaan yang kita rasakan waktu itu.
"Oke adik-adik kalian sudah siap?" tanya seorang pengawas yang baru akan memasuki ruangan.
   "Siap pak." Jawab kami serentak.
   "Yasudah siapkan alas tulisnya!"
   "Siap pak."
   "Oh yaa untuk yang ngambil ekonomi boleh pake kalkulator, tapi pake yang manual yaa gaboleh pake kalkulator dari handphone."
   "Yeaaa" teriakan serentak dari kami.
  Ditengah mengerjakan soal rupanya aku lupa membawa alat hitung tersebut, dan syukurnya Maudy membawa dan tak membutuhkannya sebab tak diperbolehkan oleh panitia disana.
   "Ini pakai saja punyaku." sambil menyerahkan kalkulatornya.
   "Gapapa nih aku pinjam?"
   "Gapapa lagian kan aku ga boleh pake ini, jadi yasudah kamu pake saja punyaku."
   "Iya, yasudah aku pinjam ya nanti kalo sudah selesai langsung ku kembalikan."
   "Oke santai."
   Aku kembali mengerjakan tiap lembaran itu, rupanya banyak teori-teori yang belum dibahas membuatku bingung bagaimana cara mangerjakannya, namun aku terus berkonsentrasi agar nantinya bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Setelah semua soal terselesaikan, aku langsung mengumpulkannya tepat di meja pengawas tapi rupanya Maudy masih terlihat memfokuskan matanya pada tiap soal yang diberi pengawas tadi untuknya.
   "Maudy ini kalkulatormu, aku duluan yaa kamu belum selesai?"
   "Ohiya Shel, ini tinggal beberapa lagi."
   "Terima Kasih untuk pinjamannya, sampai ketemu lagi ya."
   "See u."
   Akupun beranjak pergi keluar ruangan, rupanya anak-anak diruangan lain sudah menyeselesaikn soal-soalnya lebih awal dibandingku termasuk Setiyawan dan Raka yang sudah dengan setianya menungguku didepan ruangan.
   "Hei, gimana barusan lancar?" tanyaku sembari menatap wajah keduanya yang terlihat kusut.
   "Lancar sih tapi ada beberapa materi yang belum pernah aku pelajari sama sekali sebelumnya, jadi tadi aku jawab setahuku saja, kalo kamu tadi gimana?"
   "Lihat mukaku!"
   "Puyeng pasti." Ejeknya
Dengan muka manyunku "Iyalah."
   Waktu menujukan pukul 12.00 siang, dimana itu waktunya untuk kita semua segera kembali ke sekolah masing-masing. Tapi aku memutuskan untuk langsung pulang kerumah karena pikiranku benar-benar lelah. Esoknya aku kembali sekolah dan langsung menceritakan pengalamanku kemarin kepada teman-teman, Febrian dan juga guru ekonomiku. Aku bercerita banyak pada mereka dari awal hingga akhir acara kuceritakan semua tak peduli mereka bosan atau tidak untuk mendengarkan ocehanku. Disaat seperti itu, guru indonesia datang kemudian menugaskan untuk membuat sebuah cerita pendek, tak butuh waktu lama aku langsung mengerjarkannya dan menyelesaikan sisanya untuk dikerjakan dirumah.
   Malam tiba, ketika aku sedang membereskan tugas yang diberi guru indonesiaku tadi siang, febrian tiba-tiba datang ntah dengan tujuan apa.
   "Hei .. Lagi ngapain?" tanyanya sembari berjalan menghampiri.
   "Eh kamu, kok tiba-tiba disini?" sambungku tak menjawab pertanyaanya. Wkwk.
   "Emangnya gaboleh?"
   "Boleh sih tapi tumben saja ko tiba-tiba"
   "Yasudah itu tak penting, kamu lagi ngapain?"
   "Menyelesaikan tugas indonesia"
   "Memang tugasnya apa?"
   "Diminta buat bikin cerita pendek"
   "Ohya? Mana coba aku lihat, aku juga disekolah diminta untuk buat ini"
   "Kamu judulnya apa?"
   "S"
   "S?"
   "Iya S judul yang pas buat cerita tentang kamu"
   "Kamu cerita tentang aku?"
   "Yaa, gapapa kan?"
   Aku tidak menyangka, ia akan menyangkutkanku pada tugasnya.
   "Teruntuk kamu Sheila Dinda Azzhra ini adalah sebuah cerita singkat pertemuan kita berdua, semoga tuhan bisa mempersatukan kita berdua aamiin."
  Sepenggal kalimat diatas adalah salah satu bagian yang ia tulis untuk ceritanya. Untuk kalian mungkin sudah pasti bisa menebak bagaimana perasaanku ketika membacanya.  Semenjak ia melakukan itu, aku menjadi sangat rutin membuat cerita dan juga puisi yang banyak ditujukan padanya. Bisa dibilang ia adalah orang yang bisa menginpirasiku untuk melakukan hal baik. Diakhir cerita ini akan kubocorkan beberapa puisi dari hati yang tertuangkan lewat tulisan.
    Setelah aku tahu isi dari ceritanya, ia mengajakku untuk keluar rumah menyuruhku untuk segera duduk dijok belakang motornya, di sepanjang jalan kita hanya menikmati suasana dengan tidak banyak bicara. Ia membawaku keliling kota dan mengajakku untuk makan malam bersamanya.
   "Mau makan dimana?" tanyanya sambil membalikan wajahnya ke arahku.
   "Masih kenyang, kamu saja yang makan"
   "Gabisa pokonya harus makan!"
   "Engga ah masih kenyang daripada nanti ga habis mubajir jadi mending ga makan sekalian"
   "Pokoknya harus!"
   "Nanti kalo tidak habis gimana?kan mubajir"
   "Nanti aku habiskan sisanya"
   "Yasudah, makan dimana saja aku ikut kamu"
   "Yasudah disini saja yaa" sambil menghentikan motornya di tepi jalan .
   Ketika kita sedang asyiknya menunggu pesanan, matanya diam menatapku dengan tatapan manisnya, namun tak lama dari itu makanan yang kita pesan datang kemudian langsung disantap oleh masing-masing dari kita . Setelahnya kita bergegas untuk segera pulang, namun dia mengajakku untuk kembali mengelilingi kota tanpa basa-basi apapun aku langsung menerima ajakannya. Hehe. Ditengah perjalanan mengelilingi kota ia bercerita hebat padaku diakhir cerita ia mengatakan sesuatu.
"Shel?" sapanya
"Iya kenapa?"
"Aku sangat senang hari ini?"
"Senang karena apa?"
"Karena aku bisa lama-lama bareng kamu hari ini" sambil senyum menyeringai yang kulihat lewat spion motornya.
"Aku juga senang bisa seperti ini"
"Biasanya aku hanya bisa membayangkan kita bisa mengelilingi Kota berdua seperti ini, malam ini tuhan kabulin bayangan-bayangan aku itu"
"Kamu sering membayangkan aku setiap sebelum tidur?cieee" godaku.
"Ah kamu" dengan nadanya yang sedikit menjengkelkan.
"Cieee" godakku kembali sambil memeluknya.
   Setelah itu, kita kembali melanjutkan perjalanan, untuk kali ini kita memutuskan untuk segera pulang karena waktu menunjukkan hampir larut malam. Selama perjalanan kali ini, kita masih tidak banyak bicara, ia yang dengan fokusnya mengendarai motornya dan aku yang masih dengan erat memeluknya. Tiba-tiba saja hujan turun membahasi Kota, ia pun bergegas menepikan motornya untuk mengambil jas hujan di dalam bagasinya, lalu kembali melanjutkan perjalanan dengan ditemani guyuran air hujan sampai kembali kerumah.
   "Terima kasih untuk hari ini sayang, aku sangat senang" sebuah pesan singkat yang ia kirimkan lewat Whatsapps.
   Esoknya aku kembali ke sekolah lalu melakukan kewajibanku sebagai seorang siswi SMA pada umumnya.
 
 #8
 
 
2 Semester lagi
 
Seiring berjalannya waktu, tak terasa tahun ini adalah tahun terakhirku disekolah. Dimana sebentar lagi aku akan kembali sibuk mempersiapkan diri menghadapi ujian semester awal, ujian praktik, ujian akhir nanti dan berjuang untuk dapat masuk Perguruan Tinggi.
   Semester awal, aku jalani semuanya seperti semester-semester sebelumnya dari mulai materi pembelajan yang semakin sini semakin sulit, teman yang semakin sini semakin memperlihatkan solidaritasnya, dan ia yang semakin sini semakin terlihat menyayangiku. Yaa aku dan ia masih bersama-sama. Menurutku untuk semester ini tidak ada yang terlalu berkesan.
 
#9
 
Sampai di Penghujung Semester
 
   Untuk semester kali ini. Aku dan teman-teman dikelas lebih banyak menghabiskan waktu bersama bahkan hampir setiap bulannya ada saja acara yang diadakan oleh salah seorang seperti touring, makan bersama dan banyak hal lainnya. Kegiatan-kegiatan itu terasa hangat dan selalu berkesan. Namun, di semester kali ini juga kelasku sempat bersedih karena guru yang kita cintai sudah waktunya harus pensiun artinya kelasku tentu akan mendapat guru baru. Aku dan teman lainnya hanya berharap semoga guru yang akan mengajar nanti bisa menuangkan ilmunya dengan cara yang menyenangkan dan tentunya tidak membosankan. Sepertinya tuhan mendengar apa yang menjadi harapan kita waktu itu. Kelasku mendapat seorang guru baru asal Universitas Pendidikan Indonesia yang ceria dan tentu caranya mengajar yang menurutku tidak pernah terasa membosankan. Bu Tita namanya. Aku, Lintar, Raka, Riska, Setiyawan serta Tiara merupakan deretan orang-orang yang paling dekat dengannya. Aku adalah orang yang paling sering bertanya perihal materi pembahasan atau Universitas yang pernah dijejakinya karena alasan aku berharap dapat masuk Perguruan Tinggi itu juga, Lintar merupakan orang yang senang bertingkah konyol yang sering kali bisa membuat kita semua tertawa lepas karena tingkahnya, Raka adalah orang yang paling senang menggoda dan senang memperlakukan layaknya teman seangkatan, kemudian Setiyawan adalah seseorang yang paling senang memperdebatkan sesuatu (terkadang sesuatu yang tidak penting pun diperdebatkan), yang terakhir ada Riska dan Tiara mereka adalah dua sejoli yang tidak bisa dipisahkan dimana ada Riska disitu juga ada Tiara begitupun sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang senang bertukar cerita dengan guru yang baru dikenalinya beberapa waktu kebelakang. Karakter kita yang berbeda-beda membuat setiap suasana tidak pernah sepi. Meskipun baru beberapa minggu bisa berkenalan dengannya tapi kita merasa sudah amat dekat.
   4 bulan kedepan sebelum ujung semester ini berakhir, aku dan teman-teman yang lain disibukkan dengan banyaknya ujian.
   Guru A "Untuk Ujian Prakter kali ini kalian harus membuat sebuah karya tulis".
   Guru B "Untuk Ujian Prakter kali ini kalian harus melakukan penelitian".
   Guru C "Untuk Ujian Prakter kali ini kalian harus membuat drama dalam bahasa asing".
   Sebenarnya masih banyak tugas yang diberikan guru lain yang tak kalah rumit dari itu. Disamping itu, aku dan beberapa teman lain yang akan melanjutkan pendidikan disibukkan dengan berbagai pendaftaran yang membuat kepala semakin byur. Meskipun diberi tugas yang sebanyak itu, aku berhasil menyelesaikan semuanya dengan penuh kerja keras.
   Terlepas dari beban Ujian Praktek, Ujian Sekolah dan beberapa Try Out yang sudah aku jalani selama beberapa waktu kebelakang kini giliran Ujian Nasional menghampiri. Aku menjadi seseorang yang lebih gemar membaca dibandingkan hari-hari sebelumnya. Jadi selain senang menulis aku juga senang membaca hal-hal yang sebelumnya belum pernah aku ketahui atau bahkan sempat terlupakan.
   "Anak-anak tak terasa bukan beberapa hari kedepan kalian sudah harus menghadapi UN lagi?" ucap guru kesayangan kita.
   "Iya buu".
   "Sudah waktunya kalian untuk lebih banyak membaca".
   "Siap buu".
   "Semangat dan Sukses!".
   "Siap bu, terima kasih".
   Sehari sebelum UN berlangsung aku mendapat banyak support dari keluarga, teman-teman, dan kekasih.
   "Semangat dan Sukses UN Shel. God bless u".
   "Semangat dan Sukses sayang, semoga lancar ..".
 
Ujian lagi bro :(
 
   4 hari kedepan aku harus terus berhadapan dengan komputer yang sudah pasti membuat kepala terasa puyeng. Aku mengerjakan soal demi soal dengan teliti dan penuh kehati-hatian berharap dapat mendapatkan nilai yang tidak akan mengkhianati usahaku. Setelah itu, aku sudah harus memikirikan hasil pendaftaranku ke Universitas yang kupilih beberapa waktu lalu, karenanya aku belum bisa bernafas lega hanya lantaran sudah menyelesaikan Ujian Nasional kemarin.
 
Penerimaan
 
    Kembali pada hari yang menegangkan, dimana hari itu akan menentukan lolos atau tidaknya aku pada Universitas yang kupilih. Namun, hari yang sempat membuatku sulit tidur itu menjadi hari yang paling membahagiakan lantaran aku berhasil lolos dan masuk ke Universitas yang aku pilih. Hari itu aku benar-benar bahagia. Beberapa hari setelah pengumuman tadi diluncurkan, akan ada hari yang membuatku atau bahkan semua orang benci pada hari itu yaa hari perpisahan tepatnya. Hari dimana aku akan akan berpisahan dengan teman, guru, dan mereka sahabat yang aku cintai.
 
Hari Menyebalkan
 
   Perpisahan kali ini dirayakan di Kota Istimewa. Ketika acara berlangsung suasana yang seharusnya menyenangkan malah seakan mendung tapi aku dan teman-teman yang lain tetap menikmatinya meski dengan banyak tangisan yang terurai diwajah tiap orangnya. Disana kita melingkar menyanyikan lagu-lagu perpisahan sambil memegang tangan orang disamping kita. Membuat suasana semakin banjir air mata.
   "Terima kasih untuk waktu yang telah dilalui bersama-sama ini, terima kasih untuk banyak support yang ditujukan untuk aku, terima kasih karena sudah menjadi salah satu yang terbaik yang aku punya. Aku merasa beruntung karena kalian ada." Ucapan dariku untuk semua teman-teman.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun