Aku bersama malam kini berada, meniti kata-kata prosa sebelum lelap semanja bantal yang tengah berselimut, Menunggu sepasang katup lena sampai hanyut tertutup, seriang nada di tengah jeritaan ujung zaman berdegup. Aku tetap riang menjemput waktu esok hari, tiada perduli macam apa desis hitam menghantui nanti, hati memang tiada pernah berbicara akan datangnya kesempatan dua kali, namun selama detik masih berjalan di situlah kesempatan
Kali ini tiada imaji lagi kotor singah menemani, atau dari fanatiknya pikiran yang kerap buat angan ini terpental di barisan diksi. Semoga rona nyaman mudah kudekap di sepojok tepi perbaringan, adalah di sudut-sudut indah tempat bermimpi yang telah aku perbincangkan kepada nuansa malam
Ada yang berbisik di sepejam katup sepasang netraku, ternyata tengah sayu melawan gangguan ambigu yang baru singgah di bulatan kornea mata, adalah selaput yang terus berucap rindu kepada cahaya; hari esok
Bersabarlah wahai mata, 'pun aku juga rindu kepadanya, kepada sifat surya yang bertakwa akan rotasinya, menyinari setiap aktifitas torehan narasi dari seterbit hingga terbenamnya matahari
Created By: Nahar
Tanggerang, 18 Januari
_______________________