Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Pusara yang Berhari Raya

8 Agustus 2020   01:31 Diperbarui: 8 Agustus 2020   01:28 69 7
/1/ 
Jalanan lenggang, sunyi; hilang tunggang 
Berawal dari sebuah benda hidup kecil tak kasat mata; runtuh sudah pertahanan manusia 
Terhisap akan sebuah petaka; korban insan bernyawa. 

Kumpulan asap mengepul; pertanda mudik akan muncul 
Kini hanya wacana; lunglai berbalut nestapa 
Karat pun tak terelak; mati motor tak bernyawa. 

/2/
Bulan suci nyatanya tinggal menghitung detik
Pamit pada manusia; usai melenggang pergi
Hanya tersisa hawa keharuan; walau hati tak karuan.

Tertinggal;
Merantau;
Hanya kenangan.

/3/
Seharusnya alunan takbir kembali semarak
Berkeliling; bersorak menyambut kemenangan
Kini, hanya terdengar sedu dari balik surau; menyeka air yang turun dari pelupuk mata.

Sayang,
Tak ada lagi makan bersama; sajian lontong berkuah, kolang kaling berwarna merah
Tak ada lagi berkunjung ke tetangga; terkurung di rumah, sungkeman via virtual maya.

/4//
Lebaran tahun ini semakin sepi saja,
Bukde, Paklek serta Sepupu urung bersua
Bukan perkara jarak dan waktu; ini berbicara cinta keluarga karena tak ingin hilang meninggalkan nama.

Biarlah ini menjadi cerita,
Bahwa pernah ada suatu masa; tidak lagi bisa bersenda canda
Berpeluk mesra; saling menguntai maaf dari relung atma.

Kembali gumpalan merah di tubuh bertanya,
Apakah Nenek baik-baik saja di Alam Barzah? Tanpa was-was;
Doakan kami supaya bumi lekas pulih dan segera berkunjung kembali ke pusaramu di hari raya.

2020

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun