Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Sinetron dan Demonstrasi, Sama-sama Menguras Emosi

8 Oktober 2020   20:41 Diperbarui: 8 Oktober 2020   20:48 166 5
Juga, menonton orang demontrasi bisa mengesampingkan akal sehat. Terkadang, kita merasa terwakili karena sama-sama tidak suka pada penguasa yang bertindak tidak sesuai selera.

Namanya juga drama, hal yang jadi "barang dagangannya" adalah perasaan si penonton itu sendiri. Dengan durasi yang sama, apa yang ditampilkan bisa berbeda antara satu acara dengan acara yang lain dalam hal pengaruhnya pada emosi si penonton.

Demontrasi, juga melibatkan emosi. Saya yang menonton dari rumah tidak pernah benar-benar paham apa yang diperjuangkan para demonstran. Hal yang saya rasakan, hanyalah "puas" ketika para penguasa dilawan dari berbagai kawasan.

Saya termasuk generasi yang menyaksikan demonstrasi besar-besaran di 1998. Masa itu, keruntuhan suatu pemerintahan dianggap sebagai bentuk kemenangan. Perasaan "menang" itu juga masih dirasakan ketika gelombang demonstran berdatangan membanjiri jalan Ibu Kota.

Seperti yang sering ditampilkan dalam sinetron, yang dizalami vs yang menzalimi selalu menjadi tema langganan. Sejak tahun 90-an, sinetron seperti itulah yang sering menduduki puncak rating. Jika "lempeng-lempeng" saja maka jangan aneh minim penonton.

Demi mengaduk emosi, baik demonstran atau penonton dari kejauhan, berita disiarkan ke sana-sini. Tidak jarang berita bohong disebarkan agar orang tergugah untuk melakukan perlawanan. Substansi, jauh dari kata "mengerti" yang penting ikut meramaikan.

Jika emosi sudah tersentuh, saya yang tidak mengerti subtansi pun ingin ikut bicara. Karena jauh dari Ibu Kota, ya hanya bisa bicara di social media. Lucunya, apa yang diunggah sering jauh dari topik. Asal "menyerang", hati sudah senang.

Walaupun tidak mengerti substansi, karena suka "ngomporin" lewat tulisan dan lukisan, jadinya saya pun gatal ingin "dikenal". Aha, jangan-jangan demontrasi yang minim substansi itu memiliki perasaan yang sama dengan saya, hanya ingin terkenal di media sosial.

(Dari berbagai sumber)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun