Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen | Sapuan Angin Selatan

24 Juli 2019   03:15 Diperbarui: 24 Juli 2019   19:57 90 2
Oleh: Singgih Hidayat*


Pada Sabtu malam atau akrab disebut 'malam mingguan' aku mempunyai kebiasaan yang menarik, yaitu Perjanjenan. Perjanjenan adalah semacam upacara wajib bagi perindu-perindu Nabi Muhammad Saw. Tradisi keagamaan yang sudah makin jarang dilakukan oleh masyarakat urban.

Tapi tidak bagi kami. Kebiasaan Perjanjenan sudah mengakar pada santri Langgar Raudhatut Thalab Desa Trikarso. Setiap malam Minggu pasti banyak santri duduk-duduk di langgar.

Yah, walaupun anak-anak itu datang dengan tujuan lain tetapi tak jadi masalah. Kebanyakan mereka datang untuk bermain Game Free Fire (tembak-tembakan). Tapi mereka tetap mengikuti Perjanjen terlebih dahulu.

Begitulah orientasi mereka datang ke langgar. Tapi itu benar-benar tak jadi masalah, karena Langgar Raudhatut Thalab akan semakin hangat.

Namun, alangkah baiknya jika kita memperbaiki niat. "Perjanjenan kan dalam rangka mendapat syafa'at Nabi Muhammad Saw," ucap Gus Lombo.

Aku sangat percaya bahwa ruh Nabi Muhammad Saw, hadir bersama para perindu yang syahdu. Bahkan, aku sangat tersentuh ketika momen srakalan berlangsung. Momen srakalan adalah momen ketika tepat di baca 'mahalul qiyam'.

Kalimat puitis itu ialah, "Marhaban Ya Nural 'aini..."

Kitab yang sering kami baca di acara Perjanjen adalah Al Barjanji karya Syaikh Al Barjanji.

Sebenarnya, Perjanjenan ini ditujukan dalam rangka membacakan riwayat Nabi Muhammad Saw. Mulai dari kelahiran Nabi Muhammad Saw sampai beliau wafat. Tentu dengan berbagai dinamika yang di hadapi beliau selama menyebarkan agama Islam.

"Semoga, kita semua mendapat luberan syafa'atnya, Amin..." ucap Gus Lombo suatu ketika.

Tidak seperti anak-anak jaman now yang malam minggunya di isi dengan kegiatan yang tidak penting. Aku justru lebih memilih untuk bergembira-ria dengan para perindu Nabi Muhammad Saw. Menikmati syahdunya malam bersama para perindu sejati.

Kegiatan tak penting semisal pergi ke alun-alun adalah hal yang sangat perlu aku jauhi. Sebab, di sana pasti banyak anak-anak muda yang sedang berkencan. Ya, seperti kasus yang banyak terjadi, berkencan atau berdua-duaan akan menjerumuskan kepada hal yang menyesatkan. Pokonya bahaya!

"Kan, hal itu tak diajarkan oleh agama islam, toh!"

Selain anak muda yang berkencan, banyak anak muda yang tergabung dalam komunitas-komunitas. Misalnya, komunitas motor. Mereka pun berkumpul untuk mengadakan 'Kopdar'.

"Iya, seperti yang kalian tebak. Bahwa, setiap perkumpulan anak-anak muda di luar jalur agama akan terjerumus juga kepada hal yang tak baik."

Mungkin, ada anak yang sedang berpesta minum-minuman keras di sana. Iya, begitulah!

Kenapa aku nyinyir seperti itu? Jelas, pertama karena aku tak punya pasangan alias jomblo, hehe. Kedua, aku tidak punya banyak uang seperti mereka-mereka.

Kini perjanjen telah usai.

Entah karena apa, Perjanjen kali ini begitu cepat selesai. Ternyata eh ternyata, setelah Perjanjenan selesai, kita diajak oleh Gus Lombo untuk pergi ke masjid mengikuti pengajian yang diadakan oleh Ranting NU Desa Trikarso. Tepatnya di Masjid Jami' Baiturrahman Desa Trikarso.

Mungkin, malam ini adalah malamku. Sebab, setelah aku dan beberapa anak Langgar Raudhatut Thalab sampai di masjid, pengajian baru saja dimulai. Kenapa aku menyebut malam ini adalah malamku? Sebab, aku ketiban rejeki nomplok. Apa itu? snack dibagikan sewaktu aku baru duduk, dan karena snack itu yang aku tunggu-tunggu kedatangannya. Tentunya selain keberkahan ilmu dari Pak Kyai yang sedang mengisi pengajian.

Seperti orang awam. Kalau pengajian, rasa ngantuk pasti menyerang badan. Benar sekali, setelah pegajian dimulai, lama-kelamaan aku juga merasa ngantuk juga. Tapi, di sela-sela ngantuk yang tak tertahankan itu, tiba-tiba ada angin kencang yang datang dari arah selatan. Aku kaget bukan kepalang, karena tiba-tiba ada angin kencang menyapu muka.

"Mungkinkah itu suatu pertanda?" ucapku dalam hati.

Malam ini terasa begitu dingin menusuk tulang. Ah, sial! Aku tiba-tiba ingin buang air kecil. Entah itu kebetulan atau bukan, di waktu dingin, manusia pasti akan dilanda beser berkepanjangan.

Saat aku berdiri, temanku tiba-tiba berkata, "Mau ke mana?"

Lalu aku menjawab, "Pingin pipis."

"Aku ikut, dong!"

Akhirnya, aku dan temanku pergi ke WC. Selesai pipis, kita memutuskan untuk kembali ke tempat duduk.

Temanku berkata, "Heh! Kamu merasa aneh nggak?"

"Aneh gimana?" jawabku.

"Ya aneh! Tadi waktu ada angin. Angin itu  membuatku sangat merasa dingin sekali. Apakah kamu merasakan itu juga?"

"Hem..."

Dalam hati, aku menjawab, "Aku juga merasa merinding. Sebab, menurut orang, Kyai Tarom punya karomah yang luar biasa. Aku berpikir kalau Pak Kyai Tarom benar-benar hadir pada acara rutinan ini. Sebab, pengajian sama dengan mencari ilmu. Dalam Islam biasa disebut sebagai majelis ilmu atau raudhatul min riyadhil jannah."

Sejurus kemudian, pengajian pun selesai. Aku dan beberapa santri memutuskan untuk beranjak pulang ke langgar.

Dalam perjalanan pulang aku dan temanku bercakap tentang hal yang tadi di alami olehku. Jujur, aku sangat penasaran!

Sesampainya di langgar, para santri ada yang langsung tertidur karena sudah ngantuk berat, ada yang mabar (main bareng Game Free Fire), dan ada yang cuma bermain handphone saja.

Tapi aku memilih untuk berdiskusi dengan Gus Lombo. Aku masih sangat penasaran dengan kejadian yang baru saja aku alami. Sehingga berbincang-bincanglah aku dengan Gus Lombo yang ahli 'ngelemboni' itu. Eh, maksudnya ahli hal-hal mistik seperti itu. Gus Lombo menerangkan bahwa, ada kemungkinan Kyai Tarom hadir dalam acara rutinan di masjid itu.

"Sebab, seorang waliyullah atau kekasih Allah di perbolehkan untuk berlaku linuwih seperti itu," tambahnya.

Perbincangan demi perbincangan telah berlalu. Waktu ternyata memaksaku untuk mengentikan perbincangan mistik malam ini. Di dalam langgar terlihat jarum panjang menunjukan angka dua belas. Sementara jarum pendeknya, juga tepat di angka dua belas.

"Sudah jam 12 malam, ayuk tidur!" ajak Gus Lombo.

Tak disangka, santri dengan gelar 'generasi micin' ternyata masih pada melek. Mereka sedang bermain game. Mereka sedang menggerombol di pojokan langgar.

"Kami sedang mabar! Tidurnya nanti saja kalau adzan subuh berkumandang!"

Sejurus kemudian, aku berbisik pada empunya hati, "Ahh. Bodo amat! Itu urusan mereka. Aku tak perlu khawatir dengan masa depan mereka. Toh, mereka yang bakal mengalami sendiri."

Akhirnya, aku menuruti kemauan Tuhan untuk mengistirahatkan badan. Aku sangat lelah, sebab, dari pagi sampai sore hari, aku mencari-cari (lowongan) pekerjaan. Iya, padahal sebenarnya aku tahu bahwa pekerjaan bukan dicari, tapi diciptakan.


*Penulis adalah lulusan sekolah SMK Ma'arif 1 Kebumen tahun 2018. Kini, masih mencari-cari pekerjaan. Disela-sela itu, penulis aktif berdiskusi dengan anak-anak (bocah) Musholla Roudhotut Thalab Desa Trikarso. Sehingga termotivasi untuk menulis. Forum diskusi kecil-kecilan itu diinisiasi oleh Khasbi--Mahasiswa IAINU Kebumen sekaligus kader PMII dan penggagas Institut Literasi Indonesia (ILI).


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun