Puisi juga, dapat menawarkan berbagai imajinasi berupa harmoni rasa yang begitu pekat. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Alih-alih, seperti alunan musical yang begitu jelas not-notnya. Ia pun memiliki rima dan irama. Terkadang ia harus meninggikan suaranya dan pada saatnya nanti ia harus merendahkan suaranya. Seperti itulah puisi berlayar, seperti layaknya penikmat piano, gitar, biola, kecapi, seruling, harpa, violin dan masih banyak lagi jenis alat musik lainnya.Begitu merdu.
Puisi, bak buliran embun yang bergulir di dedaunan. Bening dan sarat makna kemudian mengalir begitu saja. Tiap kata yang ditulisnya penuh arti, baik itu tersirat maupun tersurat. Padanya dramatisasi dalam mengatur rima pun tak luput dari perhatian. Menjadi ajang yang sangat indah, ketika si penulis mampu memberikan efek stimulan bagi orang yang mebacanya dapat tersenyum, tertawa, menangis, mengagumi, marah, tersinggung, cemburu, berempati, simpati, mengumpat, dan patah hati.
Bagaimana cara membuat puisi yang baik sehingga ia mampu membuat si penikmat menjadi emosional? Banyak contoh sebenarnya, yang bisa mengembangkan daya imajinatif, ide maupun inspirasi. Dengan banyak membaca karya-karya hebat para sastrawan, seperti Taufik Ismail, WS Rendra, Mh Ainun Nadjib, Helvy Tiana Rosa, Kahlil Gibran paling tidak mampu mengatasi ketidakpekaan. Terpenting dalam kepenulisan skenario puisi ini, tak lepas dari pengamatan terhadap lingkungan sekitar, kawan yang sedang putus cinta, merindukan seseorang, teman yang sedang marah kemudian patah hati atau seseorang yang merindukan ibunya, ayahnya, saudaranya, atau seorang presiden pun menjadi bidikannya. Siapapun yang ada dalam imajiner lembar-lembar otak ini jadilah seperti yang mereka rasakan dan itu tidak mudah. Menjadi orang lain bersama sifat dan karakternya tentu keluar dari habitat sesungguhnya.
Akhirnya, masih terus belajar. Proses, salah satu episode pembelajarannya. Pohon, ranting, daun, bunga, gunung, ngarai, lembah, laut, samudra, awan, langit, angin, kemudian berujung di tinta. Tak berhenti untuk menuangkan goresan. Apapun objeknya, pakaiannya rasa.
Tangerang, 19 Februari 2015