Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Kelanjutan Kisah Petani Cabai

18 Januari 2019   17:10 Diperbarui: 18 Januari 2019   17:21 207 0
Sumber

Satu hari untuk memetik cabai ongkosnya Rp 70 ribu. Biasanya sehari bisa memetik 5 kilogram cabai. Bila petani tetap memetik cabai, maka mereka akan rugi hingga Rp 35 ribu. Itu pun baru perkiraan, karena aslinya mungkin lebih besar lagi.

Andai harga jual cabai mencapai Rp 15 ribu per kg, maka itu bisa menutup biaya produksi dan masih ada sedikit sisa keuntungan bagi petani.

Ironisnya, sebagian besar warga di wilayah itu mengandalkan penjualan cabai untuk kebutuhan sehari-hari. Ada sekitar 300 hektar lebih lahan yang ditanami cabai di kawasan itu. Artinya, harga cabai yang anjlok ini sangat berpengaruh pada kehidupan sebagian besar masyarakat di sana.

Harga cabai yang anjlok juga rupanya terjadi di daerah lain. Seperti diberitakan, para petani di kecamatan Sinjai Borong, Sulawesi Selatan juga sedang kembang kempis karena harga cabai turun drastis.

Pada tahun 2018 lalu harga cabai meningkat mencapai Rp. 20.000/kg, kemudian pada tahun 2019 turun drastis menjadi Rp. 5000/kg. Harga cabai yang cukup tinggi di tahun lalu memang menjadi faktor penarik bagi banyak petani untuk bertanam cabai. Namun kini, mereka mungkin menyesali keputusannya itu.

Sumber

Dalam jangka panjang, anjloknya harga cabai bisa berdampak pada menurunnya minat petani bertanam produk hortikultura itu. Dan bila itu terjadi, maka kita harus bersiap harga cabai naik lagi akibat menurunnya pasokan cabai di pasaran.

Agar siklus ini tidak terus berulang, maka perlu ada intervensi pemerintah untuk mengendalikan harga. Dalam lingkup regional, Gubernur Jawa Tengah sudah mengeluarkan himbauan agar pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan pemerintah daerah Jawa Tengah membeli cabai dari petani. Tapi solusi itu bersifat jangka pendek saja.

Tanpa adanya solusi yang bersifat sistemik, maka siklus fluktuasi harga cabai berpeluang terus terjadi. Sejauh ini, sudah ada upaya mewacanakan agar Kementerian Pertanian (KEmentan) dan Perum Bulog turun tangan. Mereka bisa saja menjadikan cabai sebagai produk pangan prioritas sehingga mendapat perlakuan berbeda. Misalnya pemberlakuan harga batas bawah dan atas, seperti halnya padi atau jagung. Tapi sejauh ini, usulan dan wacana itu masih seperti belum ditanggapi.

Mungkin butuh lebih banyak lagi petani yang 'nyambal' di jalanan, agar pemerintah tergerak untuk memberikan jalan keluar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun