Mohon tunggu...
KOMENTAR
Financial Pilihan

Dirayu untuk Berutang, Saat Tak Bisa Bayar Ditekan

8 Agustus 2020   07:07 Diperbarui: 8 Agustus 2020   07:08 94 6
Sebagian kita masuk dalam logika yang tak saya pahami. Mungkin saya saja yang tak bisa memahaminya. Logika soal berutang.

Satu ketika di waktu lampau ibu saya pernah didatangi seseorang. Dia memberi rayuan agar ibu saya mau berutang. Nilainya cukup banyak lah yang ditawarkan. Lalu, dijelaskan keuntungan berutang padanya.

Saya yang mendengar percakapan itu, langsung berpikir, "masa utang dikatakan untung". Yang namanya utang ya utang yang harus dibayar. Menjelaskan keuntungan cara pembayaran tak mengubah substansi bahwa utang harus dibayar.

Cara-cara merayu itu muncul di banyak tempat. Cara merayunya, wah sangat "menggairahkan". Orang yang dirayu itu tentu ada yang "terjebak". "Terjebak" maksudnya adalah terjebak utang.

Nah, kadang yang merayu tak lihat kondisi ekonomi yang dirayu. Asal dapat konsumen, maka kerjaan beres. Sekarang bayangkan saja, ketika yang dirayu ekonominya pas-pasan. Lalu dia memutuskan berutang. Problemnya adalah apakah utang bisa dibayarkan tepat waktu?

Itu jadi problem. Nah, ketika yang berutang itu tak bisa membayar sesuai waktunya, tekanan demi tekanan dilancarkan. Orang yang kena rayuan, berutang, dan tak bisa bayar tepat waktu adalah mereka yang terjebak dua kali.

Terjebak utang dan terjebak tak bisa bayar utang tepat waktu. Kalau tak bisa bayar utang tepat waktu, tekanannya luar biasa. Tekanan luar biasa itu pernah dialami teman saya.  Dia terjebak utang karena dinakali sama kolega bisnisnya. Utangnya luar biasa banyak.

Tiap hari rumah teman saya didatangi penagih utang. Apa yang dilakukan teman saya? Tiap hari dia pasti keluar rumah jam 5 pagi dan pulang jam 11 malam. Dia lakukan itu untuk menghindari penagih utang. Lalu saya bertanya padanya. "Selama jam 5 pagi sampai jam 11 malam kamu ke mana saja?" Tanyaku.

"Wah aku pokoknya keluar saja. Entah ke mana, yang penting tak ada di rumah. Kalau di rumah pasti didatangi penagih utang dan..." ujarnya. Kini utang si teman sudah lunas setelah menjual banyak aset berharga.

Soal Keadaan

Berutang bagi sebagian orang adalah pilihan. Artinya orang itu memiliki pilihan untuk berutang atau tidak. Orang jenis ini cenderung merdeka memutuskan sikapnya.

Tapi ada juga orang yang memang terpaksa keadaan. Ini terjadi pada para pedagang kecil di pasar. Mereka yang berdagang kecil-kecilan, kadang rugi. Saat rugi, tak ada lagi uang yang cukup untuk kembali berdagang. Situasinya tentu rumit.

Uang sudah menipis, terancam tak bisa berdagang secara normal. Belum lagi, orang di rumah harus makan tiap harinya. Di sinilah kemudian para pemberi utang itu datang. Mereka seperti para malaikat yang datang tepat waktu. Tentu saja pedagang kecil yang sedang terdesak, akan berutang.

Masalahnya jadi mengerikan karena bunga utangnya luarr biasa. Pedagang-pedagang kecil itu akhirnya kelimpungan hanya untuk membayar bunganya. Semoga saja mereka yang manusiawi diberikan kemudahan untuk meminjamkan uang pada yang membutuhkan. Jangan sampai sudah pedagang kecil, untung kecil, begitu rugi langsung utang dengan bunga yang membumbung tinggi.

Akhirnya, mereka yang utang itu ada dua kelompok. Kelompok yang relatif merdeka dan kelompok yang relatif kepepet.

Bagi kelompok yang relatif merdeka, jangan mudah kena rayu berutang. Hidup normal saja dan memilih tak utang. Tapi jika Anda adalah pengusaha merdeka yang bisa mengukur diri, utang pun juga tak masalah. Asal tahu konsekuensinya. Jika sudah berutang, maka hitung-hitungan keuangannya harus jelas. Saat hitungan jelas, maka disiplinkan diri untuk mengumpulkan uang buat menabung dan membayar utang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun