"He..haloo..wahhh"
Aku buru-buru menoleh..jarinya yang mungil menunjuk ke langit,matanya takjub melihat sesuatu..
"Lihat apa..?"
Jari mungilnya menunjuk ke langit lagi....
"Cantiknya??"
Aku tertegun melihat telur ceplok itu,di kejauhan aku mendengar sayup suara adzan berkumandang..
"Bu guru ayo cepat masuk..cepatt.."
Aku yang melihat tingkahnya buru-buru masuk ke dalam rumah..
"Cepat Bu guru Badutnya lewat.."
Badut..badut apa..
Dua hari kemudian di pagi yang dingin, kabut masih menari-nari di tengah perkebunan Sedap Malam,saat aku berjalan-jalan pagi itu sebelum berangkat ke Play Groupku,aku bertemu dengan si aktif persis di depan perkebunan itu..
"Halo ganteng..?"
"Bu guru nanti sore aku boleh main lagi ke rumah Bu guru..?"
"Boleh ..sama mama ya.."
"Sama mbahku..boleh ya?"
"Mbah.."
Dia mengangguk,aku melihat wajahnya serius..
"Aku mau liat telur ceplok di rumah Bu guru.."
"Telur ceplok apa.."
Aku memang sudah lupa apa yang di maksud telur ceplok oleh si aktif ini.. namanya Rio,anak laki-laki berpipi tembem,lucu,dan super aktif..caranya dia bicara selalu buatku tersenyum sampai kadang tertawa..
Benar.. begitu senja, saat matahari hampir tenggelam dia berjingkrak-jingkrak namun kali ini tidak seperti kemarin..ya mungkin saja karena yang dulu itu adalah kali pertama dia melihat telur ceplok yang amat besar menggantung di angkasa..
"Wah..bagus ya.."
"Bagus ya yo.."
Rio mengangguk..
"Bu guru ayo masuk rumah..ayo.."
Tiba-tiba tangan mungilnya menggandeng pergelangan tanganku,mengajakku masuk rumah..
"Kenapa.."
"Ada Badut..Bu guru, Bu guru tanya terus..aku bilang ada badut ya ada badut.."
Setiap senja tiba saat langit cerah..pasti telur ceplok itu muncul,dan itu yang membuatku selalu teringat pada Rio,aku selalu bayangkan dia berlari-lari kebingungan dan berteriak-teriak memanggil mamanya,jarak rumah Rio dan rumahku tidaklah jauh..namun untuk melihat telur ceplok yang menggantung itu sangat jelas bila berdiri tepat di depan rumahku..aku selalu merasa bahwa dia masih berdiri di sana menghadap matahari terbenam dan berteriak-teriak saat telur ceplok menggantung indah di langit kota kecil ini..
Alangkah indah telur ceplok itu..betul kata Rio.
Senja itu aku melihat jazz warna merah berhenti di depan rumahku,dari dalam mobil itu keluarlah seorang laki-laki tampan,gagah,memakai seragam putih.
"Bu guru.."
Dia tersenyum,aku berusaha mengingat-ingat siapa.. tapi tetap saja aku lupa..namun aku baru ingat saat dia..mengatakan
"Ibu melihat telur ceplok,cepat masuk Bu..Badutnya mau lewat.."
Aku tersenyum..mempersilahkannya duduk di ruang tamu,pertanyaan lima belas tahun yang akhirnya terjawab sudah,pertanyaan yang baru terjawab setelah sekian lama.. Arti Teriakan Rio waktu itu..ternyata adalah seruan Adzan yang terdengar di kejauhan saat telur ceplok atau sebutan matahari yang akan tenggelam di ufuk barat,ternyata dia mengibaratkan Adzan itu sebagai Badut..dan dia amat takut melihat Badut, bila Adzan berkumandang suasana kota kecil ini sangat sepi dan itu membuatnya takut..jadi dia menyebutnya bahwa Adzan itu adalah Badut yang mau lewat,namun kini tidak lagi..Rio kecil yang takut dengan Badut menjadi Rio yang pemberani,gagah saat ini ..aku kagum dengannya,turut gembira saat dia mengabarkan dirinya tercatat sebagai calon anggota TNI di kesatuan Angkatan Laut di ujung Surabaya...