Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Aku Menyebutnya Kolese

29 Januari 2012   07:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:20 2517 0
Em oke, akhirnya gue kembali juga :D entah kenapa, semakin nambah menit, jam, dan hari, gue semakin bangga bersekolah di sekolah Yesuit. Yah, didikannya selalu mengajarkan kita untuk menjadi yang lebih baik, baik, dan baik lagi. Ngga ada kata rugi di benak gue untuk bersekolah di sini.

Meskipun biasanya anak Kolese didenifisikan (oleh sebagian orang) anak yang urakan, brutal, ngga bisa diatur, sok tau, ngga tau sopan santun, hm dan tentunya kesannya itu gondes bangeeeet. Eits, definisi apa-apaan itu ? Ngga masuk akal bangeeet, kita adalah sekumpulan anak muda yang ingin "merubah dunia" melalui cara kita tersendiri, karena kita yang menentukan jalan hidup kita sendiri.

Sepintas kalo kita melihat anak Kolese (terutama De Britto), anak-anaknya kesannya "ngga banget" gitu ya ? berati gue simpulin kalo kalian itu bagaikan, mau makan kacang tapi yang dimakan kulitnya, bukan kacangnya, dan kalian udah komentar nahwa kacang itu rasanya ngga enak, oke maksud sama pengandaian yang emang rada njlimet ini ? ayoklah, mulai sekarang jangan suka nilai orang dari luarnya aja, dari dalam :)

KOLESE MERUBAHKU

Bagaimana bisa ? Sebuah sekolah bisa merubahmu ? Mustahil ! Ngga mungkin bangeeeeet ! khayalan ! Bangun dari tidurmu !

Pasti kalian beranggapan seperti begitu kan ? Well gue akui, tanggapan orang memang beda-beda.di Kolese (Loyola terutama), gue baru nemuin "ini lho yang namanya sekolah" mengapa begitu ? Gue jelasin aja. Di sini tdak hanya akademik yang menjadi tolak ukur. Percuma saja kalo kalian pinter tapi pasif dan ngga punya temen. Sama aja bohong ! Kepekaan sosial selalu diasah, guys :D

Jujur ketika masih SMP, gue adalah orang yang cuek dan masa bodoh sama lingkungan sekitar, toh juga bukan urusan gue. Tapi, saat gue ngikutin MOS (POPSILA) seketika itu juga gue sadar kalo kita hidup di dunia itu ngga sendiri lho, ada orang lain juga. Dan MOS selama seminggu itu, gue bisa ndapetin temen banyak bangeeet, ya mencari teman itu semudah mengiris tempe :)

Kolese merubah gue dari yang cupu dan egois, menjadi seorang pribadi yang terbuka dan peduli sesama.

KOLESE ITU BEBAS

Sedikit sekali sekolah-sekolah yang menjunjung tinggi kebebasan siswa/i-nya, terkadang gue prihatin terhadap sekolah-sekolah yang melakukan "pen-dikte-an" ke murid. Misal saja, seragam harus dimasukkan dengan ikat pinggang terlihat, sepatu hitam dengan kaos kaki di atas 5 cm, aduduh tatib jadul bangeeet lah -_-

“Manusia dilahirkan bebas, dan di mana-mana ia terbelenggu!” - J.J Rousesseau

Pendiktean itu sama saja merenggut masa muda dengan perlahan, bukan ? Padahalm masa muda adalah masa dimana kita mengapresiasikan diri, memadu-madakan dalam berpenampilan yang baik. Ini negara demokrasi kan ? Dan ini sudah 2012 kan ? Presidennya juga sudah bukan Soeharto lagi kan ? Nah, mengapa masih ragu untuk memberikan kebebasan kepada siswa ? Kebebasan untuk menjadi manusia bebas.

Kebebasan menjadi manusia yang bebas, yaitu yang mampu mengambil keputusan dan bertindak sesuai hati nuraninya yang benar, tidak terbelenggu oleh gengsi, materi, atau kecenderungan untuk ikut-ikutan saja. Manusia yang bebas adalah manusia yang mandiri dan bertanggungjawab atas pilihan dan tindakannya.

Kebebasan dalam berpakaian

Kebebasan itu bukan suatu hal yang salah kok. Malah murid sendiri merasa bangga, karena di diberi "kepercayaan" untuk menjalankan kebebasan (yg bertanggungjawab). Sejenak tengoklah wajah anak De Britto (lihat gambar atas), wajah sangar yang layaknya seperti seniman, mandi ngga mandi tetep saja keliatan seperti ngga mandi, dan saat mereka berangkat sekolah, pakaian yang mereka pake pun seperti kalo mau berangkat main :D tapi dibalik kebebasan itu semua, mereka siap untuk menjadi PEMBAHARU DUNIA.

Hey STOP, kalian mau menjadi pembaharu dunia ? Ngga salah ? Jiwa nasionalisme aja ngga ada kok mau jadi pejuang-pejuang segala ? pembaharu dunia kesiangan ya ? Upacara aja ngga pernah kok mau jadi pembaharu dunia ? HAHA

Salah kaprah lagiiii -_- plis deh sekali kali kalian itu berpikir rasional dikit gitu kek. Emang, dalam setahun kita ngadain upacar itu bisa diitung pake jari, ngga lebih dari 5x mungkin. Tapi, apa pentolan untuk menjadi seorang yang nasionalisme itu dengan upacara (saja) ? Kita emang ngga make tradisi begituan, kita pake-nya langsung cusss ke tindakan, yah real. Percum tak bergun dong kal ngikutin upacara tapi pas lagi upacara kalian malah sibuk dengan hape masing-masing. Bumi pertiwi menangis, broowwh sist :)

"Kebebasan dan nasionalisme itu bukan hal yang saling bertolak belakang, tetapi itu semua adalah suatu hal yang saling melengkapi" - Aluisia Prita

KOLESE = KELUARGA

Kekeluargaan antar Kolese itu selalu terjalin. Mengapa itu semua bisa terjadi ? Ya, karena kita adalah saudara, kita bukan teman, tetapi saudara ! se-pengajaran, se-darah, se-doktrin, dan masih banyak se- se- yang lain.

DOKTRIN-DOKTRIN YANG DIBERIKAN KE KITA, ANTARA LAIN :


  1. 3C : Competence (mempunyai kemampuan akademik yg unggul) Conscience (memiliki hati nurani yang benar) Compassion (berkepedulian sosial)
  2. Man/woman with/for others : menjadi manusia bagi sesama
  3. AMDG : lebih besarnya kemuliaan Allah.
  4. Discretio : memilih mana yg baik dan buruk
  5. IHS (Iesus Homonium Salvator) : Yesus Penyelamat Manusia
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun