Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen | Boneka Lelaki Kolong

3 Januari 2019   07:23 Diperbarui: 3 Januari 2019   08:30 278 3
Dulu aku ditemukan ketika tubuhku masih berlumuran darah. Kata mereka, aku tak menangis seperti bayi biasanya, bahkan mereka sempat mengira aku mati. Aku hidup dan besar bersama dua orang tua dan seorang adik yang masih kecil di kota metropolis, Jakarta. Aku dan dua orang tuaku bekerja sebagai pemulung. Bersama puluhan, bahkan ratusan pemulung lain, setiap hari aku berlomba mengais-ngais sampah dimanapun tempatnya. Rumahku ada di kolong jembatan. Sebenarnya, jika dilihat dari bentuknya tidak pantas disebut rumah. Bangunan itu terbuat dari papan bekas berukuran 3x3 meter dan hanya beralaskan tikar. Setiap bulannya, kami harus berhadapan dengan Satpol PP yang selalu membokar rumah kami dengan alasan merusak pemandangan kota. Sungguh alasan yang tak berperikemanusiaan, menurutku. Jika musim penghujan, kami harus bersiap pindah manakala banjir mengancam. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun