11 Maret 2022 10:49Diperbarui: 11 Maret 2022 10:5119723
Aku sampai di pekarangan rumah Kiai Maksum lima menit menjelang shalat Ashar. Kiai Maksum meenyambutku di teras rumahnya. Aku kebanyakaan menundukkan kepala saat beliau berbicara denganku. Tak lama kemudian, aku mendengar suara kaki yang menginjak lantai keramik dari dalam. Aku mengangkat kepalaku sekilas. Ternyata Annisa yang muncul dari dalam rumah membawakakan minuman untuk kami. Aku sama sekali tidak berani mengangkat mukaku saat putri semata wayang Kiai Maksum itu meletakkan minuman di atas meja di hadapanku. Aku hanya bisa melihat wajahnya yang anggun yang memantul dari kaca meja. Hatiku berdesir halus saat itu. Jantungku juga mau copot. Aku tidak memungkiri kalau Annisa memang benar-benar jelita. Sayang, untuk memilikinya rupanya masih jauh dari panggan daripada api.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.