Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma Pilihan

Usai Romadhon Nanti, Yuk Terapkan Etos Kerja Muslim Seperti Anjuran Nabi

15 April 2023   13:26 Diperbarui: 15 April 2023   13:26 426 1
Hari Raya Idul Fitri segera tiba. Di hari tersebut, umat Islam merayakan kemenangan setelah selama sebulan penuh berpuasa. Tidak sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan hawa nafsu.

Muslim yang khusyuk selama bulan Romadhon pasti akan memperbanyak ibadah guna lebih mendekatkan diri kepada Allah. Mungkin ada insan muslim yang sholatnya bolong-bolong akan berusaha sholat lima waktu. Bagi yang sholatnya sudah lima waktu akan berusaha untuk tepat waktu. Lainnya akan mengejar sholat sunnah lainnya seperti sholat Tarawih, sholat Dhuha, sholat Tahajud dan sebagainya termasuk tadarus kitab suci Al-Qur'an.

Kita mungkin sering mendengar khutbah sholat 'Ied yang pada intinya mengatakan bahwa seorang muslim yang beribadah secara khusyuk selama Romadhon, maka di hari Idul Fitri ia seakan-akan terlahir kembali seperti bayi. Maksudnya, dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa ta'ala dan ia akan menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya.

Orang yang sehari-hari gampang emosi misalnya, menjadi lebih sabar. Orang yang suka tinggi hati menjadi rendah hati. Begitu pula orang yang gemar flexing hidup mewah menjadi lebih bersahaja, dan seterusnya. Ada perubahan karakter yang signifikan dalam kehidupannya sehari-hari, dari karakter negatif menjadi positif.

Nah, momen Idul Fitri ternyata juga mengandung hikmah bagi para pegawai atau pekerja muslim. Usai menjalankan ibadah selama Romadhon, mereka juga mendapatkan hikmah dari ibadah yang dilakukannya. Yaitu menjadi pekerja atau pegawai yang lebih baik serta menjunjung tinggi etos kerja muslim.

Dikutip dari laman NU Jatim, ada empat prinsip etos kerja yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam sebagaimana diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu'bul Iman. Keempat prinsip tersebut adalah:
1. bekerja dengan cara yang halal (thalaba ad-dunya halalan).
2. bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang lain (ta'affufan an al-mas'alah).
3. bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga (sa'yan ala iyalihi).
4. bekerja untuk meringankan beban hidup tetangga (ta'aththufan ala jarihi).


Bekerja dengan cara yang halal

Mengenai etos kerja pertama, muslim yang taat kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW akan berpikir seribu kali apabila ada tawaran pekerjaan yang tidak halal kepadanya. Begitu pula ketika bekerja, muslim yang taat juga pasti akan berpikir sepuluh ribu kali apabila peluang korupsi ada di depan mata.

Disalin dari laman Umma.id, Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah ayat 105 (QS 9:105)

"Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."

Ayat itu menjelaskan tentang perintah bekerja dimana Allah SWT bersama Rasul-Nya beserta orang-orang mukmin akan melakukan pengawasan secara langsung terhadap setiap pekerjaan. Jangan lupakan sifat Al-Alim yang dimiliki oleh Allah SWT, yaitu Yang Maha Mengetahui apa-apa yang dikerjakan oleh manusia yang pastinya akan mengetahui tindakan koruptif yang dilakukan oleh seseorang yang miskin akhlak.

Dikutip dari laman Al Manhaj, Rasulullah SAW pernah bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh HR at-Tirmidzi dan ad-Darimi dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami' no.7300, yang terjemahannya sebagai berikut:

"Tidak akan bergeser tapak kaki seorang hamba pada hari Kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: Tentang umurnya, untuk apa ia habiskan? Tentang jasadnya, untuk apa ia gunakan? Tentang hartanya, darimana ia mendapatkannya dan kemanakah ia menafkahkannya? Dan tentang ilmunya, apakah yang telah ia amalkan."

Masih di sumber yang sama, sabda Rasulullah SAW memperingatkan tentang ancaman neraka bagi siapa saja yang mencari nafkah dengan cara yang tidak halal. Hal ini diriwayatkan oleh HR Ahmad dan ad-Darimi, serta dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihut Targhib no. 1728, yang terjemahannya sebagai berikut:

"Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari harta yang haram. Neraka lebih pantas untuknya."

Muslim yang sukses beribadah selama Romadhon pasti akan bekerja dengan amanah dan menghindari korupsi. Apalagi bila ia telah berkeluarga, pasti merasa pantang memberi nafkah keluarganya dengan uang yang tidak halal.


Bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang lain

Berkaitan dengan etos kerja kedua, seorang muslim yang bekerja itu sama dengan menjaga harkat dan martabatnya karena ia tidak menjadi beban hidup orang lain. Apalagi bila orang lain juga hidup susah, maka bila seseorang masih menggantungkan hidupnya pada orang lain, itu sama saja dengan mempersulit kehidupan orang lain.

Muslim dewasa yang sehat jiwa dan raga pantang merepotkan orang lain. Ia memiliki semangat agar mampu hidup mandiri dimanapun ia berada.

Islam mengajarkan agar para muslim bekerja untuk mencari karunia Allah SWT. Dinukil dari NU Jatim, ada sebuah hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang terjemahannya sebagai berikut:

"Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya." (HR al-Bukhari dan Muslim).

Hadis ini merupakan kemuliaan seseorang yang bekerja keras yang kedudukannya lebih baik daripada orang yang meminta-minta. Hadis itu memberi perumpamaan pemanggul kayu bakar, karena pekerjaan tersebut merupakan salah satu pekerjaan yang tergolong berat karena mengandalkan fisik.

Jika kita menganalogikannya dengan masa sekarang, maka ada sekian banyak pekerjaan berat. Kuli pasar atau kuli ekspedisi mungkin, atau porter kereta api? Mereka juga sama-sama memikul barang di tubuh mereka. Ada yang berusia muda, setengah baya, bahkan ada pula yang sudah lanjut usia tapi masih kuat memikul barang.

Sadar bahwa ada banyak kebutuhan yang harus dicukupi, mereka bekerja apa saja tidak masalah bahkan bila harus menjadi kuli angkut. Paling penting adalah melakukan pekerjaan yang halal, maka rezeki tidak akan kemana.

Dipetik dari laman NU Jatim yang sama, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Jumu'ah ayat 10 (QS 62:10):

"Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyaknya supaya kamu beruntung."

Dalam surat ini, Allah SWT memerintahkan kaum muslim untuk bekerja dimanapun tempatnya di muka Bumi untuk mencari karunia-Nya. Kaum muslim bisa bekerja mulai bekerja di rumah (wirausaha) hingga bekerja di luar negeri.

Ketika bekerja, hendaknya kaum muslim selalu mengingat Allah sebanyak-banyaknya seraya menanamkan niat bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah, mencari karunia Allah Sang Maha Pemberi Rezeki. Setiap sebelum memulai kerja minimal mengucap basmalah dan ketika pulang bekerja mengucap hamdalah agar pekerjaan yang kita lakukan bermanfaat, mendapatkan berkah dan amanah.


Bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga

Etos kerja ketiga menyatakan bahwa bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarganya. Seorang laki-laki yang telah berkeluarga otomatis menjadi kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab menafkahi keluarganya.

Meskipun mungkin istrinya juga bekerja, seorang suami atau kepala keluarga tetap punya kewajiban mencari nafkah yang halal. Ia bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian/keterampilan yang dimiliki.

Dipetik dari laman NU.or.id, Rasulullah SAW pernah bersabda, yang terjemahannya sebagai berikut:

"Nafkah yang diberikan seorang kepala rumah tangga kepada keluarganya bernilai sedekah. Sungguh, seseorang diberi ganjaran karena meski sesuap nasi yang dia masukkan ke dalam mulut keluarganya." (HR Muttafaq alaih).

Apalagi di jaman sekarang ini, semua serba perlu biaya. Kebutuhan dapur rumah tangga misalnya, sifatnya rutin karena setiap anggota keluarga harus makan. Biaya lainnya seperti listrik, gas, air minum, pendidikan anak-anak dan sebagainya.

Konsekuensi berkeluarga memang begitu, banyak kebutuhan-kebutuhan keluarga yang harus ditanggung. Akan tetapi kita harus meyakini bahwa rezeki seseorang tidak akan pernah tertukar. Dipetik dari laman Rumah Zakat, Allah SWT berfirman dalam surat At-Takwir ayat 3 (QS 81:3) mengenai rezeki seorang muslim yang pasti datang dari mana saja, yang terjemahannya sebagai berikut:

"Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu."

Lalu bagaimana bila seorang kepala keluarga tidak bekerja? Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa apabila seorang kepala keluarga memilih atau sengaja tidak bekerja maka itu termasuk berdosa. Berikut terjemahan hadist Rasulullah SAW sebagaimana dikutip dari Republika:

"Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa jika menahan makan (upah dan sebagainya) orang yang menjadi tanggungannya." (HR Muslim).


Bekerja untuk meringankan beban hidup tetangga

Etos kerja keempat yaitu bekerja untuk meringankan beban hidup tetangga. Mungkin ada orang atau keluarga di sekitar kita yang hidupnya susah bahkan kondisi ekonominya sangat tidak mencukupi untuk kebutuhannya sehari-hari.

Nah, seorang muslim yang baik akan berbagi rezeki yang ia peroleh untuk membantu tetangganya yang papa. Dikutip dari laman NU.or.id, Rasulullah SAW pernah bersabda yang terjemahannya sebagai berikut:
 
"Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya." (HR Muslim).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun