Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Salah Besar Kalau Anggap Mega Sindir Ganjar

1 Juni 2021   13:09 Diperbarui: 1 Juni 2021   13:11 230 2
Pidato Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri saat meresmikan 25 kantor baru PDIP menjadi pembicaraan publik. Tak sedikit pihak yang menilai, sindiran-sindiran Megawati yang keras pada pidato itu ditujukan pada Ganjar Pranowo.

Salah besar. Saya katakan demikian karena jelas tak ada hubungannya pidato Megawati dengan konflik yang terjadi antara Ganjar Pranowo, Puan Maharani dan Bambang Wuryanto. Secara eksplisit maupun implisit, susah sekali mengaitkan sindiran keras pidato Mega itu pada Ganjar.

Misalnya soal Mega yang meminta kader maupun petugas partai out jika tak mau nurut dengan tugas yang diamanatkan partai. Naif sekali kalau itu ditujukan pada Ganjar. Karena bagaimanapun, Ganjar hanya satu dari ribuan kader dan petugas partai PDI Perjuangan.

Sejumlah elit PDI Perjuangan juga sudah menegaskan, bahwa sindiran Megawati itu bukanlah untuk Ganjar. Kader senior PDI Perjuangan, Aria Bima mengatakan, tak mungkin Mega menyindir Ganjar. Karena Ganjar adalah kader yang digadang-gadang Megawati sebagai kader terbaik.

Selama jadi kader PDI Perjuangan dan petugas partai saat menjabat Gubernur Jateng dua periode, Ganjar tak pernah mbalelo dengan partai. Ia selalu manut dengan apa yang ditugaskan partai, salah satunya bekerja keras demi kesejahteraan rakyat.

Saya adalah ibu rumah tangga yang selalu mengikuti kegiatan Ganjar. Selama ini, saya melihat laku kepemimpinan Ganjar selama jadi Gubernur Jawa Tengah selalu mengedepankan semangat Marhaenisme. Persis seperti semangat PDI.

Peduli pada wong cilik adalah tujuan utama Ganjar mengabdi. Nasib petani diperhatikan lewat kartu tani, nelayan dilindungi dengan peraturan daerah perlindungan nelayan. Pelaku UKM disuport penuh dari segi pemodalan hingga pemasaran, serta banyak lagi program merakyat lainnya yang diunggulkan.

Apalagi? Masih banyak sekali program Ganjar yang merakyat. Sekolah tanpa sekat, rumah sakit tanpa dinding adalah visi missi utama Ganjar. Itu sudah dibuktikan, dengan kucuran beasiswa pada siswa-siswa miskin, membuat sekolah gratis bagi siswa miskin berprestasi bernama SMK Jateng. Ada juga program terbaru yakni sekolah virtual. Belum lagi cerita-cerita heroik, dimana ia kerap nebus ijazah siswa-siswa miskin yang ditahan pihak sekolah.

Layanan rumah sakit ditingkatkan. Kemudahan-kemudahan bagi rakyat berobat diwujudkan. Kalau ada keluhan di lapangan, langsung diselesaikan. Ada yang tidak bisa bayar rumah sakit, langsung ditindaklanjuti dengan membantu membayarkan.

Program peningkatan untuk pengembangan agama juga diperhatikan. Bantuan keuangan bagi para pengajar keagamaan, bantuan pondok pesantren, panti asuhan serta hal-hal kecil yang dibutuhkan selalu diberikan.

Apakah itu bukan bukti bahwa ia telah nurut dengan PDI Perjuangan, yakni melaksanakan tugasnya sebagai kader sekaligus petugas partai yang mengabdi pada wong cilik?

Soal sindiran Megawati bahwa banyak kader yang enggan turun ke lapangan. Jelas itu bukan untuk Ganjar. Semua orang tahu, selama memimpin Jateng, Ganjar rutin blusukan hingga ke pelosok daerah guna menyelesaikan persoalan. Kalau tak percaya, pantau saja medsosnya.

Sebelum pandemi, ritme kerja Ganjar bahkan sudah sangat teratur. Senin dan Selasa ia rapat di kantor dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang sifatnya administratif. Rabu dan Kamis ia habiskan untuk roadshow ke sejumlah daerah di Jawa Tengah. Kalau tak cukup, bahkan disambung sampai Jumat hingga Minggu.

Tak hanya kota-kota besar yang disambangi, desa-desa terpencil di daerah pelosok sekalipun ia datangi. Bahkan seringkali, ia menginap di rumah warga yang sederhana sambil ngobrol santai dan menikmati kopi.

Meski rutinitas itu sempat terhenti karena pandemi, namun itu tak berarti Ganjar tak turun ke lapangan. Hampir setiap pekan, ia terjun ke rumah sakit, puskesmas hingga posko-posko penanganan Covid-19 di desa-desa untuk memastikan penanganan sesuai dengan arahan.

Kalau ada orang yang menyebut Ganjar tak pernah ke lapangan, sudah dipastikan dia bukan orang Jawa Tengah.

Kembali pada pidato Megawati. Harapan Megawati pada kader dan petugas politik untuk tetap beridiologi pancasila juga jelas dilakukan Ganjar. Selama ini, Ganjar begitu getol memerangi radikalisme dan intoleransi yang tumbuh di masyarakat. Mantan narapidana terorisme ia gandeng, ASN yang mbelot langsung dicopot.

Bagi Ganjar, Pancasila adalah final. Setiap melantik pejabat biasa hingga Bupati/Wali Kota, Ganjar selalu menekankan soal idiologi bangsa. Siapa yang tidak sepakat dengannya, diminta angkat kaki sejak awal.

Meski tak bisa diukur dengan angka, namun konflik berbau agama, suku, ras dan golongan di Jateng lebih kecil dibanding daerah lain. Bahkan bisa dikatakan jarang sekali terjadi. Secara tidak langsung, ada peran Ganjar di sana. Ia yang selalu getol mengkampanyekan toleransi, mendapat dukungan penuh dari orang-orang yang sepaham dengannya. Forum kerukunan umat beragama berperan, tokoh agama dan tokoh masyarakat mendukungnya.

Jadi kalau ada yang mengatakan Megawati marah dengan Ganjar dan pidato yang disampaikan itu ditujukan untuk Ganjar, suruh sini orangnya. Nanti saya setrika! Heheheehe

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun