Yang akan saya ceritakan disini juga adalah bagaimana pelayanan rumah sakit tersebut yang sangat ketat sekali. Terutama pagi para pengunjung. Sampai-sampai kami sebagai suami istri yang sah bisa dianggap dan bisa terpisahkan oleh pihak sekuriti. Tahu gak kalau sekuriti tersebut sampai memeriksa ke kamar-kamar, bahwa di kamar, pasien hanya boleh ditunggui hanya oleh satu orang. Kesal juga awalnya. Anak menangis, istri hamil, gak tega rasanya ninggalin. Disuruh istri ke luar, anaknya gak mau ditinggal mamanya. Minta dispensasi sama sekuriti, dijawab kalau dia hanya menjalankan perintah. Benar juga sih. Tapi itulah, terpaksa saya memendam amarah. Gondooook banget. Mau pindah rumah sakit, mau pindah ke mana? Sebab sehabis gempa 30 September kemaren, rumah sakit di Padang banyak yang hancur. Wajar juga rumah sakit ini berjubel pasiennya.
Apa? Sebut di sini nama rumah sakitnya? Jangan deh. Ntar kalau disebut di postingan ini bisa-bisa saya dituntut macam Ibu Prita. Lagian, begitu sekuriti itu lengah saya diam-diam ngeloyor masuk. Sekuriti juga manusia. Ada lengahnya. Hihihi. Masak buaya dikadalin. Tulis gak ya 'buaya dikadalin' ini? Ntar macam Pak Susno juga. Yaah... keburu kepencet published-nya. Gimana ini?@081209