Yang sungainya sungai airmata
Yang pohonnya ditebang dari rasa kemanusiaan Yang lautnya muara segala doa para teraniaya
Ah hatiku berserak
Menyerpih dengan rasa malu yang tiada kepalang Setangkup rindu samar pada kehijauan welas asih
Pada ketentraman yang hangat semesta
Di (Nun),
Yang tertangkap oleh mata dan hati
Yang terpaksa dibangunkan untuk dijatuhkan berulang kali
Ketika lemah untuk segala daya dan upaya lebih dekat
Maka di semesta aku titipkan segala sandaran
Yang jatuh pada tanah-tanah berdarah
Di (Nun)
Dalam (Nun)
(Nun) yang jauh dari pandangan kemarin
Kita dekat-dekat kali ini, terlalu
Sungai airmata itu pun sedang menenggelamkan kita
Pohon-pohon kemanusiaan yang ditebang itu ada di kepala kita
Laut yang muara doa para teraniaya keluar dari mulut kita sendiri
Lebih lagi, kitalah sang penganiaya diri sendiri
Ya, kali ini kita yang (Nun) dulu adalah (Nun) untuk pandangan dipelupuk mata mereka
Alangkah kiranya keselamatan masih ditasbihkan untuk kita
Semoga (Nun) berdiri saat tanpa lagi airmata
(Nun) yang dekat
salam untukmu (Nun)