Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Sangkar untuk Kartini

2 Mei 2021   05:22 Diperbarui: 2 Mei 2021   05:39 159 2
23 Agustus 1900 kutuliskan sebuah surat
Untuk melampiaskan apa yang kurasa
Kepada wanita Belanda
Selama ini hanya satu jalan terbuka, bagi gadis  Bumiputera, akan menempuh hidup ialah "kawin".

Kota kelahiranku Jepara
Menjadi saksi aku membara
Ingin kuakui aku ingin lari dari tradisi
Merasa asing ketika yang lain manut, turut, dan luput


Kedua belas tahun umurku
Aku dikurung bak burung yang diikat disangkar
Diajarkan untuk terbang, namun kembali ke sangkar
Aku berteriak dan bercangkarama dengan dinding tak bertuan

Ayahku kuat teguh dan berpendirian
Aku tak ubah hanya wanita biasa baginya
Yang akan disanjung menjadi Raden Ayu

Setelah kucari tahu Raden Ayu bukanlah sosok yang kumau
"Aku ini belum apa-apa, dan dituntut untuk menjadi apa-apa" sangahku pada mereka

Otakku dipoles dengan ilmu
Dari perkembangan zaman baru
Namun aku tidak bisa berkembang seperti perubahan waktu


Tak bisakah, kalian melihat
Matahari sang surya pun mengalah pada bulan
Mereka tahu
Semua berjalan seperti semestinya

Aku, bersuara
Namun percuma
Tetap saja, laki-laki penentu perkara

Aku sering berdebat dengan saudara laki-lakiku
Aku iri atas takdir kemenangannya
Dia berkelana keujung samudra di beda benua

Semua orang bangga padanya
Inilah permainan  zaman yang tak bertiang

Kujalani, kudobrak
Sana sini
Keinginanku akan kuperjuangkan

Bumi pertiwi dan priyayi
Keadilan masih diambang
Tak bisa kau goyahkan batangnya
Kau cari akarnya

Wanita tak sebatas istri
Kalian punya jalan dan hak pribadi
Selalu berjuang walau kau sendiri

Jadilah, wanita yang memajukan negri
Kegelapan itu tidak pernah ada
Jika kau berusaha mencari dan menahan cahaya






KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun