Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Benarkah Kasus di Old Trafford Murni karena ESL dan Glazers?

11 Mei 2021   18:04 Diperbarui: 15 Mei 2021   09:25 324 13
Sudah banyak berita dan ulasan tentang aksi pendudukan stadion Old Trafford oleh kelompok suporter (2/5). Kita juga tahu bahwa topik yang diangkat dalam aksi tersebut adalah tentang ketidakpuasan terhadap kinerja keluarga Glazer--kemudian disebut Glazers--selaku pemilik klub Manchester United sejak 2005.

Salah satu kinerja yang dikritik adalah keputusan mereka bersatu dengan klub besar lain untuk membentuk European Super League (ESL). Seperti yang sudah kita tahu juga, bahwa banyak orang menolak keberadaan ESL.

Namun secara khusus, di Manchester United, gejolak hadir karena kelompok suporternya ada yang merasa keluarga Glazer sudah semakin ngawur dalam menghidupi Man. United. Mereka seperti pihak yang mulai membawa Man. United ke tempat yang berbeda, yaitu bisnis, bukan sepak bola.

Fakta yang ada memang ada benarnya. Seperti tiket menonton di stadion--dan semua klub besar Premie League--menjadi makin mahal. Secara komunal, Manchester United juga menjadi bagian dari alasan hak siar Premier League di televisi kian tinggi.

Sampai kemudian, puncaknya adalah keikutsertaan Manchester United ke dalam "prototipe" ESL. Ini sudah makin memuakkan bagi penggemar Man. United yang melihat klubnya makin mirip perusahaan teknologi atau otomotif yang haus akan pasar dan keuntungan.

Berdasarkan kemunculan ESL dan keikutsertaan Man. United ke dalamnya, pendudukan stadion terjadi. Imbasnya, laga besar antara dua klub tertinggi pemilik trofi terbanyak Premier League, Man. United vs Liverpool, harus batal digelar.

Awalnya, laga itu sempat membuka peluang Liverpool menang walkout (WO) walaupun status mereka adalah tim tamu. Liverpool punya peluang itu, karena mereka sudah hadir di lokasi.

Namun, pihak Liverpool dikabarkan ingin laga ini tetap tergelar. Lahirlah keputusan 14 Mei 2021 sebagai jadwal untuk menghelat laga tunda tersebut.

Melihat keputusan itu kemudian kita bisa berpikir tentang betapa sulitnya Manchester United menjelang akhir musim. Mereka harus menghadapi jadwal padat dan semuanya penting.

Walaupun mereka sudah dapat mengamankan posisi 4 besar, mereka tidak boleh melepas pedal gas. Lawan yang dihadapi juga cenderung gahar dan sarat gengsi.

Sebelum berjumpa dengan Liverpool, mereka harus menghadapi Leicester City (12/5 WIB). Ini bisa disebut sebagai penentuan tentang siapa yang akan finis kedua di klasemen akhir.

Sebenarnya, jarak sudah melebar saat mereka menang melawan Aston Villa (9/5). Tetapi, laga yang mempertemukan langsung dengan si pesaing terdekat tetaplah menentukan.

Kemudian, saat bentrok dengan Liverpool, akan ada adu gengsi. Sejarah dan kondisi aktual membuat Man. United tidak bisa membiarkan Liverpool sebagai tamu dan raja. Mereka seharusnya tetap menjadi tamu saat tiba dan pulang dari Old Trafford.

Tensi ini kemudian kembali diuji oleh kedatangan Fulham. Terlepas dari hasil tiga laga sebelumnya, Manchester United tetap harus menghadapi Fulham tidak dengan lemah-lembut.

Bagaimana dengan laga melawan Wolverhampton Wanderers? Ini yang kemungkinan dapat menjadi batu sandungan. Karena, ini adalah pekan terakhir Premier League, dan setelah itu Man. United harus berangkat ke final Liga Europa.

Di sana, mereka akan berhadapan dengan Villareal dan pelatih raja Liga Europa, yaitu Unai Emery. Apakah Manchester United dapat menghadapi Villareal dengan tenaga penuh?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun