Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Jangan Sombong atau Sok Hebat

9 Desember 2019   12:23 Diperbarui: 9 Desember 2019   12:51 13 0
Markus 14: 26 - 31

Bila kita mendengar kata menyangkal, maka kita akan selalu mengingat satu sosok murid Yesus yang bernama Petrus. Bahkan setiap yang bernama Petrus menjadi ciut begitu mendengar kata tersebut karena akan selalu dihubungkan dengan mereka. Banyak Petrus zaman akhir yang akhirnya marah ketika dihubungkan dengan nama Petrus murid Yesus yang menyangkal.

Dalam perikop ini, sebenarnya Yesus berbicara kepada semua murid yang berdasarkan penglihatan Yesus bahwa mereka semua akan tergoncang imannya. Yesus melandaskan pula pernyataan tersebut sebagaimana yang telah dinubuatkan sebelumnya (Zakharia 13:7). Apa artinya? Yesus tau bahwa murid-murid-Nya tidak memiliki iman yang sempurna dan mengenali dengan jelas kapasitas iman yang dimiliki mereka. Oleh karena itu IA berterus terang akan hal itu. Luar biasa, bukan?

Tetapi kemudian Petrus dengan berani berkata demikian : "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak." Waooo...

Apa yang disampaikan oleh Petrus ini mengandung dua unsur.
Pertama, Petrus sok jago.  Ia muncul sebagai pahlawan bagi murid-murid yang lain. Petrus meyakinkan Yesus dan murid-murid yang lain bahwa apa yang dinyatakan Yesus adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Petrus tidak membenarkan atau membantah apa yang Yesus katakan.

Kedua, perhatikan dengan baik apa yang dikatakan oleh Petrus. Ia membandingkan dirinya dengan murid-murid yang lain. Ia merasa lebih hebat, lebih kuat, lebih pintar, lebih berani, dan segala lebih lainnya. Amazing. Petrus kelihatan hebat, bukan?

Sikap seperti Petrus ini banyak sekali kita jumpai hari-hari ini. Maaf, salah satunya mungkin anda yang sedang membaca tulisan ini. Tapi ketahuilah bahwa orang-orang seperti Petrus ini, hanya tinggal tunggu waktu untuk kepalanya hancur berbentur tembok. Ingat bahwa kesombongan adalah awal kejatuhan manusia.

Kita lanjut...
Mendengar apa yang dikatakan oleh Petrus, akhirnya Yesus berbicara lebih khusus kepada Petrus dengan berkata seperti ini : Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."

Lalu apa respon Petrus terhadap pernyataan Yesus padanya. Petrus berkata pula dengan bersungguh-sungguh seperti ini:  "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Petrus tetap meyakinkan diri bahwa ia takkan menyangkal walau nyawanya menjadi taruhan demi Yesus. Well. Sungguh patut diapresiasi. Bahkan pernyataan Petrus ini membuat murid-murid yang lain pun turut berapi-api dan penuh semangat menyatakan persis yang dikatakan Petrus.  Pertanyaannya, apakah Yesus mengancungi dua jempol? Tidak. Sekali lagi, IA maha tau. Ia mengenali kekuatan dan kelemahan murid-murid-Nya.

Bila demikian, mengapa Petrus dan murid-murid yang lain begitu yakin dan berapi-api dalam menyatakan iman mereka?
Perhatikan dengan baik, Petrus dan murid-murid yang lain memang benar bahwa mereka mengasihi Yesus, tapi kasih yang ada dalam diri mereka adalah kasih pileo. Kasih pileo adalah kasih yang dimiliki manusia terhadap sesama (tidak lebih dari kasih seorang suami terhadap istri dan anak-anak). Jadi waktu Petrus menyatakan bahwa ia siap mati, Petrus melihat dan mengasihi Yesus dari sisi kemanusiaannya. Yesus sebagai guru tidak boleh mati, perlu dijaga, dll.

Benar saja bahwa begitu Yesus hendak ditangkap, Petruslah yang menghunus pedangnya terlebih dahulu kepada sala seorang imam kepala yang bernama Malkhus. Dari sini kita bisa melihat kasih yang ada dalam diri Petrus. Bila kasih yang ada dalam diri Petrus adalah kasih agape (Kasih Allah), maka ia tidak akan membalas kejahatan dengan pedang yang ada ditangannya.

Masih ingat waktu pemberitaan pertama tentang kematian Yesus?  Petrus juga yang menolak berita tentang kematian Yesus tersebut. Dan Yesus pernah bilang pada Petrus "enyalah iblis". Kenapa? Yesus berkata pada Petrus : "sebab engkau tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Jadi intinya bahwa apa yang dinyatakan oleh Petrus yang begitu meyakinkan dan cukup mempengaruhi murid-murid yang lain adalah didasari oleh kasih pileo.

Pelajaran pentingnya adalah mari kita cek kembali kasih yang ada dalam diri kita saat ini. Walau kita kelihatan begitu dekat dengan Yesus, banyak berkorban, meninggalkan banyak hal termasuk pekerjaan dan keluarga, kasih seperti apa yang ada dalam diri kita? Agape atau pileo?

Bahaya dari ikut-ikutkan.
Awalnya kita tau bahwa Yesus berbicara kepada semua murid bahwa iman mereka akan tergoncang.  Lalu munculnya Petrus sebagai pribadi yang banyak berkomentar. Dari komentar-komentar Petrus yang begitu meyakinkan, akhirnya murid-murid yang lain pun ikut bergelora dalam semangat yang sama.

Akhir dari semuanya adalah semua murid-murid bongkar lari meninggalkan Yesus pada saat penangkapan. Semua api semangat akhirnya redup dan mati tanpa meninggalkan bekas. Semua mulut besar menjadi bungkam dan benarlah apa yang dikatakan oleh Yesus bahwa mereka semua tergoncang imannya.

Lalu bagaimana dengan Petrus, pasca peristiwa penangkapan yang berujung pada pengadilan terhadap Yesus, Petrus menjadi pelaku penyangkalan persis seperti yang Yesus katakan.

Catatan :
1. Yesus tau apa kekuatan dan kelemahan kita, terimalah bila hal itu dinyatakan
2. Jangan sok jago atau sok hebat
3. Jangan membanding-bandingkan iman kita dengan iman orang lain
4. Cek kembali kasih yang ada dalam diri kita, apakah kasih Agape atau kasih pileo?
5. Jangan ikut-ikutan membara bila tidak ada keyakinan dari dalam diri

Terima kasih, berharap memberkati. Gb

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun