Mohon tunggu...
Petrus Danggalimu Pemula
Petrus Danggalimu Pemula Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Lahir di Gollu Manila, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kecamatan Wewewa Timur, Desa Wee Limbu pada tanggal, 07-02-1983. Pernah tinggal di pedalaman Kabupaten Rote Ndao, Kecamatan Lobalain Desa Kuli, Dusun Talilipa. Sebagai pelayan anak-anak usia dini melalui dunia pendidikan dengan Visi: pendidikan berkualitas dan karakter mulia dalam diri siswa, sebagai kepala TK-SD. Kemudian pindah ke Kupang dan melayani anak remaja di Rumah Belajar Tefila - Oebufu - Kupang. Sekarang tinggal di Kota Kupang-Oebufu dan pekerjaan terakhir sebagai petani sayur organik-Oebufu-Kupang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Sombong atau Sok Hebat

9 Desember 2019   12:23 Diperbarui: 9 Desember 2019   12:51 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Markus 14: 26 - 31

Bila kita mendengar kata menyangkal, maka kita akan selalu mengingat satu sosok murid Yesus yang bernama Petrus. Bahkan setiap yang bernama Petrus menjadi ciut begitu mendengar kata tersebut karena akan selalu dihubungkan dengan mereka. Banyak Petrus zaman akhir yang akhirnya marah ketika dihubungkan dengan nama Petrus murid Yesus yang menyangkal.

Dalam perikop ini, sebenarnya Yesus berbicara kepada semua murid yang berdasarkan penglihatan Yesus bahwa mereka semua akan tergoncang imannya. Yesus melandaskan pula pernyataan tersebut sebagaimana yang telah dinubuatkan sebelumnya (Zakharia 13:7). Apa artinya? Yesus tau bahwa murid-murid-Nya tidak memiliki iman yang sempurna dan mengenali dengan jelas kapasitas iman yang dimiliki mereka. Oleh karena itu IA berterus terang akan hal itu. Luar biasa, bukan?

Tetapi kemudian Petrus dengan berani berkata demikian : "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak." Waooo...

Apa yang disampaikan oleh Petrus ini mengandung dua unsur.
Pertama, Petrus sok jago.  Ia muncul sebagai pahlawan bagi murid-murid yang lain. Petrus meyakinkan Yesus dan murid-murid yang lain bahwa apa yang dinyatakan Yesus adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Petrus tidak membenarkan atau membantah apa yang Yesus katakan.

Kedua, perhatikan dengan baik apa yang dikatakan oleh Petrus. Ia membandingkan dirinya dengan murid-murid yang lain. Ia merasa lebih hebat, lebih kuat, lebih pintar, lebih berani, dan segala lebih lainnya. Amazing. Petrus kelihatan hebat, bukan?

Sikap seperti Petrus ini banyak sekali kita jumpai hari-hari ini. Maaf, salah satunya mungkin anda yang sedang membaca tulisan ini. Tapi ketahuilah bahwa orang-orang seperti Petrus ini, hanya tinggal tunggu waktu untuk kepalanya hancur berbentur tembok. Ingat bahwa kesombongan adalah awal kejatuhan manusia.

Kita lanjut...
Mendengar apa yang dikatakan oleh Petrus, akhirnya Yesus berbicara lebih khusus kepada Petrus dengan berkata seperti ini : Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."

Lalu apa respon Petrus terhadap pernyataan Yesus padanya. Petrus berkata pula dengan bersungguh-sungguh seperti ini:  "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Petrus tetap meyakinkan diri bahwa ia takkan menyangkal walau nyawanya menjadi taruhan demi Yesus. Well. Sungguh patut diapresiasi. Bahkan pernyataan Petrus ini membuat murid-murid yang lain pun turut berapi-api dan penuh semangat menyatakan persis yang dikatakan Petrus.  Pertanyaannya, apakah Yesus mengancungi dua jempol? Tidak. Sekali lagi, IA maha tau. Ia mengenali kekuatan dan kelemahan murid-murid-Nya.

Bila demikian, mengapa Petrus dan murid-murid yang lain begitu yakin dan berapi-api dalam menyatakan iman mereka?
Perhatikan dengan baik, Petrus dan murid-murid yang lain memang benar bahwa mereka mengasihi Yesus, tapi kasih yang ada dalam diri mereka adalah kasih pileo. Kasih pileo adalah kasih yang dimiliki manusia terhadap sesama (tidak lebih dari kasih seorang suami terhadap istri dan anak-anak). Jadi waktu Petrus menyatakan bahwa ia siap mati, Petrus melihat dan mengasihi Yesus dari sisi kemanusiaannya. Yesus sebagai guru tidak boleh mati, perlu dijaga, dll.

Benar saja bahwa begitu Yesus hendak ditangkap, Petruslah yang menghunus pedangnya terlebih dahulu kepada sala seorang imam kepala yang bernama Malkhus. Dari sini kita bisa melihat kasih yang ada dalam diri Petrus. Bila kasih yang ada dalam diri Petrus adalah kasih agape (Kasih Allah), maka ia tidak akan membalas kejahatan dengan pedang yang ada ditangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun