Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Kampung Bebas Narkoba Gaya Jakarta Timur

16 Maret 2014   17:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:53 301 0
APA yang terlintas dalam benak Anda jika mendengar, atau membaca  kata, “Kampung Bebas Narkoba”. Apa coba? Tentu akan timbul berbagai kesan, imajinasi dan persepsi bahwa di kampung tersebut bersih dari peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Bersih artinya bebas. Artinya,  bebas tapi tidak berarti sebaliknya: bebas beredar, hehehe…

Nah, inilah cerita dan fakta bahwa di Kota Metropolitan Jakarta ini, ternyata masih ada wilayah yang-- (sementara) -- boleh deh disebut sebagai daerah yang bebas dari narkoba. Itulah program Badan Narkotika Nasional (BNN) yang mengadakan lomba kampung bebas narkoba tingkat Provinsi DKI Jakarta.

Siapa juaranya? Kotamadya Jakarta Timur terpilih sebagai juara pertama kampong bebas narkoba. Itu sebabnya, judul artikel ini “Kampung Bebas Narkoba Gaya Jakarta Timur” terinsiprasi dari program BNN itu. Tentu, yang paling berbahagia sekaligus berbangga hati, tak lain adalah , Drs. H.R. Krisdianto, M.Si, penguasa wilayah di Jakarta Timur yang dilantik oleh Gubernur DKI Jakarta Jokowi. Walikota Krisdianto dan Wakilnya Husein Murad,  termasuk pejabat pertama yang dilantik Jokowi setelah menduduki kursi DKI-1 itu.

"Jika program Kampung Bebas Narkoba ini dilakukan secara bersama-sama, pasti setiap Rukun Warga (RW) akan berusaha membersihkan kampungnya dari narkoba. Jika semua RW di setiap kelurahan membersihkan kampungnya dari narkoba, maka tidak ada lagi warga yang terjerumus narkoba. Tidak ada lagi warga yang meninggal karena narkoba," ujar Krisdianto, walikota yang dilantik di tempat pembuangan sampah. Pejabat DKI pertama yang dilantik era kemimpinan mantan Walikota Solo itu.

Bagaimana pun,  Krisdianto juga menyadari,  ternyata apa pun yang dilakukan pemerintah tanpa melibatkan peran serta masyarakat, maka tidak maksimal. Itu sebabnya, tanpa berpikir panjang lebar lagi, mantan Camat Kramatjati ini lalu merangkul seluruh komponen masyarakat dalam rangka membasmi narkoba. Ternyata memang lebih efektif karena melibatkan langsung peran serta masyarakat.

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu BNN mengadakan lomba “Kampung Bebas Narkoba” Tingkat Provinsi DKI Jakarta dimana Jakarta Timur keluar sebagai  juara pertama. Saat itu Jakarta Timur diwakili Kelurahan Malaka Sari dan Kelurahan Cibubur .

Lomba Kampung Bebas Narkoba itu sendiri, direspon baik oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Joko Widodo. Diharapkan ke depan lomba ini akan diikuti oleh seluruh kelurahan yang ada di DKI Jakarta. Ada sejumlah 267 kelurahan ada di seluruh Provinsi DKI Jakarta. Sebelumnya hanya beberapa perwakilan saja dari 5 wilayah kota yang mengikuti lomba.

POSKO ANTI NARKOBA

Di wilayah Jakarta Timur sudah berdiri sejumlah posko anti narkoba, namanya FOKAN (Posko Anti Narkoba). Pendirian posko ini merupakan bentuk keseriusan BNN yang bekerjasama dengan pihak pemerintah kota dan warga masyarakat untuk memberantas narkoba sampai ke akar-akarnya.

Posko terbaru di Jakarta Timur yang pengurusnya dilantik akhir Februari tahun 2014 lalu, adalah FOKAN di wilayah RT 11 RW 3, Kelurahan Ujung Menteng, Kecamatan Cakung. Pada kesempatan pelantikan pengurus, dibagikan sebanyak 2.800 rompi anti narkoba kepada para tukang ojek, dirangkaikan dialog interaktif. Kegiatan ini turut dihadiri oleh Camat Cakung dan Lurah Ujung Menteng, BNN, Kepolisian, warga masyarakat dan beberapa organisasi masyarakat yang tergabung dalam FOKAN.

Pengurus FOKAN tingkat Kecamatan Cakung yang dilantik,  antara lain Sarwono Rupoko sebagai Ketua, Sigit Arianto Wibowo sebagai Sekretaris, Saliya Alyani sebagai Bendahara, Turidi seksi bidang Pemberantasan, Djaja Sukmaja, S.Sos sebagai seksi bidang pencegahan, Maskur sebagai Seksi Bidang Sosialisasi, Nina Hasanah sebagai Humas.

Terkait posko anti narkota ini, Krisdianto mengatakan, warga masyarakat ini merupakan subjek sekaligus juga sebagai objek sasaran narkoba. Untuk itu dengan melibatkan langsung warga masyarakat, diharapkan dapat menekan sekecil mungkin peredaran barang haram ini dan menekan sekecil mungkin warga yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.

"Saya berharap dengan program ini, kota Jakarta dapat terbebas dari bahaya narkoba, dan Jakarta dapat menjadi kota yang sehat tanpa narkoba," imbuhnya. Apalagi, diakui, tahun ini adalah memang adalah tahun pencanangan Indonesia Bebas Narkoba yang popular dengan sebutan #IndonesiaBergegas.

Krisdianto sendiri, punya trik bagaimana mempersempit ruang gerak pengedar atau mengurangi jumlah penyalahgunaan barang terlarang ini. Yang paling pokok, kata Krisdianto, masyarakat diharapkan tidak membeli narkoba. Dengan tidak adanya pembelian, maka tidak ada transaksi.

Nah,  itu dipastikan akan mematikan penjualan narkoba yang dilakukan oleh para pengedar. Juga trik lainnya, yakni menjauhi narkoba. Artinya, peduli dengan diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar dan masa depan bangsa.

PERAN SERTA MASYARAKAT

Direktur Peran Serta Masyarakat (Pertamas) Badan Narkotika Nasional (BNN), Brigjen Polisi Drs. Siswandi, mengakui bahwa bandar narkoba itu tidak takut mati. Yang mereka takuti justeru hanya satu, yakni apabila masyarakat tidak ada lagi yang mau membeli narkoba. Makanya, mereka selalu memelihara para pemakai narkoba.

"Itu sebabnya kita meminta kepada pihak Walikota untuk membuat posko pendaftaran bagi para pengguna narkoba. Bagi warga yang pecandu, jangan takut mendaftar karena tidak akan dipidana. Mereka justeru akan  diberikan rehab gratis. Jangan dianggap aib para pecandu tersebut tetapi justru kita harus selamatkan mereka secepatnya," papar Siswandi yang ikut hadir pada pelantikan pengurus FOKAN di wilayah RT 11 RW 3, Kelurahan Ujung Menteng, Kecamatan Cakung. Ini sesuai dengan slogan BNN, “Pecandu Narkoba, Lebih Baik Direhab Dari Pada Dipenjara”.

Secara demografis, Jakarta Timur merupakan kota yang paling luas di antara kota-kota lainnya di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Jumlah penduduknya juga yang paling banyak. Berdasarkan sumber data Sudin Kependudukan Jakarta Timur,   sampai September tahun 2012 adalah 2.932.653 jiwa. Terdiri dari 1.152.963 laki-laki dan 1.419.690 perempuan. Tingkat pertumbuhan penduduk juga mengalami peningkatan dari 0,75 % pada tahun 2009-2010 menjadi 0,05 % pada periode tahun 2010-2011.

Sementara untuk rata-rata tingkat kepadatan penduduk, cukup tinggi, yaitu sekitar 14.041 jiwa/km2. Kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah Kecamatan Matraman mencapai 38.482 jiwa/km2 dan yang terendah adalah Kecamatan Makasar sebesar 7.140 jiwa/km2.

Penduduk Jakarta Timur terdiri dari multi etnis, hampir semua ragam suku di Indonesia dengan membawa serta agama, adat istiadat, seni budaya dan kebiasaan di kampung halamannya. Mereka tersebar di 10 Kecamatan, yaitu Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung, Makasar, Kramatjati, Jatinegara, Duren Sawit, Cakung, Pulogadung dan Matraman dengan 65 kelurahan.

Wilayahnya berada di perbatasan. Sebelah utara dengan Jakarta Utara dan Jakarta Pusat, sebelah timur dengan Kota Bekasi (Provinsi Jawa Barat), sebelah selatan Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat) dan sebelah barat dengan Jakarta Selatan. Lahan daerahnya terdiri 95 % daratan dan selebihnya rawa atau persawahan dengan ketinggian rata-rata 50 meter dari permukaan air laut.  Jakarta Timur juga dilalui oleh 7 sungai atau kali yaitu Kali Ciliwung, Kali Sunter, Kalimalang, Kali Cipinang, Kali Buaran, Kali Jatikramat dan Kali Cakung.

Sumber: http://jaktim.mandiriglobal.co.id/page.php?p=1

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun