Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Teman Rasa Musuh

16 September 2020   14:46 Diperbarui: 16 September 2020   14:51 110 4
Tidak semua teman itu baik. Kadang kita berteman tapi seperti musuh. Teman hanya untuk ledekin, merendahkan, menjatuhkan atau teman suka komentar.

Tipe orang seperti ini, sering juga dirindukan. Mengapa? Sering tingkahnya begitu tetapi jauh di dalam hatinya sungguh baik. Jadinya teman rasa musuh, atau musuh yang dirindukan.

Itulah teman sejati. Yang kelihatan sering menggelikan, membosankan, atau bahkan menyakitkan, tetapi jauh di dasar hatinya baik. Tampaknya seperti bermusuhan, tetapi sebenarnya itulah musuh yang dirindukan.

Justru yang perlu dihindari adalah, tampaknya baik tapi sebenarnya hatinya busuk. Nampaknya teman tetapi sebenarnya musuh yang mematikan. Orang bilang "hati kedondong", dari luar mulus, tapi di dalam berduri. Tidak elok bila kita membungkus persahabatan dengan niat busuk.

Sejatinya kunci dari persahabatan adalah soal kenyamanan. Syair lagu, "Beta cinta se, tapi nyaman de gan dia". Bila kita mampu memberi kenyamanan, meski jauh tetap ada rasa rindu. Saat orang merasa  nyaman, jarak dan fisik tidaklah menjadi ukuran. Rasa nyaman mampu menembus jarak.

Sebenarnya musuh terbesar adalah yang paling dekat dengan diri kita. Saking dekatnya, hingga kita tak mampu membedakan mana musuh dan mana teman. Musuh yang paling menakutkan adalah diri sendiri. Kita bisa saja mengalahkan orang lain tapi kita bisa dikalahkan oleh diri sendiri.

Kadang orang berkata, jatuh cinta adalah musuh akal sehat. Sebab cinta kadang mengalahkan logika. Yang tidak mungkin, menjadi mungkin itu karena cinta.

Berteman itu baik. Meski kadang teman rasa musuh masih mendingan daripada selamanya musuh.

Atambua, 16 September 2020
Rm. Kris Fallo, Pr

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun