Saat kecil, saya belum dan tidak tahu apakah Pak Arsani tersebut bercerita sesuai dengan fakta sejarah atau bukan? Yang jelas, kisah yang diceritakannya telah membatu di kepala saya hingga kini. Dengan penuh semangat dan berapi-api, dari mulut beliau, saya menyimak bagaimana cerita liciknya Ken Arok yang membunuh Tunggul Ametung memakai keris yang dipesannya dari Mpu Gandring, yang belum diselesaikannya. Pula cerita soal Ken Arok yang merebut kemudian mengawini Ken Dedes, seorang janda, mantan istri Tunggul Ametung.
Cerita lainnya, Pak Arsani juga mengisahkan bagaimana kutukan keris Mpu Gandring itu nyata. Keris tersebut akan membunuh Ken Arok itu sendiri dan turunannya dengan sejumlah penyebab yang beragam. Perebutan kekuasaan antarkeluarga dan pemberontakan termasuk penyebab di dalamnya.
Kisah perseteruan, pemberontakan dan pembunuhan Tunggul Ametung oleh Ken Arok dengan segala intrik politik dan percintaan dengan Ken Dedes di dalamnya merupakan materi ajar pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial yang disampaikan oleh Pak Arsani dengan sangat menarik dan tentunya membekas dalam ingatan saya.
Materi pengetahuan sosial di atas tentu belum masuk pada pembahasan kerajaan Majapahit. Ia adalah pintu gerbang menuju ke sana. Singkat cerita, setelah kerajaan Singosari diruntuhkan Kediri dengan insiden pemberontakan Jayakatwang. Kemudian turunan dari penguasa Singosari mengambil alih lagi kekuasaan Kediri, maka Majapahit di bawah kepemimpinan Raden Wijaya memulai kisah bagaimana Majapahit ini muncul dan eksis.
Terlepas dari benar dan tidaknya kisah yang diceritakan guru saya, Pak Arsani, sebagai fakta sejarah atau bukan, tentu membutuhkan kajian lebih lanjut. Apakah sumber yang beliau pakai diambil dari sumber primer atau sekunder atau bukan keduanya. Yang jelas kisah kerajaan yang pernah ada di Jawa tersebut memantik saya untuk menelusuri lebih jauh peninggalan-peninggalannya yang terpahat dalam prasasti atau termaktub dalam Kitab Nagarakrtagama yang pernah ditulis Mpu Prapanca ratusan tahun lalu.
Tahun 2004-an, tanpa disengaja saya menghadiri launching buku yang diterbitkan Gramedia di salah satu hotel di Slipi, Jakarta Barat. Kebetulan buku tersebut ditulis oleh seorang profesor dari Bali--saya lupa namanya--yang berkaitan dengan Kakawin Nagarakrtagama. Isi bukunya adalah terjemahan kitab tersebut dalam bahasa Indonesia (ada lampiran bahasa Jawa kunonya) yang terdiri dari beberapa pupuh lagu (puja sastera) tentang seluk beluk kerajaan Majapahit pada era Hayam Wuruk, sebagai masa keemasannya, mulai dari wilayah kerajaan, istana raja, wilayah kekuasaan, keluarga, tempat-tempat yang pernah dikunjungi raja, dan lain-lain .
Saat itu saya masih belum mengerti dan memahami isinya, tapi saya sangat berbahagia karena mendapatkan buku gratis dari panitia. Buku tersebut saya simpan saja, tak pernah saya buka hingga suatu saat di tahun 2020 awal, saat pandemi covid-19 menyerang dunia, termasuk Indonesia. saya membuka YouTube, kanal Arkeovlog yang diasuh seorang arkeolog, peneliti di BPCB Jawa Timur, yakni Mas Wicaksono Dwi Nugroho
Kanal tersebut sungguh sangat luar biasa. Bukan kanal kaleng-kaleng, seperti kanal-kanal YouTube lainnya yang tak jelas arah kontennya. Kanal Arkeovlog ini sangat luar biasa; mencerahkan dan mencerdaskan anak bangsa, terutama bagi para pecinta sejarah Majapahit.
Saya percaya kualitas kontennya. Beliau membawakan narasi sejarah dengan sistematis, enak disimak, dan penuh dengan data sejarah. Saya sangat menyukai konten yang berisi saat pengerjaan ekskavasi. Salah satunya adalah ekskavasi Kumitir yang diduga kuat sebagai tinggalan istana Majapahit yang berada di Mojokerto, Jawa Timur sebagai salah satu istana kerjaan Majapahit.
Semua tentang Majapahit dan peninggalan peradabannya beliau kupas tuntas hingga ke kulit-kulitnya. Tentu dengan data arkeologis yang beliau temukan di lapangan. Sebagai peneliti (arkeolog) yang bekerja di Badan Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur beliau menyugguhkan pengetahuan yang orisinil, kaya akan data sejarah. Beliau selalu merujuk datanya pada sumber sejarah primer yaitu Kitab Nagarakrtagama, selain prasasti, tentunya.
Kelihaian dan kecerdasan Mas Wicak, demikian panggilan akrabnya, dalam konteks di atas telah "menganggu" saya untuk menelaah lebih jauh keagungan Majapahit ini. Terus terang, saya bukan alumni sejarah. Saya tak mempunya latar belakang pendidikan sejarah. Karena tontonan yang disuguhkan Mas Wicak dalam kanal YouTubenya soal sejarah Majapahit dari awal hingga akhir (belum berakhir), akhirnya saya mencintai Majapahit.
Apa dan bagaimana kaitannya dengan ekspedisi Kediri 2022 dan Kerajaan Majapahit serta Kampung Inggris, Pare, Kediri ini?
*Bersambung...
**Tulisan ini diketik di handphone di atas Kereta Api "Singasari" Gerbong 3 | Kursi 20 D menuju Kediri | Sabtu Malam, 25 Juni 2022 pukul 21.57 wib | Kereta diperkirakan sampai ke tujuan esok hari pukul 06.15 wib.
/Bung Rifai-