Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma

Senyum Mak Ijah Menjelang Sahur

12 Mei 2020   15:31 Diperbarui: 12 Mei 2020   15:31 515 1
Mak Ijah tidak tahu harus bagaimana, ketika lewat tengah malam listrik di rumahnya mati. Tak mungkin ia membangunkan tetangga dan menanyakannya. Padahal sebentar lagi dia harus memasak untuk sahur.

Sejenak setelah diam, janda satu anak itu menghampiri Udin, anak semata wayangnya.

"Din, bangun. Listrik di rumah kita mati. Sebentar lagi Mak mau masak, bagaimana ini?" kata Mak Ijah sedih.

Dengan menahan kantuk Udin mengucek-ucek matanya. Yang dia lihat hanya gelap. Dari langit-langit rumah cahaya lampu tetangga menerobos masuk.

"Emang tadi Emak ngapain?" kata Udin sekenanya.

"Ya gak tau, Din, tiba-tiba mati. Mak idupin ensibinya gak mau nyala juga."

Setelah kesadarannya benar-benar pulih, Udin meraih handphonnya. Dalam kegelapan itu dia menghubungi call center PLN.

Satu jam kemudian, kendaraan bergambarkan logo petir mendekati rumah Mak Ijah. Dengan perasaan girang bercampur sungkan, Mak Ijah menemui beberapa petugas PLN. Sementara Udin sudah kembali ngorok dengan damainya.

"Mohon maaf Pak, mengganggu istirahat Bapak..." kata Mak Ijah sungkan.

"Enggak apa-apa Bu, sudah menjadi tugas kami. Bisa dijelaskan, ada masalah apa?" kata petugas berbadan jangkung dengan mengenakan masker.

"Saya gak tau Pak, mungkin korslet kali ya. Saya naikin ensibinya gak mau nyala."

"Baik, kami cek dulu ya."

Petugas berbadan agak pendek mengeluarkan peralatan. Kemudian keduanya sibuk mencari muasal masalah. Keduanya bekerja dengan cepat dan sopan.

Hanya butuh waktu tiga puluh menit bagi petugas PLN memperbaiki kerusakan. Setelah memberesi peralatan, mereka kemudian berpamitan.

"Sudah beres Mak, kami permisi."

Dengan tergopoh Mak Ijah hendak menyelipkan uang kepada petugas, sebagai ungkapan terima kasih. Tapi buru-buru keduanya menolaknya.

"Jangan Bu, nanti kami kena masalah. Tidak boleh menerima imbalan apapun. Ini peraturan perusahaan."

Mak Ijah gelagapan. Maksud hati ingin berterima kasih. Ternyata disiplin perusahaan setrum itu begitu tinggi. Budaya amplop dan salam tempel sudah gak zaman lagi.

"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih. Saya gak tau seandainya Bapak berdua gak datang, mungkin gak bisa masak sahur."

"Sama-sama Mak, sekarang sudah aman. Silakan bikin persiapan sahur."

Tak lama setelah kendaraan PLN berlalu, Mak Ijah tak henti-hentinya bersyukur. Masalah besar yang dihadapinya ternyata telah selesai dengan gampang. Tak perlu repot nunggu berhari-hari. Cukup memakai handphone, masalah teratasi.

Mungkin perempuan setengah baya itu tidak tahu, bahwa PLN telah bertransformasi sedemikian rupa. Celah untuk bermain-main telah dipersempit di semua lini. Profesionalitas kerja menjadi tujuan utama dengan slogan, Green, Lean, Innovative, Customer Focused.

Istilah yang barangkali asing di telinga Mak Ijah, tapi begitu akrab dalam tindakan nyata.

Kini Mak Ijah bisa menyalakan mesin air, menerangi dapur dan menyalakan rice cooker. Dia sengaja melakukan persiapan sahur lebih cepat. Mungkin ia trauma dengan peristiwa barusan. Perempuan itu ingin memastikan sahur jangan sampai batal.

Itu karena ia harus tetap bekerja di siang hari. Dalam kondisi puasa dan tanpa sahur, bisa dibayangkan beratnya hari yang akan dia lalui.

Tetapi hal apes seperti itu untungnya tidak terjadi. Dengan teknologi dan cepatnya tanggapan petugas, semua hal yang tak terpikirkan oleh Mak Ijah menjadi kenyataan.

Oleh sebab itu, di sepanjang waktu menjelang sahur Mak Ijah tak henti tersenyum lega. Tak lupa dia berdoa untuk juru selamat yang baru saja menolongnya. Mereka yang tetap bekerja di saat orang-orang asik terlelap dalam tidurnya.

Bayu Geni

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun