Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Bila Orkestra Keroncong Pelesiran Digelar di Tengah Hutan Ecotourisme Pinus

20 Oktober 2021   16:34 Diperbarui: 20 Oktober 2021   19:00 280 8
Siapa berani  masuk hutan, nonton  pagelaran musik, keroncong lagi. Sungguh ide muskil yang aneh dan terbilang gila. Tapi bukan Jogja bila bilang tak bisa, soal kreatifitas, mereka bisa dibilang terdepan, unik dan bernyali.

23 Oktober nanti, adalah waktunya pentas Keroncong Pelesiran. telah digelar empat kali, pada pagelaran kelima di era normal baru ini, Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menghidupkan lagi event pertunjukan tahunan Keroncong Plesiran yang dipusatkan di kawasan hutan Pinus Sari Mangunan Bantul Yogyakarta akhir Oktober ini. Pertunjukan keroncong di tengah hutan yang sempat absen penyelenggaraannya akibat pandemi Covid-19 itu kembali dihelat menyusul turunnya izin uji coba pembukaan destinasi tersebut.

"Keroncong Plesiran ini masuk tahun kelima, kami gelar tanggal 23 Oktober nanti di panggung terbuka Pinus Sari dan tentu saja bakal full protokol kesehatan," kata Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahardja, Jumat, 15 Oktober 2021

Pengemasan keroncong secara orkestra bertujuan memberikan sajian baru yang bisa menarik generasi muda. "Biasanya musik keroncong itu mungkin untuk anak muda marai ngantuk dan sebagainya. Maka ini kita kemas dengan lebih enerjik lagi, lebih bagus supaya keroncong bisa dinikmati semua kalangan. Bisa dinikmati anak muda dan keroncong bisa tetap lestari ," lanjut pengampu giat kreatif di tengah hutan. Ini.

Ketua Simphony Kerontjong Moeda Hari Sulistyanto mengatakan acara ini mengusung konsep keroncong orkestra serta berkolaborasi dengan beberapa talenta dari dalam maupun luar DIY. Beberapa musisi yang akan tampil antara lain Surya Mataram, Heru Shaggydog, Ndarboy, Monita Tahalea dan Ananda Badudu

Kawasan Hutan Pinus Mangunan di Bantul, Yogyakarta, masih tutup hingga pertengahan Juni 2020 akibat pandemi Covid-19. Pengelola destinasi wisata di hutan pinus itu membenahi berbagai fasilitas dan ornamen menyambut new normal.

Singgih mengatakan pertunjukan keroncong di destinasi itu awalnya diinisiasi kelompok Simphony Kerontjong Moeda yang setiap tahun tampil dari destinasi ke destinasi untuk menghibur wisatawan. Kelompok ini merupakan kumpulan anak muda pecinta musik keroncong yang mengemas lagu lagu keroncong lawas agar lebih fresh, sesuai zamannya.

"Komunitas ini sudah punya fans tersendiri anak-anak muda seluruh Indonesia," kata Singgih.

Pertunjukan keroncong di tengah hutan ini prosedurnya tetap ketat guna mencegah penularan kasus Covid-19 kembali terjadi. "Penonton yang akan datang harus melakukan reservasi pembayaran secara cashless yang ter-screening dengan aplikasi PeduliLindungi," kata Singgih.

Pengunjung event ini juga dibatasi hanya sebanyak 200 orang saja. "Semua yang akan menonton itu sudah terdaftar terlebih dahulu, sehingga event ini tidak membuka peluang berjubel dan kerumunan," kata Singgih.

Kegiatan ini akan menjadi contoh bagi pelaksanaan event pertunjukan dengan penerapan protokol kesehatan yang lengkap di Yogyakarta. Selain penonton yang dibatasi dan telah di-skrining melalui aplikasi, destinasi wisata yang menjadi lokasi penyelenggaraan telah memiliki sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment) sesuai arahan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Wakil Gubernur DI Yogyakarta Paku Alam X mengatakan di masa ini pentingnya adaptasi dan inovasi dalam penyelenggaraan event. "Agar kegiatan dapat terus berjalan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan," kata dia.

Di tempat terpisah, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno,nEkotourisme, ada potensi besar yang bisa digarap dengan mengikuti tren pariwisata berkelanjutan dengan memanfaatkan lingkungan sekitarnya. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun