Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Peristiwa, Pengalaman, Pengakuan, Pengamalan

26 April 2019   17:51 Diperbarui: 26 April 2019   18:04 206 2

Berbicara dan berfikir kearah hal-hal yang mendasar akan sangat membantu untuk menemukan sikap yang serasi. Sebaliknya sibuk dengan mempertanyakan pelbagai  hal yang kurangprinsip banyak kali justru tidak membantu memahami seluruh peristiwa. Ditambah lagi berfikir positif berdasarkan akal sehat bisa menjadi motivasi yang baikpula di kala berbagi. Sebaliknya ketika orang hanya puas pada kedangkalan danberfikir cenderung negative orang itu akan menjadi tukang berbagi fitnah danhoack.

Empat P, tersebut pada judul saya maksudkan sebagaiempat kategori dari hal-hal yang mendasar menyikapi peristiwa. Bila bolehpinjam istilah kepolisisan atau wartawan tindak pidana, sekitar empat kata itubisa kita "kembangkan" dalam menyelidik peristiwa. Dan ini bisa menjadi pola renung mengarungi samodra peristiwa hidup.

Beberapa hari yang lalu (22/04) saya menulis status di Facebook demikian : "Peristiwa! Respon/tanggapan tergantung pada latar belakang,dan kepentingan kini dan kedepan." Hingga hari ini kutulis ada 12 orang memberi tanggapan suka/setuju dan 7 komentar. Dalam postingan itu sebenarnya termuat Empat P tersebut pada judul. Mari kita lihat. Sudah disebut pada kata pertama posting status Facebook itu : Peristiwa. (P1). Lalu Respon atau tanggapan jelas bisa merupakan Pengakuan (P3) atau Pengamalan(P4) dari Pengakuan, yang didasarkan pada Pengalaman(P2) dengan segala kekayaannya yang termaktup pada Peristiwa.

Kupasan pertama hal Peristiwa. Di Tanah Air kitaPeristiwa besar dan penting melibatkan seluruh penduduk Indonesia dewasa adalah Pemilu. Setidaknya diawali masa pencalonan capres dan cawapres, calon legislative tiga jenjang dari pusat hingga daerah/kota. Pemilu dengan masa kampanye hingga masa pelaksanaan menelorkan jutaan peristiwa, dari perbedaanperilaku kelompok O1 dan 02, sengketa pemasangan tanda gambar, berlanjut dengan debat paslon, perbedaan pendapat cara penilaian ekonomi Negara, penggunaan perhitungan cepat atau beda pendapat terhadap sisi ilmiah statistic.   Bagaimana semua itu dapat kita pahami secara keseluruhan.? Tiap hari kita dengar kita baca dengan mata telinga perasaan dan pikiran. Kita mengalami Pemilu.

Sebagai pembanding yang kebetulan waktu nya terjadi berhimpitan adalah Hari Besar Keagamaan Katholik/Kristen adalah Peristiwa besarPaskah. Peristiwanya di situ adalah acara ibadat umat yang bersangkutan dan Peristiwa yang mereka kenang /peringati. Diawali dengan peristiwa Penyaliban dan diteruskan dengan Paskah. Peristiwa besar di awal abad Masehi berekor panjang, dan jutaan peristiwa dari soal Salib dimasalahkan di Daerah Istimewa Yogyakarta hingga proses sejarah ke belakang adanya Negara Vatikan di Italia danratusan beda pendapat intern para Pengaku Salib dan Paskah sendiri.

Pengalaman pelaku sejarah dulu diamalkan dan diakui, dibagikan kepada pelaku pelaku kepercayaan, dan ada yang tidak percaya pada peristiwa historis itu. Akibatnya sekarang pun ada kelompok besar pengaku dan selanjutnya kita saksikan bagaimanadampaknya dinegeri ini.

Itu semua Peristiwa besar yang boleh direnungkan. Tetapikita bisa justru merefleksi diri dan memilih mengolah Peristiwa dalam sejarah kehidupan kita sendiri. Sekedar contoh saja, saya pernah merefleksi memilih Peristiwa unik yang ternyata dibawah sadar mempengaruhi hidup saya hingga lanjut usia ini. Yaitu peristiwa dimana saya pada umur 12 tahun, tidak sengaja mendengar dinilai oleh seorang bapak (guru) yang ortunya sahabat saya. Katanya kepada anaknya : "Jangan lagi bermain dengan Datu (nama saya), kau nanti jadi anak nakal." Jadi membekaslah di hati ini, bahwa saya anak nakal, anak baik2 jangan bermain dengan saya. Maka saya berusaha mencari bukti bahwa saya Anak Nakal Yang Baik. Pembuktian yang kutemukan dan efektip akan membuktikan saya bukan anak nakal yang harus dihindari teman. Saya berhasil diterima melalui rentetan ujian saringan pada sekolah SMP/SMA/PT favorit khusus untuk calon imam gereja. Semua kulalui sampai 11 tahun dimana saya boleh menentukan berhenti atau mengucap janji profesi untuk seumur hidup. Saya merasa cukup memenuhi motivasi membayar niat menjadi anak nakal yang baik. Peristiwa kecil itu dibawah sadar terus mendorong saya untuk tidak mundur oleh hambatan dan ujian diri dalam kehidupan disana.

Dari tiga contoh tersebut dimuka bisa tampak bahwa Peristiwa ada yang besar ada yang kecil, ada peristiwa pemicu, sebab, pokok, dan ada peristiwa dampak, akibat, ekor,yang terpicu. 

Itu semua akan kita tinjau dalam pemikiran tahap kedua atau P2. (Pengalaman) Pertanyaannya ialah siapa kita dalam peristiwa terbahas teramati. Idealnya untuk membuat pembahasan yang obyektip yaitu kalau kita bisa membuat jarak dan melepas dari keterlibatan peristiwa, namun itu sangat sering tidak berhasil baik. Sebab misalnya memang kita terlibat. Atau kita akan menjadi pengambil keuntungan, atau kerugian hasil dari peristiwa itu.

Itulah sebabnya diambil istilah yang umum/luas : Pengalaman. Bagaimana Peristiwa itu arti,makna, hikmahnya bisa kita ambil. Justru pengalaman itu mau mengatakan mempertanyakan perubahan apa yang bisa atau harus terjadi karena pengalaman itu. Mungkin kitaharus bertanya : Sebenarnya apa keuntungan saya dengan peristiwa itu. Disampingitu membahas "pengalaman" adalah berfikir berangkat dari kenyataan yang bukan imaginasi atau fiksi.

Realitas2 yang kita ambil sebagai contoh ada tiga buah besar dimuka, yaitu : Pemilu, Hari Besar Paskah, Larangan Bermain dengan Datu. Melihat tiga contoh itu dari sisi kepihakan, atau keterlibatan sekurangnya ada : 

a). dalam kasus Pemilu : Pihak 01 dan 02

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun