Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peristiwa, Pengalaman, Pengakuan, Pengamalan

26 April 2019   17:51 Diperbarui: 26 April 2019   18:04 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbicara dan berfikir kearah hal-hal yang mendasar akan sangat membantu untuk menemukan sikap yang serasi. Sebaliknya sibuk dengan mempertanyakan pelbagai  hal yang kurangprinsip banyak kali justru tidak membantu memahami seluruh peristiwa. Ditambah lagi berfikir positif berdasarkan akal sehat bisa menjadi motivasi yang baikpula di kala berbagi. Sebaliknya ketika orang hanya puas pada kedangkalan danberfikir cenderung negative orang itu akan menjadi tukang berbagi fitnah danhoack.

Empat P, tersebut pada judul saya maksudkan sebagaiempat kategori dari hal-hal yang mendasar menyikapi peristiwa. Bila bolehpinjam istilah kepolisisan atau wartawan tindak pidana, sekitar empat kata itubisa kita "kembangkan" dalam menyelidik peristiwa. Dan ini bisa menjadi pola renung mengarungi samodra peristiwa hidup.

Beberapa hari yang lalu (22/04) saya menulis status di Facebook demikian : "Peristiwa! Respon/tanggapan tergantung pada latar belakang,dan kepentingan kini dan kedepan." Hingga hari ini kutulis ada 12 orang memberi tanggapan suka/setuju dan 7 komentar. Dalam postingan itu sebenarnya termuat Empat P tersebut pada judul. Mari kita lihat. Sudah disebut pada kata pertama posting status Facebook itu : Peristiwa. (P1). Lalu Respon atau tanggapan jelas bisa merupakan Pengakuan (P3) atau Pengamalan(P4) dari Pengakuan, yang didasarkan pada Pengalaman(P2) dengan segala kekayaannya yang termaktup pada Peristiwa.

Kupasan pertama hal Peristiwa. Di Tanah Air kitaPeristiwa besar dan penting melibatkan seluruh penduduk Indonesia dewasa adalah Pemilu. Setidaknya diawali masa pencalonan capres dan cawapres, calon legislative tiga jenjang dari pusat hingga daerah/kota. Pemilu dengan masa kampanye hingga masa pelaksanaan menelorkan jutaan peristiwa, dari perbedaanperilaku kelompok O1 dan 02, sengketa pemasangan tanda gambar, berlanjut dengan debat paslon, perbedaan pendapat cara penilaian ekonomi Negara, penggunaan perhitungan cepat atau beda pendapat terhadap sisi ilmiah statistic.   Bagaimana semua itu dapat kita pahami secara keseluruhan.? Tiap hari kita dengar kita baca dengan mata telinga perasaan dan pikiran. Kita mengalami Pemilu.

Sebagai pembanding yang kebetulan waktu nya terjadi berhimpitan adalah Hari Besar Keagamaan Katholik/Kristen adalah Peristiwa besarPaskah. Peristiwanya di situ adalah acara ibadat umat yang bersangkutan dan Peristiwa yang mereka kenang /peringati. Diawali dengan peristiwa Penyaliban dan diteruskan dengan Paskah. Peristiwa besar di awal abad Masehi berekor panjang, dan jutaan peristiwa dari soal Salib dimasalahkan di Daerah Istimewa Yogyakarta hingga proses sejarah ke belakang adanya Negara Vatikan di Italia danratusan beda pendapat intern para Pengaku Salib dan Paskah sendiri.

Pengalaman pelaku sejarah dulu diamalkan dan diakui, dibagikan kepada pelaku pelaku kepercayaan, dan ada yang tidak percaya pada peristiwa historis itu. Akibatnya sekarang pun ada kelompok besar pengaku dan selanjutnya kita saksikan bagaimanadampaknya dinegeri ini.

Itu semua Peristiwa besar yang boleh direnungkan. Tetapikita bisa justru merefleksi diri dan memilih mengolah Peristiwa dalam sejarah kehidupan kita sendiri. Sekedar contoh saja, saya pernah merefleksi memilih Peristiwa unik yang ternyata dibawah sadar mempengaruhi hidup saya hingga lanjut usia ini. Yaitu peristiwa dimana saya pada umur 12 tahun, tidak sengaja mendengar dinilai oleh seorang bapak (guru) yang ortunya sahabat saya. Katanya kepada anaknya : "Jangan lagi bermain dengan Datu (nama saya), kau nanti jadi anak nakal." Jadi membekaslah di hati ini, bahwa saya anak nakal, anak baik2 jangan bermain dengan saya. Maka saya berusaha mencari bukti bahwa saya Anak Nakal Yang Baik. Pembuktian yang kutemukan dan efektip akan membuktikan saya bukan anak nakal yang harus dihindari teman. Saya berhasil diterima melalui rentetan ujian saringan pada sekolah SMP/SMA/PT favorit khusus untuk calon imam gereja. Semua kulalui sampai 11 tahun dimana saya boleh menentukan berhenti atau mengucap janji profesi untuk seumur hidup. Saya merasa cukup memenuhi motivasi membayar niat menjadi anak nakal yang baik. Peristiwa kecil itu dibawah sadar terus mendorong saya untuk tidak mundur oleh hambatan dan ujian diri dalam kehidupan disana.

Dari tiga contoh tersebut dimuka bisa tampak bahwa Peristiwa ada yang besar ada yang kecil, ada peristiwa pemicu, sebab, pokok, dan ada peristiwa dampak, akibat, ekor,yang terpicu. 

Itu semua akan kita tinjau dalam pemikiran tahap kedua atau P2. (Pengalaman) Pertanyaannya ialah siapa kita dalam peristiwa terbahas teramati. Idealnya untuk membuat pembahasan yang obyektip yaitu kalau kita bisa membuat jarak dan melepas dari keterlibatan peristiwa, namun itu sangat sering tidak berhasil baik. Sebab misalnya memang kita terlibat. Atau kita akan menjadi pengambil keuntungan, atau kerugian hasil dari peristiwa itu.

Itulah sebabnya diambil istilah yang umum/luas : Pengalaman. Bagaimana Peristiwa itu arti,makna, hikmahnya bisa kita ambil. Justru pengalaman itu mau mengatakan mempertanyakan perubahan apa yang bisa atau harus terjadi karena pengalaman itu. Mungkin kitaharus bertanya : Sebenarnya apa keuntungan saya dengan peristiwa itu. Disampingitu membahas "pengalaman" adalah berfikir berangkat dari kenyataan yang bukan imaginasi atau fiksi.

Realitas2 yang kita ambil sebagai contoh ada tiga buah besar dimuka, yaitu : Pemilu, Hari Besar Paskah, Larangan Bermain dengan Datu. Melihat tiga contoh itu dari sisi kepihakan, atau keterlibatan sekurangnya ada : 

a). dalam kasus Pemilu : Pihak 01 dan 02

b). dalam kasus Paskah : Peraya Paskah dan Non PerayaPaskah

c). dalam kasus saya : Ortu teman dan Saya/anak nakal.

Saya kira penunjukan pihak dan pelaku Peristiwa seperti di atas tidak begitu perlu dipermasalahkan, begitu nyata diantara masing-masing pasangan masuk akal dikatakan sebagai pihak yang berbeda, membawa perbedaan. Perbedaan itu bisa kita jadikan bahan permenungan selanjutnya untuk bagaimana kitasikapi.  

Tidak sama itu berbeda. Tetapi Perbedaan bisa mengandung kesamaan. Kesamaan dalam perbedaan itu bisa menjadi bibit atau dasar dari kebersamaan sebagai nilai pemersatukan atau yang bisa mempersatukan dalam satuan-satuan yang berbeda. Marilah kita melihat realitas dari contoh di muka yang mudah dimengerti sebagai perbedaan yang mendasar. 

Beberapa Perbedaan, pada manusianya bisa disebut:

1.    Perbedaanindividu, kepribadian, watak, latar belakang kehidupannya

2.    Perbedaangender, pola piker, kepentingan.

3.    Parbedaan social, khusus SARA (Suku, Agama, Ras, Antar golongan). 

Pada kejadian Peristiwa atau barang (bukti) dalam peristiwa,  bisa disebut :

1.    Perbedaan waktu, 

2.    Perbedaan tempat, 

3.    Perbedaan ukuran, serta 

4.    Perbedaansatuan.

Perbedaan terletak pada anasir, unsur, yang ada dalamsatuan. Dan perbedaan itulah yang memberi ciri dan sebab satuan itu memang tampak punya usur yang lain dari yang lain, yang biasanya memerlukan perlakuan yang harus disesuaikan.

Perbedaan adalah titik-titik keterbatasan dari anasir,unsur, dan antar satuan yang ada pada peristiwa. Keterbatasan adalah dasar dari permasalahan yang berikutnya. Misalnya pada manusia yang selalu mau bebas,keterbatasan menjadi masalah menuntut solusi.

Pada tanggal 15 April yang lalu mungkin dari kejenuhanterhadap pembicaraan di masamedia soal perbedaan maka muncul di Facebook tulisan ini : "Orang yang selalu mencari-cari perbedaan, akan sulit menemukan kedamaian." (donibastian, Fb. April 15 2019) Maka saya mengajak jangan kita mencari-cari perbedaan, tetapi lanjut temukan perbedaan dalam kebersamaan, atau ikatan pemersatu dalam damai. Dan keterbatasan dicarikan jembatan penghubungantar pihak.

Dari contoh pertama diserukan adanya masa tenang, di mana diharapkan dihentikan semua ujaran yang bisa menimbulkan kesadaran dan peragaan terhadap dan tentang kepemihakan dan perbedaan. Juga dengan demikian diharapkan ada pengendapan dan pendalaman terhadap pengalaman sebelumnya dan memperoleh hikmah atau pesan dasar dari Peristiwa Persiapan Pemilu. 

Pada kasus kedua ada dua dasar yang perlu dipahami.Pertama terhadap Peristiwa historis yang jelas sedang mereka amalkan. Dan keduaPeristiwa kejadian Peringatan / perayaan Hari Besar itu saat itu di Indonesia.Disana terjadi  Pengakuan dan Pengamalan terhadap Peristiwa yang terjadi berdasarkan Pengalaman masing-masing pelaku terhadap Peristiwa. Dan disana juga ada tahapan "keheningan" untuk tindakan yang serasi perlu dilakukan. 

Pada kasus ketiga, Peristiwa itu berlanjut dalamkesadaran, memori saya, dan berhikmat menjadikan Niat berkesinambungan, menjadikan tumbuhnya Rasa Keterpanggilan saya pada kepentingan hidup saya,serta semangat Pengamalan Belajar sepanjang kehidupan saya. Itu bisa saya lalui berkesinambungan dengan meretas rutinitas dengan berkala menenangkan diri dalam keheningan2. Dan sampai hari tua kutemukan keutuhan hidup saya berangkat dari peristiwa berpesan mendalam "Jangan bermain dengan Datu nanti kau jadi anaknakal". Keutuhan integritas dan damai dalam diri sendiri melalui Pengheningan berkala meneguhkan pengakuan niatan dan untuk memecahan permasalan kepribadian serta mendamaikan hati dalam perjalanan hidup ini.

Empat hal yang mendasar yaitu Peristiwa, Pengalaman,Pengakuan, Pengamalan dalam kehidupan. Keheningan membantu dalam mengatasi perbedaan agar ditemukan kesamaan dan Kebersamaan. Keheningan membantu membua tsolusi masalah keterbatasan. Untuk sebuah kepribadian pola renung ini diharapkandapat membawa kepada integritas kepribadian.

Demikian terima kasih dihaturkan kepada Pembaca, tolong maafkan banyak kekurangannya, dan harap diterima salam hormat saya.

Ganjuran, April-24 2019. Emmanuel Astokodatu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun