Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerbung Pilihan

Mantan Debu Ingin Pulang (1)

27 Mei 2023   14:05 Diperbarui: 27 Mei 2023   14:21 161 14
Karena nganggur sudah setahun aku memutuskan merantau. Dengan uang seadanya pergi berpegang selembar kertas dan doa semoga aku mendapat pekerjaan yang layak di perantauan.

Saat ku mintai pamitan pada ayah dan ibuku, wajah ibu seraya memberikan restu. Itu terlihat dari raut wajahnya. Sedih, tentu saja. Sebab, belum setahun bersama ayah dan ibu di rumah seusai menyelesaikan pendidikan S1 di Manado. Kini aku harus pergi lagi.

Ekonomi keluarga sangat terpuruk saat itu. Ditambahnya lagi kedua adikku belum menyelesaikan pendidikan. Sehingga ayah cukup berat menanggung tanggung jawab menafkahi keluarga termasuk membiayai pendidikan kedua adikku.

Salah satu adikku sementara mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Sam Ratulangi Manado. Sedangkan adik bungsuku masih duduk di bangku SMA. Karena alasan itu aku memutuskan merantau.

Pesan ibu sebelum merantau.

"Nak, kalau sudah mendapat pekerjaan di sana kabari ayah dan ibu. Kalaupun belum mendapat pekerjaan dan butuh sesuatu kabari kami" ucapan ibu singkat dan rasa rindu disematkan.

"Baik bu, nanti ku kabari setelah sampai di sana" jawabku sambil mencium tangan ibu dan ayah secara bergantian.

Rasa rindu belum habis kulepaskan bersama kedua orang tua tapi karena keadaan ekonomi kian "mencekam" keluarga kecil kami dan tak tega melihat ayah dan ibu menanggung tanggung jawab yang begitu berat. Akhirnya, rasa rindu ini kusimpan dalam-dalam dan menjadikan sebagai penyemangat.

Aku sebagai anak sulung sudah sepatutnya dan kelak aku sebagai pengganti "ketika ayah dan ibu tiada" dalam membimbing dan mengambil peran sebagai orang tua dari kedua adikku. Yang ada dalam pikiranku bahwa, ini bukanlah beban tapi tanggung jawab sebagai anak sulung dalam keluarga.

***

Aku pun berangkat. Setibanya di sana, tak ku duga, harapanku tidak sesuai dengan kenyataan. Selama dua bulan tak kunjung mendapat pekerjaan. Aku dilema, pulang ke kampung halaman atau tetap di sini menunggu yang belum tentu itu sesuai harapan (tak pasti).

Dirundung rasa kecewa, tak tahu lagi harus bagaimana dan ke mana kaki ini melangkah mencari pekerjaan. Sebab sudah sembilan lamaran masuk di perusahaan dengan orang yang berbeda ikut membantu aku untuk mencari atau memasukkan lamaranku, tapi tak satupun diterima.

Selama dua bulan ayah dan ibu di kampung selalu menanyakan kabarku juga pekerjaan yang sedang kucari, terutama ibu. Karena ibuku sangat dekat dengan anaknya laki-laki tapi bukan berarti ayahku tidak.

Sebab kasih sayang seorang ayah itu dipendam dalam lubuk hati. Aku tahu sifat ayahku dan cara dia mengasihi ke empat anak-anaknya.

Setelah dua bulan berlalu, aku kehabisan uang, sepersen pun tak ada lagi di tangan. Makin cemas aku.

"Tidak mungkin tanpa uang aku pulang ke kampung. Tak mungkin juga aku memintanya lagi uang ke orang tua untuk tiket pulang" itu yang terlintas dalam pikiranku saat duduk sendirian di sebuah kamar berukuran 3x2,5 meter.

"Aku harus pulang, tapi dari mana aku mendapat uang tiket untuk pulang sedangkan aku belum bekerja?" Lagi lagi hati dan pikiranku beradu sengit.

Aku memutuskan pulang kampung setelah bekerja tiga hari dan mendapat upah 500 ribu dari seorang tukang yang bekerja atau sedang membangun sebuah kost yang tak jauh dari tempat [tinggal] aku.

***

Selama beberapa bulan di kampung tak juga mendapat informasi lowongan kerja karena desaku jauh dari perkotaan. Belum lagi sinyal di sini sangat susah.

Mendapat sinyal bagus untuk mencari informasi lowongan kerja melalui media online, aku harus menempuh jarak sejauh 10 atau 12 km sedangkan keluarga kami tak ada kendaraan.

Karena sudah cukup lama diam di rumah. Ayah mendesak ku untuk mencari pekerjaan secepat mungkin. Sebab tak lama lagi adik bungsuku masuk dalam dunia kampus.

Harapan ayah kelak, adik bungsuku. Aku dan adikku yang sementara kuliah di Manado itu menggantikan ayah untuk membiayai pendidikan adik kami selanjutnya.

Kini adikku telah meyelesaikan studi di Universitas Sam Ratulangi Manado. Sedangkan adik bungsu kami sudah duduk di bangku SM kelas XIII setahun lagi lulus SMA dan lanjut pendidikan di perguruan tinggi. Sedangkan aku belum juga mendapat pekerjaan. Apalagi adikku yang baru wisuda.

Bagaimana nasib ayah nantinya juga adik bungsu kami? Sedangkan ayah walau masih umur kepala 4 tapi postur tubuhnya sudah seperti lansia, kurus dan sering jatuh sakit karena harus kerja keras untuk menafkahi pendidikan kami selama kurang lebih 10 tahun aku dan adikku (Yuda) sampai wisuda.

Tak lama, aku diterima bekerja di salah satu perusahaan ritel. Tentu aku lega, apalagi ayah. Namun senyum ayah tak lama tergores di bibir sebab enam bulan kemudian aku di PHK. Sementara adikku, Yuda, belum mendapat pekerjaan sedangkan yang bungsu mendekati ujian SMA.

Bersambung...

Weda, 25 Mei 2023
Arnol Goleo [13:30]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun