Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Gardu Ronda Kampung Sawah

6 Januari 2010   05:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:36 100 0
Jam 2 dini hari, Gardu ronda kampung sawah. Malam itu Kadir kebagian tuk ronda di kampungnya.  Giliran kadir tuk menjaga gardu, teman ronda lainnya keliling kampung. Kadir Sendirian. Angin berhembus kencang, hawa terasa dingin, namun dingin yang aneh, Kadirpun menyadari  akan ada sesuatu, dan seperti biasanya.

“Apa kabar Kadir!” Ornias muncul bersama hawa dingin aneh itu

Keseringan bertemu dengan Ornias membuat Kadir terbiasa jika makhluk itu muncul, “Kabar baik, darimana kau, tumben muncul disini?”

“Habis keliling ronda sepertimu.”

“Ronda??, ronda apa, bangsa jin kok perlu ronda?”

“Perlu lah, aku Cuma berkeliling menghitung seberapa banyak manusia yang bangun dari tidurnya dan melakukan sholat tahajud!”

“Hasilnya?”

“Tidak sebanyak orang yang baru pulang dari berbuat maksiat di malam ini.” Sahut Ornias tersenyum.

“Puas kau?” tanya Kadir.

“Sementara ya puas!” jawab Ornias sinis.

“Mungkin kau juga puas melihat negaraku yang kacau ini?”

“Kau ini sensitif sekali Kadir, kejadian di  negaramu aku memang ada andil, karena itu memang sudah tugasku, namun kau juga perlu tau ada juga manusia yang membuat kekacauan itu tanpa aku bersusah payah membuatnya berbuat itu!”

“Bagaimana bisa?”

“Bisa saja, Kesombongan adalah bakat manusia yang paling aku sukai, kepada manusia ini cukup kami kipas-kipas bahwa apa yang dimilikinya terlalu berharga, perjuangan untuk bisa memilikinya bisa membuat manusia itu akan timbul marah bila yang dimiliki itu dilecehkan sesama orang lain”.

“Apa saja  hal yang akan membuat manusia marah?”

“Cuma tiga, Ilmu, harta dan keturunan, Apakah kau akan marah bila kesebut bodoh, pendidikanmu SMA saja kan?, Apakah kau akan marah bila kesebut miskin, nyatanya kau memang miskin kan, kalau kau kaya, kau akan membayar orang untuk mengantikan tugas ronda, orang kaya di kampungmu melakukan itu kan, terakhir untung kau belum menikah, namun apakah kau akan marah jika ada yang berkata buruk tentang orang tuamu?”

“ Aku paham dengan apa yang kau sebutkan tadi, akan ada manusia yang marah jika tiga hal itu diusik, namun jika kesombongan  yang membuat mu senang, hal apa yang membuatmu takut?”

“Pertanyaan sulit. Kami akan takut jika akan ada manusia yang yang akan menjadi pencerah umat manusia, yang pengaruhnya bisa membuat tugas kami menjadi sulit, bahkan tak bermakna!”

“Maksudmu para pemuka agama?”

“Tidak semua pemuka agama akan menyandang gelar pencerah itu, namun ya salah satunya dari golongan mereka!”

“Salah satu?, adakah golongan lain selain mereka?”

“Tentu saja Kadir, jangan bodoh, gelar pencerah yang kami berikan kepada manusia bisa berasal dari golongan selain pemuka agama, dan golongan itu bisa dari profesi lain, aku enggan menyebutkan yang lainnya itu!”

“Kau terlalu banyak teka-teki, dasar bangsa Jin!” Sahut Kadir kesal.

“ HA… HA… HA…, dan kau memang seperti bangsa manusia lainnya, mudah menyerah dan putus asa.”

“Baik, namun adakah dari bangsa ku orang yang kau sebut pencerah itu?”

“Banyak, banyak sekali, mereka itulah target pekerjaan utama kami, penduduk Indonesia mencapai lebih dari 200 juta orang, pastilah ada diantara mereka!”

“Bisa kau beri tahu siapa saja mereka?”

“Jika kau kuberi tahu, apa untungnya buatmu kau toh tak bisa bebuat apa-apa untuk membantu mereka!”

“Jangan meremehkanku!”

“HA…HA… HA… ,kau mulai persis ceritaku tentang kesombongan!”

“Sial….., niatku untuk membantunya agar usahanya sebagai pencerah, apa tidak boleh?”

“Bukan takdirmu untuk berbuat itu!”

“Lantas menurutmu apa takdirku?”

“Takdirmu menjadi Kadir, Tidak banyak manusia yang mampu menembus alam jin, dan kamu salah satunya, bersyukurlah!”

“Tentu aku bersyukur atas apa yang aku peroleh, tentunya aku akan bersyukur kepada Tuhanku, bukan bersyukur karena mengikuti saranmu tadi.” Jawab Kadir Ketus.

Ornias Terbahak-bahak, “HA… HA… HA…, aku hanya membutuhkan manusia untuk menemaniku di neraka nanti, bukan membutuhkan manusia  yang patuh pada saranku untuk bersyukur!”

“Baik, aku pergi, teruskanlah menjaga gardu ronda ini!” dan Ornias pergi bersama hilangnya hawa dingin dan makin mendekatnya langkah kaki teman ronda Kadir.

Dan Hingga Subuh tiba, kampung sawah aman, walau Makhluk Jin bernama Ornias, Pemimpin bangsa Jin pernah mampir di kampungnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun