Mohon tunggu...
KOMENTAR
Gaya Hidup

Soulmate dan Mawadah wa Rahmah Kehidupan

19 September 2015   00:11 Diperbarui: 19 September 2015   00:26 43 0
Beberapa tahun terakhir ini saya melakukan touring di sekitar western australia, dari Esperance, Albany, Denmark, Augusta, Margaret River, Bushelton, Pinjara, Corrow, Kalgoorie, Menzies dan menemukan satu trend yaitu banyak couple yg cukup senior kalau tidak boleh dikatakan Tua, yang terlihat spending time together dimasa tuanya. Saya ndak tahu apakah mereka adalah pasangan suami istri yg didapatkan di pernikahan pertama mereka atau di pernikahan lanjutan (bercerai dan menikah lagi). Pembelajaran yang saya dapat adalah we need soul mate utk bisa menikmati, menjelajahi dan mengarungi kehidupan. Soul mate yang mampu membayangimu kemanapun dirimu pergi. Se-iya se-kata, senasib sepenangungan. Ketika kami mengunjungi danau Ballard di North Menzies, sebuah danau yg memberikan hamparan garam tipis dipermukaan tanahnya yang mana ditengah tengahnya terdapat sebuah gumuk (bukit) dan jalan ke arah gumuk kita akan menemui "thinman", sebuah patung logam simbol laki laki, perempuan dan anak laki lakinya yg spending time di danau itu. Di danau yg unik ini kami menemukan banyak pasangan senior yg menghabiskan waktu di alam bebas, menikmati suasana hening dan gemerlapnya gemintang, berdua. Iya berdua! Saya jadi membayangkan apakah mungkin saya memiliki kesempatan seperti mereka?
saya yakin untuk bisa seperti mereka tidak semudah membalik telapak tangan. Banyak tahapan tahapan yang diharus dilalui dan ditempuh. Anehnya konsepsi "mawadah wa rahma" banyak saya lihat disini. Disatu sisi saya memahami bagaimana menikah itu sebagai usaha untuk melengkapi "addien" kita, melengkapi pemahaman terhadap fenomena kemanusiaan dan lingkungan sekitar kita. Melengkapi untuk bisa hablummninal alam dan hablum minnas. Namun disisi lain, ketika sosok yang kadang "mengaku" sebagai pasangan kita cenderung "memaksakan" kehendak dan " mau"nya sendiri, akankah membawa kedamain dan ketentraman hati? atau malah membawa kepada suasana " hidup segan, matipun tak mau". Untuk masalah ini sebetulnya para "ambiyak" juga memberikan solusi kog. Ndak usa repot repot.....dahulu kala ketika Nabi Ibrahim mengunjungi Ismail yang beliau tinggalkan untuk beberapa lama di tengah padang pasir dan "hanya" berbekal mata air zamzam. Pada kunjungannya ini beliau mendapati Ismail sudah berkeluarga dan ketika dirumah di"sambut" Istri Ismail. Tiada disangka dan dinyana dalam kunjungannya ini Ibrahim sang Waliyullah memiliki "kesan" negatif terhadap menantunya ini. untuk itu si "Ibrahim" berpesan kepada Ismail yang dititipkan ke istrinya agar "mengganti Pintu". Dari Riwayat memang diketahui bila setelah mendapat pesan sang waliyullah ini Nabi Ismail menceraikan Istrinya dan memperistri seseorang lainya yang pada akhirnya menurunkan Nabiyullah Muhammad SAW.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun