Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Kisah Mengharukan, "Badai Pasti Berlalu"

31 Januari 2014   21:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:17 365 0
Sebuah cerpen yang didasarkan kepada kisah nyata inspiratif. Kisah nyata yang bisa kita jadikan bahan pembelajaran sekaligus perenungan, untuk kemudian ditiru sehingga apa-apa yang tokoh utama alami bisa juga kita alami dan rasakan secara nyata dalam hidup.

Cerpen berikut hanyalah satu dari ribuan hikmah yang bisa anda petik untuk kemudian diterapkan. Anda bisa belajar hikmah lainnya di www.adhinbusro.com

Begini ceritanya....

Tahun 2008 di kampung Pamahan Bogor, di sebuah rumah kontrakan yang terkesan rumah rusak hiduplah sepasang suami istri. Zul nama suaminya.

Pagi itu pas tanggal 1 pas gajian, bertepatan hari minggu sehingga Zul libur dari aktifitas pekerjaan sebagai sales lapangan. Subuh sudah lewat ditandai ayam yang sudah tidak berkokok lagi. Angin sepoi sepoi mulai menyapa pagi dengan lembut.

Zul duduk di teras kontrakan sambil menyeruput kopi buatan istrinya. Terasa hangat dan nikmat tenggorokannya menikmati kopi tubruk kesukaan Zul. Kontrakan Zul berada di kampung sehingga suasananya persis di kampung halamannya di jawa tengah. Dengan kursi plastik berwaran biru tua bekas omnya Zul duduk bersandar menikmati pemandangan pagi. Di dekat teras rumah kontrakan Zul terdapat tempat pembuangan sampah sementara. Terlihat beberapa pemulung sedang mengais rezeki di pagi itu. Memang bau cukup tidak enak, namun sudah biasa bagi Zul dan istrinya yang sedang mengandung anak pertama.

"Yah, lumayan lah, yang penting murah dan terjangkau" Batin Zul. Zul teringat bagaimana dia dan istrinya pernah diusir oleh yang punya kontrakan yang pertama di daerah Kampung Rambutan gara-gara 3 bulan belum bayar kontrakan. Makanya Zul cari kontrakan yang murah saja. Takut diusir

Belum sempat Zul menghabiskan kopi, istrinya memanggil
"Pah, ada telpon dari Emak"
"Ya mah"
Zul buru-buru masuk ke dalam, dia memang kalau berurusan dengan emaknya ingin cepat-cepat. Takut emaknya nungggu. Bisa dikatakan Zul adalah cermin anak berbakti kepada Ibunya

"Assalamualaikum, ada apa mak?"
"Wa'alaikum salam, Zul emak rematiknya kambuh. Nek kowe ono duit kirimono emak, nggo perikso yo? (Kalau kamu ada uang kirimi emak buat berobat ya?)"
"Ya Mak" Jawab Zul agak panik,Secepatnya saya kirim mak"
"Makasih Zul, Gusti Allah sing ngganti yo?"

Langsung saja Zul ambil motornya. Motor grand warna hitam keluaran 94, itulah sejelek-jelek motor yang pernah saya lihat. Setelah menceritakan kepada istrinya dan setelah mendapat ijin zul segera pergi ke ATM untuk transfer sejumlah uang kepada emaknya. Hampir semua Zul transfer dan di sisakan hanya 300.000. Zul khawatir sekali keadaan emaknya. Pernah dahulu rematiknya emak kambuh sampai emak pingsan. Makanya Zul tidak mau emaknya pingsan lagi.

"Ya Allah, rezeki hamba tinggal 300 ribu"
"Zul hanya ingin melihat emak bahagia,  tapi Zul belum mampu mak?" Zul membatin sedikit kecut
"Tapi Zul juga punya istri yang sedang hamil. Tuhan tolong kami" Lagi lagi Zul membatin

Sisa ATM diambil Zul, rencana untuk memeriksakan kandungan istrinya. Apa mau dikata, habis gajian langsung ludes. Ketika Zul hendak mengendarai motornya tiba-tiba datang seorang Ibu-ibu tua menggendong anaknya yang berumur kurang lebih 3 tahun. Wajah sang anak pucat pasi, sepertinya sedang sakit. Sambil menangis Ibu-ibu itu berkata kepada Zull

"Nak, tolonglah saya, sudah seminggu panas anak saya tidak juga reda. Saya ingin ke klinik tapi tidak punya uang" Kata Ibu-ibu
"Ibu Siapa?"
"Nak, tolong saya....., saya tinggal didekat sini nak, saya pemulung. Suami saya sudah meninggal, tolong saya kasih uang buat berobat nak" Kata Ibu Pemulung sambil menangis haru

Hati Zull trenyuh, namun uangnya hanya tinggal segitu-gitunya. Bimbanglah hati Zull. Kemudian Zul teringat Emaknya yang sakit, serta istrinya yang sedang mengandung anaknya juga. Zull tambah bingung.
Zull teringat waktu dulu emak menggendong Zul waktu sakit panas sampai setep (Kejang), akhirnya setelah di tolong Pak Mantri (Tenaga kesehatan di desa namanya pak mantri) setep Zul sembuh. Makanya setelah ingat kejadian itu dengan hati yang mantap diserahkannya uang 300.000 sisa gajiannya.

"Terimakasih Nak, pasti Allah akan membalas kebaikan anda dengan berlipat ganda"
"Amin, cepetan bawa bocahnya ke klinik bu?" Jawab Zul

Huff, Jadilah Zul bersedekah seluruh gajinya kepada orang tuanya dan Fakir miskin  yakni ibu pemulung  Padahal saat itu Zul benar-benar sedang butuh uang untuk bayar kontrakan, memeriksakan kandungan istrinya dan untuk kebutuhan hidupnya.

Bagaimana mungkin? Istri Zul sedang hamil besar, seharusnya Zul pintar menabung untuk biaya persalinan istrinya. Lagian itu adalah calon anak pertama Zul. Huh, kadang dunia nampak tidak adil. Bagaimana yang kaya semakin kaya raya, namun hatinya sempit. Kaya namun kikirnya setengah mati. Giliran ada yang hatinya luas seluas samudra, kondisi perekonomiannya kurang.

"Jangankan menabung, untuk makan aja pas-pasan" Kata Zul
"Mama ikhlas kok pah, Insya Allah berkah"
"Iya mah, lagian kapan lagi nyenengin orang tua dan fakir miskin, untuk makan ntar papa jual HP papa saja"
"Itu khan HP satu-satunya papa?"
"Gak papa Ma?, Kita pasrah saja sama Allah, Allah khan Maha Kaya, Maha Besar" Kata Zul kepada istrinya.

Manusiawi, sebenarnya hati Zul gundah gulana. Kata-kata Zul barusan hanya untuk menghibur istrinya. Zul sangat beryukur istrinya selama ini tabah menghadapi cobaan yang bertubi-tubi. Sebenarnya Hatinya Zul remuk redam. Gajinya yang kecil dia relakan untuk orang lain yang membutuhkan. Semuanya malah. Dan itu semua dilakukan Zul karena memang ada yang jauh lebih membutuhkan uangnya.
Kegalauan hati Zull dia sembunyikan dari istrinya. Zul sedih mengingat masa hamil muda istrinya diusir dari kontrakan lama. Sekarang lebih sedih lagi melihat istrinya yang sedang hamil besar. Zul serba salah. Zul tak tahu harus melakukan apa. Zul buntu. Zul memendam kebuntuan hatinya selama ini dan tidak pernah menceritakan beban hidupnya kepada siapapun. Takut malah merepotkan. Takut malah nanti di hina.

Tapi Zul ingin curhat. Zul ingin membagi deritanya, supaya sedikit berkurang. Tapi kepada siapa?? Selama ini tidak ada yang peduli. Sampai akhirnya Zul ingat tempat curhat yang paling baik....

Pukul 2 lebih seperempat Zul terbangun. Malam menjelang pagi yang cukup dingin di kampung Pamahan Bogor. Malam yang senyap, bahkan jangkrikpun enggan bernyanyi di malam itu. Zul berwudhu kemudian shalat 2 rakaat. Waktu itu Zul merasakan benar-benar khusuk dalam shalatnya. Zul merasakan kehadiran Tuhan sehingga menumpahkan segala beban hidupnya kepada_Nya dalam shalat dan sujudnya. Zul terbayang keadaan ekonominya yang masih saja carut marut. Zul hanya mau curhat dan menumpahkan segalanya kepada Tuhan, karena hanya Tuhan yang mau mendengar curahan hati Zul, disaat manusia memicingkan matanya kepadanya.

Tak terasa mata Zul berkaca-kaca, tubuhnya bergetar. Zul mulai sesenggukan. Tak kuasa Zul menahan kesedihannya di hadapan Tuhan. Zul mau menumpahkan segala beban hidupnya. Semuanya...

"Allaahu Akbar"

"Yaa Allah Yaa Rabb, begitu Besar Kekuasaan Engkau dan begitu kecil masalah kami, Engkau Tahu masalah kami, Engkaulah Yang Maha Penyayang diantara Penyayang. Berilah kami kesabaran dalam menjalani ujian Engkau" Air mata Zul tumpah ruah membasahi sajadah usangnya.

Zul menangis sesenggukan tiada bisa di tahan, larut dalam perasaan campur aduk.

Tanpa diketahui Zull ribuan kilometer nun jauh di atas sana, di langit yang kelam, langit bergetar melihat kesedihan hati Zul dan keyakinan teguh Zul dalam mengorbankan segalanya untuk kebaikan orang lain. Air mata langit dalam gerimis malam turun ke bumi. Jutaan Malaikat berdiri bershaff-shaff mendoakan keberkahan buat Zul. Angin, air, api dan besi bertasbih dan mengaku kalah dengan ketulusan Zull. Segenap ciptaan Tuhan di sekitar rumah Zul tidak mampu menyembunyikan keharuannya.

"Yaa Allah, Maha Suci Engkau Yang Maha Tinggi, Janganlah beban hidup kami menyebabkan kami jauh dari_Mu, ajarkan kami untuk selalu mensukuri nikmat_Mu"

Tepat setelah Zul selesai melantunkan doa dalam sujud, saat itulah langit diatas Kampung Pamahan Bogor bergetar hebat, pintu langit terbuka memancarkan sebuah cahaya terang benderang.....Dan cahaya itu menukik cepat menuju bumi. Laut yang dari tadi diam mulai menghentakkan gelombangnya merambat cepat sejauh radius ratusan kilometer. Bumi menggeliat dan bergetar melihat ketulusan Zul. Alam ikut membuncah mengiringi setiap bacaan shalat tahajud Zul. Sebuah fenomena menakjubkan dan maha besar yang disaksikan oleh milyaran mahluk di seluruh penjuru langit dan bumi namun tidak satupun manusia mengetahui.

.............................................................................................................................................
Seminggu kemudian..............

Jauh disana ada sebuah perusahaan industri yang sedang membutuhkan mesin-mesin baru untuk beroperasi. Perusahaan tersebut sedang membutuhkan mesin dalam jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan customer. Mesin itu dibutuhkan dalam waktu dekat.

Singkat cerita pada pukul 18.30 malam Zul berniat pulang kerja. Sungguh capek pekerjaan pada hari ini. Tidak ada deal dengan klien dalam beberapa bulan ini yang menyebabkan Zul benar-benar dalam kondisi perekonomian yang morat-marit. HP, komputer lama, kipas angin dan lain-lain sudah ludes Zul jual di tukang loak. Semua demi istri dan dapur Zull.

Sudah capek mendung dan mulai gerimis. Zul mengendarai motornya lebih cepat takut hujan akan turun lebih deras. Ternyata benar hujan turun dengan derasnya, sehingga Zul terpaksa menepi. Hati Zul galau sepertinya hujan akan turun lebih lama yang menyebabkan dia pulang ke rumah larut malam. Kasihan istrinya yang sedang hamil besar. Ya Tuhan, mengapa hujannya tidak reda-reda?

Ternyata Zul berhenti dan berteduh di sebuah pabrik yang baru berdiri. Zul numpang berteduh di dekat lobi, ketika datanglah seseorang yang tidak Zul kenal
"Assalamualaikum,Kehujanan ya dik?" Tanya orang setengah baya yang dari pakaiannya adalah staff pabrik tersebut.
"Waalaikum salam, Iya Pak, numpang neduh nih"
"Iya gpp, saya juga mau pulang nunggu hujan reda, Saya Pak Amat. ngomong-ngomong kerja dimana?"
"Sales mesin industri di perusahan antah barantah pak, oya pak saya Zul"
"Mesin apa?"
"Banyak Pak, mesin molding, genset dll"
"Kebetulan dik, perusahaan kami sedang butuh mesin banyak nih"
"Oya, kebetulan saya bawa katalognya ni pak"
"Coba, boleh saya lihat?, nanti dipelajari dulu"
"Tentu boleh pak, sebelumnya terimakasih Pak Amat"
"Dik, berterimakasihnya sama Allah ya?, kalau mau berterimakasih misalnya lagi banyak rezeki, dik Zul bisa bagi kebahagiaan kepada anak yatim, khan berbagi sama orang tua dan fakir miskin sudah. Jangan lupa diri kalau lagi banyak rezeki ya nak?"
"Baik pak, makasih" Kata Zul nggak ngeh
"Mau kemana Pak" Tanya Zul yang melihat Pak Amat sepertinya hendak pulang menerobos hujan
"Mau Pulang Dik, assalamualaikum"
"Pulang kemana Pak?" Tanya Zul tanpa sempat menjawab salam
"Ke langit Dik"
Lagi-lagi Zul nggak ngeh. Pak Amat sepertinya suka bercanda batin Zull
Hampir saja Zull berniat mencegah Pak Amat Pulang dan menawarkan boncengan motor, ketika tiba-tiba HP Zull berbunyi
"Nomor siapa lagi ini, pakai dirahasiakan segala nomornya" Kata Zul yang melihat HPnya di miskoll
Sepersekian detik di matikan HP Zull dan sepersekian detik pula Zul sudah tidak melihat Pak Amat lagi. Oya HP baru Zull adalah HP lama yang dipinjamkan omnya. HP Zul khan sudah dijual
"Sudah pulang kali, kok cepet amat ya?"

Pas, Pak Amat sudah tidak nampak seketika hujan berhenti, dan Zul melanjutkan perjalanan pulang dengan sejuta pertanyaan di benak Zull. Sepertinya ada yang aneh, batin Zul.
"Ah sudahlah, saya harus cepat sampai dirumah, kasihan istri pasti sudah nunggu"

Sesampainya di rumah
"Maaf mah, papa tadi kehujanan"
"Masak sih pa, disini tidak hujan kok, lagian khan musim kemarau"
"Tau nih mah, namanya juga Jakarta, musimnya gak jelas"
"Pah" Kata istrinya lirih sekali
"Maafin mamah, dirumah sudah tidak ada apa-apa. Tinggal ini pa" Kata istrinya menyerahkan ubi rebus 1 potong. Zul tidak tahu bahwa ubi rebus itu di beli setelah istrinya memulung beberapa kilo barang bekas kemudian di jualnya. Duitnya buat beli ubi yang cukup hanya untuk 1 potong saja.

"Makan gih pah"
Zul tergelak, menelan ludah, memang benar rumah kontrakannya kosong melompong. Duit sudah habis-bis.

"Buat mama saja, papa sudah makan tadi" Kata Zul berbohong
"Mama tahu papa belum makan, makanlah"
"Buat kamu mah, khan mama sedang hamil"
"Ya sudah kita potong menjadi dua ya pah"
Lagi-lagi Zul tergelak menelan ludah, kemudian menghela nafas panjang.
"Papa minta maaf Mah, papa yang salah, papa suami yang tidak bertanggung jawab, harusnya papa tidak membiarkan mamah seperti ini" Lagi-lagi Zul berkaca-kaca. Terasa begitu berat beban hidupnya

Sepasang suami istri berpelukan saling menumpahkan perasaan membuncah. Kesedihan, penderitaan, cobaan, kemiskinan dll menjadi satu.
..................................................................................................................

Malam menjelang pagi sekitar Pukul 2:30 dini hari. Seperti biasa malam yang cukup dingin di langit kota bogor...
"Aduuh..." Istri Zul mengerang memegang perutnya. Sepertinya ada keluhan seputar kehamilannya yang menginjak hampir 8 bulan
"Pah, perut mama sakit"
"Mah, kenapa mah?" Zul terbangun mendengar rintihan istrinya, dan panik melihat keadaan istrinya
"Perut mamah Pah" Aduuhhh sakit pah" Istri zul merintih menahan sakit... Darah segar keluar dari balik celana istri Zul...
Kaget bukan kepalang.. Bukan main paniknya Zul.. hatinya kacau balau, sebuah perasaan takut, kawatir yang sangat hebat.... Ini calon bayi pertama Zul, ZUl tidak mau kehilangan istrinya dan anak yang sudah sangat lama ditunggu kehadirannya. Ini juga salah Zul yang kurang memperhatikan gizi calon anaknya. Bagaimana mau memberikan asupan gizi yang baik?? Pakai apa??? Daun????

Ya Allah, Astaghfirullah... Allah Allah....

Zul tak henti-henti menyebut nama Tuhan. Zul. Zul mengadu, merengek, dan memohon kasih sayang_Nya..

"Mah, tunggu 5 menit ya? Papa mau ke bidan Suni di sebrang"
"Cepetan Pah, mama gak kuat.."
Buru-buru zul keluar rumah, dia berlari tidak sempat membawa motornya. Lagian jarak rumah bidan hanya sekitar 300 meter dari rumahnya. Bidan yang selama ini membantu cek kehamilan istrinya Zul.. Zul berlari sekuat tenaga tidak memperdulikan apapun. Yang dipikirkan adalah keselamatan istri dan bayinya..
"Buuuuu, Assalamualaikum, Bu Bidaaan" Berkali-kali Zul berteriak dan menggedor pintu Bu Bidan Suni sampai akhirnya Bidan Suni keluar rumah dengan mata masih kelihatan mengantuk..
"Bu Istri saya Bu, tolong ke rumah" Belum sempat Bu Bidan Suni bicara Zul sudah nyela duluan...

Kemudian...
Bu Bidan Suni memeriksa kandungan Istri Zul
"Istri kamu kelelahan Zul, Ibu sudah berikan obat penenang dan pereda sakit, kamu harus perhatikan gizi istrimu. Juga istrimu perlu istirahat"
"Iya Bu Terimakasih banyak Bu, ngomong-ngomong maaf Bu Bidan Suni, kasbon ya???
"Iya" Nampaknya Bu Bidan Suni paham betul kondisi keuangan Zul
Selepas mengantar kepulangan Bu Bidan Suni, Zul kembali ke kamar dan melihat istrinya tertidur. Bu Suni sudah menyuntikkan obat penenang nampaknya. Ternyata istrinya kelelahan...
Zul melihat istrinya dan perutnya yang sudah membesar.... Lagi-lagi air mata zul tak kuasa ditahan... Sebuah perasaan campur aduk menghentak-hentak dadanya Zul...

Lagi-lagi diatas langit. Malaikat berkerumun dan berdesak-desakan melihat drama yang terjadi di rumah Zul. Menanti keajaiban yang terjadi setelahnya. Doa para malaikat meluncur deras, agar Zul diberi ketabahan. Karena pasti Allah akan memberikan ganjaran atas ketabahannya...
.....................................................................................................................

Dua bulan kemudian, pembicaraan Zul dengan Customer service
"Maaf Mbak, Pak Amat staff di pabrik ini dimana ya? Kok saya sudah tidak pernah lihat?"
"Kenapa Pak?"
"Karena bantuannyalah saya bisa menang tender dan mendapat rezeki besar, sehingga saya bisa beli rumah cukup besar buat istri dan keluarga saya, saya mau berterimakasih kepadanya"

Yah tidak selamanya ada badai. Kata orang badai pasti berlalu. Begitulah keadaan Zull. Berkat bantuan Pak Amat Zul bisa menang tender dalam jumlah yang sangat besar. Bonusnya lebih dari cukup untuk membeli rumah dan ruko untuk usaha baru yang sedang dia rintis. Bukan motor butut lagi kepunyaan Zul, namun mobil sedan baru. Masih mengkilap. Bahkan uang Zul masih tersisa banyak padahal sudah di belanjakan untuk membeli barang ini dan itu. Satu lagi Zul sudah punya bayi laki-laki yang lucu. Istri Zul melahirkan di Rumah Sakit swasta terbesar di ruang VIP. Besar sekali karunia yang Zul terima dari Tuhan padahal 3 bulan yang lalu Zul bukan apa-apa alias masih fakir bin miskin.

Zul mendapatkan semua itu setelah tendernya menang. Tender dalam jumlah puluhan milyar sehingga bonusnya ratusan juta rupiah. Zul ingat bahwa kemenangannya tak lepas dari pertemuan dengan Pak Amat secara tidak sengaja. Makanya kemudian Zul mencari beliau.

"Pak Amat yang mana ya?" tanya customer service agak heran
"Staff pabrik mbak, laki-laki setengah baya dengan janggut yang agak tebal?"

Customer service melakukan pengecekan karyawan di Pabrik itu, setelah beberapa menit dia menggelengkan kepala.

"Pak, setelah saya cek tidak ada yang bernama Pak Amat di pabrik ini, bahkan dari dulu sampai sekarang tidak ada"
"Masak sih mbak?" Zul benar-benar kaget dibuatnya

Zul kemudian teringat kata-kata terakhir Pak Amat, kata-kata terakhir yang membuat Zul sedikit merinding.

"Dik, berterimakasihnya sama Allah ya?, kalau mau berterimakasih misalnya lagi banyak rezeki, dik Zul bisa bagi kebahagiaan kepada anak yatim, khan berbagi sama orang tua dan fakir miskin sudah, Insya Allah berkah, jangan lupa diri kalau lagi banyak rezeki ya nak?" Kata Pak Amat dengan senyumnya yang sangat indah bak senyuman malaikat, dimana zul belum pernah melihat senyuman seindah itu sebelumnya. Bagaimana Pak Amat bisa tahu bahwa Zul pernah memberikan seluruh gajinya kepada emak dan ibu pemulung? Tidak mungkin ada yang tahu kecuali Zul dan istrinya. Apalagi Pak Amat yang baru saja kenal.
"Baik pak, makasih" Kata Zul waktu itu nggak ngeh
"Mau kemana Pak" Tanya Zul yang melihat Pak Amat sepertinya hendak pulang menerobos hujan
"Mau Pulang Dik, assalamualaikum"
"Pulang kemana Pak?" Tanya Zul waktu itu tidak sempat menjawab salam
"Ke langit Dik?"

Waktu itu Pak Amat pamit dan Zul tidak sempat menjawab salamnya. Itulah pembicaraan terakhir dengan Pak Amat. Saat itulah Zul baru paham. Jangan-jangan memang benar pulang ke langit? Tubuh Zul mulai lemas setelah sadar dengan kejadian waktu itu. Dengan bibir bergetar Zul berkata

"Waalaikum salam Pak Amat, waalaikum salam warohmatullaahi wabarokaatuh" Jawab Zul sambil terbata-bata dan dadanya bergetar

Kaki Zul Goyah, bibir bergetar. Tak menyangka Zul diperhatikan Tuhan dengan karunia besar. Seluruh mahluk boleh menghina Zul, tetapi Allah tetap mengasihi dan menyayangi Zul. Seluruh mahluk boleh memusuhi Zul namun Allah tetap sayang kepadanya. Karena memang Allah Maha Pengasih dan Penyayang, yang tiada batasnya.

Mata Zul basah, lututnya bergetar kehilangan tenaga tak kuasa menahan berat tubuhnya dan jatuh tersungkur seraya bersujud. Dengan sesenggukan Zul menangis  menahan keharuan dan kebahagiaan yang luar biasa besar. Hati Zul bertakbir, mulut Zul berusaha mengucap takbir namun begitu berat karena sedang menahan kebahagiaan yang tiada terperi. Sampai akhirnya dengan suara bergetar yang hebat Zul bertakbir menyebut Kebesaran Tuhan, sekaligus memohon ampun kepada_Nya....

"Allaahu Akbar"  Suara pekikan takbir yang tulus keluar dari mulut Zul diiringi tangisan kebahagiaan yang tiada terperi.

Customer service bengong, tidak tahu bahwa ada keajaiban sedekah yang baru saja di alami Zul. Keajaiban ketulusan dan keyakinan Zul. Keajaiban karena mengorbankan diri dan hidup Zul demi kebahagiaan orang lain. Demi kebahagiaan Mahluk ciptaan Tuhan yang lain.

Nun jauh disana, ribuan kilometer di tengah-tengah lautan, terjadi venomena dahsyat. Gelombang laut yang tinggi begitu mempesona mengiringi kebahagiaan Zul.Dan bumipun ikut bergetar melihat keikhlasan sedekah Zul. Juga besi, air, api dan angin ciptaan Tuhan yang begitu hebat merasa kalah dengan ketulusan Zul. Tasbih alam tak henti-henti berkumandang. Disaksikan oleh semua ciptaan kecuali jin dan manusia. Tidak ada satupun jin dan manusia yang mengetahuiakan kekuatan ketulusan seorang manusia bernama Zull.

Tangisan Zul di iringi dengan tangisan langit, Jutaan malaikat di sekitar Arsy yang agung berdiri bershaff-shaff berkerumun sambil memuji Asma Allah. Semuanya bertasbih memuji Kebesaran Tuhan.
..................................................................................................................................
"Ada apa dik"? Seorang laki-laki menyadarkan Zul, dan mengajaknya ke mushola
"Yuk, ke mushola dan ceritakan apa yang terjadi" Ajaknya
"Baik pak?" Jawab Zul sambil menyeka air matanya

Di mushola Zul bercerita kepada Bapak-bapak yang ternyata adalah imam dan pengurus mushola pabrik
Selesai bercerita jamaah mushola yang mendengarkan cerita Zul dengan terharu sambil mengucapkan takbir
"Allaahu Akbar, Subhanallah, Alhamdulillah"

Tidak jauh dari mushola berdirilah sosok laki-laki berbaju putih dan berjenggot. Sosok yang tak asing buat Zul. Wajahnya bersinar bak malaikat. Dia tersenyum ke arah Zul dimana Zul tidak melihat keberadaanya. Sesosok laki-laki itu kemudian menghilang tanpa meninggalkan sepatah katapun.....

Sesosok laki-laki berbaju serba putih dan berjenggot itu pergi... Pergi ke langit.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun