Mohon tunggu...
Adhin Busro
Adhin Busro Mohon Tunggu... -

Seorang blogger yang menyukai ilmu dan hikmah spiritual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Mengharukan, "Badai Pasti Berlalu"

31 Januari 2014   21:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:17 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah cerpen yang didasarkan kepada kisah nyata inspiratif. Kisah nyata yang bisa kita jadikan bahan pembelajaran sekaligus perenungan, untuk kemudian ditiru sehingga apa-apa yang tokoh utama alami bisa juga kita alami dan rasakan secara nyata dalam hidup.

Cerpen berikut hanyalah satu dari ribuan hikmah yang bisa anda petik untuk kemudian diterapkan. Anda bisa belajar hikmah lainnya di www.adhinbusro.com

Begini ceritanya....

Tahun 2008 di kampung Pamahan Bogor, di sebuah rumah kontrakan yang terkesan rumah rusak hiduplah sepasang suami istri. Zul nama suaminya.

Pagi itu pas tanggal 1 pas gajian, bertepatan hari minggu sehingga Zul libur dari aktifitas pekerjaan sebagai sales lapangan. Subuh sudah lewat ditandai ayam yang sudah tidak berkokok lagi. Angin sepoi sepoi mulai menyapa pagi dengan lembut.

Zul duduk di teras kontrakan sambil menyeruput kopi buatan istrinya. Terasa hangat dan nikmat tenggorokannya menikmati kopi tubruk kesukaan Zul. Kontrakan Zul berada di kampung sehingga suasananya persis di kampung halamannya di jawa tengah. Dengan kursi plastik berwaran biru tua bekas omnya Zul duduk bersandar menikmati pemandangan pagi. Di dekat teras rumah kontrakan Zul terdapat tempat pembuangan sampah sementara. Terlihat beberapa pemulung sedang mengais rezeki di pagi itu. Memang bau cukup tidak enak, namun sudah biasa bagi Zul dan istrinya yang sedang mengandung anak pertama.

"Yah, lumayan lah, yang penting murah dan terjangkau" Batin Zul. Zul teringat bagaimana dia dan istrinya pernah diusir oleh yang punya kontrakan yang pertama di daerah Kampung Rambutan gara-gara 3 bulan belum bayar kontrakan. Makanya Zul cari kontrakan yang murah saja. Takut diusir

Belum sempat Zul menghabiskan kopi, istrinya memanggil
"Pah, ada telpon dari Emak"
"Ya mah"
Zul buru-buru masuk ke dalam, dia memang kalau berurusan dengan emaknya ingin cepat-cepat. Takut emaknya nungggu. Bisa dikatakan Zul adalah cermin anak berbakti kepada Ibunya

"Assalamualaikum, ada apa mak?"
"Wa'alaikum salam, Zul emak rematiknya kambuh. Nek kowe ono duit kirimono emak, nggo perikso yo? (Kalau kamu ada uang kirimi emak buat berobat ya?)"
"Ya Mak" Jawab Zul agak panik,Secepatnya saya kirim mak"
"Makasih Zul, Gusti Allah sing ngganti yo?"

Langsung saja Zul ambil motornya. Motor grand warna hitam keluaran 94, itulah sejelek-jelek motor yang pernah saya lihat. Setelah menceritakan kepada istrinya dan setelah mendapat ijin zul segera pergi ke ATM untuk transfer sejumlah uang kepada emaknya. Hampir semua Zul transfer dan di sisakan hanya 300.000. Zul khawatir sekali keadaan emaknya. Pernah dahulu rematiknya emak kambuh sampai emak pingsan. Makanya Zul tidak mau emaknya pingsan lagi.

"Ya Allah, rezeki hamba tinggal 300 ribu"
"Zul hanya ingin melihat emak bahagia,  tapi Zul belum mampu mak?" Zul membatin sedikit kecut
"Tapi Zul juga punya istri yang sedang hamil. Tuhan tolong kami" Lagi lagi Zul membatin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun