Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Resep Maut Benazir Bhuto untuk Putri Presiden

27 Agustus 2011   07:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:26 131 1
Syahdan disebuah negeri gemah ripah loh jinawi yang diperintah seorang diktator selama lebih 30 tahun, sang diktator  mempunyai  putri sulung yang digadang-gadang dapat melanjutken dari pada pemerintahan dari pada ayahnya untuk menjadi daripada persiden.

Untuk itu sang putri sulung ingin menimba ilmu pada para pemimpin wanita dunia, dari sekian banyak pemimpin wanita, yang dipilih sebagai advisor adalah Benazir Bhuto, perdana menteri Pakistan di jaman itu.

Maka berangkatlah sang putri sulung ke negeri Benazir Bhuto, Pakistan.

Atas permintaan sang putri sulung, Benazir memberi resep yang harus dilakuken agar putri sulung dapet segera menjadi persiden daripada negaranya.

Benazir   :  " adikku, engkau harus mengenakan kerudung yang  seperti aku" , mendapetken resep yang simpel,  putri sulung pamit pulang denagan hati ber-bunga2.

Sesampai di istana ayahnya,  serta merta putri sulung langsung mengenaken kerudung persi plek dengan yang dikenaken dari pada  guru nya, yaitu  kerudung yang  bagian jidat sengaja dibuka, menampakkan  rambut jambulnya .

Beberapa tahun putri sulung dengan pede  bepenampilan khas seperti gurunya, perusahaan miliknya maju, proyek jalan tol pun ada di mana2.

Namun entah sebab apa, tahu2   di tahun ganjil genap terjadi gonjang ganjing di negerinya,  sang ayah yang enak2 sudah jadi presiden selama 32 tahun itu, lha kok malah dilengserken oleh rakyatnya.  Rakyat yang selama ini manut karena takut pada rezim ayahnya,  ndak tau kenapa  ujuk-ujuk  hari itu menjadi seperti mendapetken keberanian melawan presiden yang kemarin2 sangat ditakutinya itu. Atas kemauan rakyat, sampai  masa pemilihan  presiden berikutnya  sang ayah  digantiken oleh seorang teknolog handal yang sebelumnya jadi wakil daripada presiden.

Singkat cerita, di negara ini kemudian dilakuken pemilihan presiden, yang temtunya putri sulung ikut serta dengan partai baru yang hebat  dibantu pangsiyunan jendral sekaligus mantan panglima perang ayahnya. Dalem pemilihan itu, partai sang sulung kalah telak, dan yang jadi presiden malah orang dari patai lain.

Mendapetken kekalahan seperti itu, putri sulung geregetan, hati gundah gulana.  Maka kembali dia menghadep  gurunya,  Benazir Bhuto untuk mohon petunjuk sekaligus komplain karena resep yang pernah diberikannya tidaklah manjur baginya.

" Mbak Bhuto, kurang apalagi adikmu ini sehingga resep mbak yang lalu malah menyebabken daripada ayahku lengser, ser ser ser, serta aku kalah dan tidak bisa menjadi presiden daripada negeriku ",  protes  putri sulung sambil menangis tersedu sedan.

Menghadepi situasi kayak begitu, mbak Bhuto berpikir keras,  setelah menghirup minuman seteguk, lalu katanya  :   " adikku, sebenarnya ada satu resep  manjur yang harus dilakuken oleh mu dan keluargamu agar cita2mu untuk jadi presiden negaramu tercapai,  akan tetapi aku ragu dan sangsi apakah engaku bisa melaksanaken resep ini sehingga kondisi keluargamu jadi persis seperti kondisi keluargaku,  . . . . . . . . tapi aku ragu".

Mendengar kalimat gurunya, putri sulung seperti mendapat angin sejuk, dan dengan bersemangat dia berseru pada gurunya : " mbak Bhuto,  . . . .  mbak tidak usah ragu, ayo katakan saja resep itu dan aku akan lakukan apapun itu, asal aku dapat segera menjadi presiden di negeriku, ayolah mbak katakan saja, agar aku juga bisa seperti mbak yang mewarisi tahta dari  oom Ali (Ali Bhuto) ayah mbak yang lama menjabat perdana menteri disini" .

Kalimat putri sulung yang merepet bak metraliur itu membuat Benazir mengernyitkan kening, lalu dia berkata :  "iyalah kalau memang itu mau mu, resep ini akan kuberikan padamu, tetapi . . . . . . . . . . .".

Kalimat Benazir yang belum selesai itu  dipotong oleh putri sulung yang  sudah tidak sabar lagi  :  "sudahlah mbaaaaakkk tolong katakan saja, tidak usah mbak merasa bimbang dan  ragu, . . . . . . . . . ayo katakaaaaan mbaaaaaak  ! ! ! !".

Benazir menunduk kan kepala sejenak, lalu  mengambil gelas minuman,  minum beberapa teguk air dari gelas itu,  dan  menyambung kalimatnya  : " resep itu adalah membuat agar kondisimu persis seperti aku, yaitu, . . . . . . .  e . e. e  ayahmu harus mati terbunuh seperti ayahku , dan  . . . . . . . . . . . . . . . . .".

Bak disambar petir disiang bolong, putri sulung mendengar perkataan sang guru,  tidak menunggu kalimat gurunya selesai, putri sulung langsung manjawab  :  " kalo resepnya kaya gitu,  sudah mbak,  gak jadi persiden aku gak patheken  . . . . . . . ".

Tanpa pamit  pada gurunya, klepat . . . . . . putri sulung langsung pulang kembali kenegaranya. Lima jam perjalanan pulang , hanya air mata yang terburai tanpa berhenti, dia ingin segera menemui sang ayah yang sejak lengser dari kursi presiden manjadi sering sakit2an, putri sulung ingin segera sungkem pada ayahnya, ingin mengadu, ingin minta maaf atas kelancangan yang telah dilakukannya.

CUT, .. ...... . . . . . . . . cerita ditutup,   anda tahu siapa "putri sulung"  . . . . . . . ?

Ah, bisa saja anda.




oleh  ;  abu kemal

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun