Mohon tunggu...
Abu Kemal
Abu Kemal Mohon Tunggu... Pensiunan -

- 33 : 70-71

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Resep Maut Benazir Bhuto untuk Putri Presiden

27 Agustus 2011   07:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:26 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Syahdan disebuah negeri gemah ripah loh jinawi yang diperintah seorang diktator selama lebih 30 tahun, sang diktator  mempunyai  putri sulung yang digadang-gadang dapat melanjutken dari pada pemerintahan dari pada ayahnya untuk menjadi daripada persiden.

Untuk itu sang putri sulung ingin menimba ilmu pada para pemimpin wanita dunia, dari sekian banyak pemimpin wanita, yang dipilih sebagai advisor adalah Benazir Bhuto, perdana menteri Pakistan di jaman itu.

Maka berangkatlah sang putri sulung ke negeri Benazir Bhuto, Pakistan.

Atas permintaan sang putri sulung, Benazir memberi resep yang harus dilakuken agar putri sulung dapet segera menjadi persiden daripada negaranya.

Benazir   :  " adikku, engkau harus mengenakan kerudung yang  seperti aku" , mendapetken resep yang simpel,  putri sulung pamit pulang denagan hati ber-bunga2.

Sesampai di istana ayahnya,  serta merta putri sulung langsung mengenaken kerudung persi plek dengan yang dikenaken dari pada  guru nya, yaitu  kerudung yang  bagian jidat sengaja dibuka, menampakkan  rambut jambulnya .

Beberapa tahun putri sulung dengan pede  bepenampilan khas seperti gurunya, perusahaan miliknya maju, proyek jalan tol pun ada di mana2.

Namun entah sebab apa, tahu2   di tahun ganjil genap terjadi gonjang ganjing di negerinya,  sang ayah yang enak2 sudah jadi presiden selama 32 tahun itu, lha kok malah dilengserken oleh rakyatnya.  Rakyat yang selama ini manut karena takut pada rezim ayahnya,  ndak tau kenapa  ujuk-ujuk  hari itu menjadi seperti mendapetken keberanian melawan presiden yang kemarin2 sangat ditakutinya itu. Atas kemauan rakyat, sampai  masa pemilihan  presiden berikutnya  sang ayah  digantiken oleh seorang teknolog handal yang sebelumnya jadi wakil daripada presiden.

Singkat cerita, di negara ini kemudian dilakuken pemilihan presiden, yang temtunya putri sulung ikut serta dengan partai baru yang hebat  dibantu pangsiyunan jendral sekaligus mantan panglima perang ayahnya. Dalem pemilihan itu, partai sang sulung kalah telak, dan yang jadi presiden malah orang dari patai lain.

Mendapetken kekalahan seperti itu, putri sulung geregetan, hati gundah gulana.  Maka kembali dia menghadep  gurunya,  Benazir Bhuto untuk mohon petunjuk sekaligus komplain karena resep yang pernah diberikannya tidaklah manjur baginya.

" Mbak Bhuto, kurang apalagi adikmu ini sehingga resep mbak yang lalu malah menyebabken daripada ayahku lengser, ser ser ser, serta aku kalah dan tidak bisa menjadi presiden daripada negeriku ",  protes  putri sulung sambil menangis tersedu sedan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun