Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisiku Ngawur

23 Maret 2022   01:04 Diperbarui: 23 Maret 2022   05:08 179 5

Puisiku Ngawur

Diiris dengan silet dicabik dengan cakar dihantam dengan batu.
Ditikam dengan pedang dihujam dengan tombak di benteurkan dengan karang.

Itulah siksa?

Dibuai dengan rindu di peluk dengan cinta di sentuh dengan cium.
Diraba dengan asa di rangkul dengan sayang di pandang dengan kasih.

Itulah nikmat?

Bagaimana jika,

Siksa dinikmati?
Nikmat tersiksa?

Kadang hidup tidak seperti apa yang dipandang.
Kadang pandangan hidup tidak seperti apa-apa.

Siksa, Nikmat, sama-sama rasa.

Diiris dengan silet Kehidupan.
Dicabik dengan cakar kekuasaan.
Dihantam dengan batu kersnya kehidupan.
Ditikam dengan pedangnya waktu.
Dihujam dengan tombak sudut pandang.
Di benturkan dengan karang keangkuhan.

Itulah lah sebuah perjalanan.

Dibuai dengan rindu harapan.
Dipeluk dengan cinta buta.
Disentuh dengan cium dusta.
Diraba dengan asa palsu.
Dirangkul dengan sayang modus.
Dipandang dengan kasih sirna.

Itulah realita perjalanan.

Aku duduk digelap yang terang.
Mereka sembunyi dterang yang gelap.

Aku diam di persimpangan.
Mereka tersesat di persimpangan.

Aku sujud dalam dosa.
Mereka dosa dalam sujud.

Mereka! Ya mereka.
Mereka yang  tak pernah megerti.

Bahwa Tuhan menolong hamba-NYa dengan caranya-Nya.
Bukan dengan cara kita!

Jangan dibaca dan dikomentari tulisan ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun