Mohon tunggu...
Komang Merthayasa
Komang Merthayasa Mohon Tunggu... -

Disini akan saya usahakan untuk menuliskan atau juga meneruskan tulisan yang berhubungan dengan implementasi ilmu Akustik terutama sekali untuk bidang Arsitektur dan Design Interior, serta hal yang berhubungan dengan Noise Control & Managemen, baik itu di Industri maupun di Lingkungan. Dan juga upaya untuk Meningkatkan Kualitas Musik Tradisional Indonesia.. dari sisi ilmu Akustik nya. Di bidang Arsitektur dan Design Interior, aplikasi Akustik berhubungan dengan perancangan akustik /'acoustic design' dan evaluasi kondisi akustik yang optimal bagi kebutuhan pemanfaatan ruangan, misalnya untuk Auditorium, perkantoran, ruang pertemuan, Conference hall, Loby hotel, Hotel room, Ballroom, Atrium, home-theatre Multi-purpose Hall, ruang/gedung ibadah, class room, sport hall, stadium, Studio rekaman dan Concert Hall. Di Industri dan lingkungan, diperlukan pengendalian bising / Noise Control dan juga Noise Management, yang bermanfaat untuk menjamin bahwa noise yang dihasilkan oleh operasional industri tidak menyebabkan terjadinya gangguan dan berkurangnya kemampuan pendengaran bagi para pekerja dan juga masyarakat di sekitarnya. Pemahaman atas bahaya yang diakibatkan oleh Noise dan juga langkah2 penanggulangannya perlu untuk dipahami dan disosialisasikan secara luas ke masyarakat. Jika anda memiliki pertanyaan, permasalahan dan juga usulan dan saran tentang hal-hal diatas, silahkan dan saya mohonkan untuk menuliskannya pada kolom komentar. Atau hubungi saya di komang.merthayasa@gmail.com atau via HP saya : 0815 721 25777 Atas kunjungan dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.. -)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kualitas Akustik Musik Tradisional Indonesia (3)

1 Maret 2009   12:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:18 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Untuk melaksanakan program tersebut, dengan memanfaatkan hasil dari penelitian awal yang sudah berhasil diselesaikan dan juga yang sedang dilaksanakan, maka perlu dilakukan sosialisasi dan meningkatkan ‘linkage’ ke seluruh ‘stake holder’ dari seni musik Tradisional Indonesia ini. Dengan memanfaatkan berbagai media, dari media cetak/koran sampai ke internet, dan juga melalui presentasi di seminar-seminar, kongres maupun saresehan, maka pemahaman atas diperlukannya ‘perhatian-attention’ yang memadai bagi peningkatan kualitas musik tradisional ini dapat dilakukan. Hal ini perlu dilakukan mengingat banyaknya ‘salah kaprah’ yang terjadi di dalam pelaksanaan seni pertunjukan musik tradisional ini. ‘Salah kaprah’ yang terjadi disebabkan karena adanya pemahaman yang keliru atas pemanfaatan teknologi sistem tata suara dan juga belum membudayanya ‘konsentrasi perhatian’ ketika mendengarkan pertunjukan seni musik tradisional. Disamping itu, kondisi pelaksanaan pertunjukan seni musik tradisional inipun tidak terlepas dari adanya berbagai macam gangguan yang menyebabkan ‘konsentrasi perhatian dan mendengarkan’ musik tradisional ini tidak dapat tercapai secara optimal.
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi sumber daya manusia yang memiliki pemahaman yang memadai di bidangnya masing-masing, yang dapat diajak bekerjasama di dalam upaya peningkatan kualitas musik tradisional ini. Berbagai kepakaran diperlukan dan dapat berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga budaya kualitas seni musik tradisional ini dapat berkembang dengan pesat. ‘Best practices’ dari bangsa Jepang yang secara konsisten dan berkelanjutan dapat meningkatkan kualitas seni musik tradisionalnya, dapat dijadikan sebagai sarana ‘benchmarking’ untuk menuntun pelaksanaan program ini. Keterlibatan berbagai jenis teknologi mutakhir dari teknologi yang paling dasar sampai kepada teknologi ‘signal processing’ dan simulasi komputer mutakhir, perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan ketelitian, efisiensi dan efektivitas dari aktivitas-aktivitas pelaksanaan program ini. Disamping itu, pelaksanaan kegiatan juga perlu didasari dengan paradigma transparansi, terlacak dan teraudit, agar dapat menghilangkan berbagai macam kendala yang bersifat subjektif dan sektoral.
Aktivitas selanjutnya adalah melakukan identifikasi kebutuhan dan manfaat dari masing-masing daerah atas potensinya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas keunikan dan kekhasan dari budaya daerahnya masing-masing jika dikaitkan dengan seni musik tradisionalnya. Hal ini perlu dilakukan mengingat dengan diimplementasikannya otonomi daerah maka potensi keuangan dan penerapan skala prioritas dari masing-masing daerah tentunya akan berbeda-beda. Dari sisi potensi seni musik tradisionalnya, maka secara makro mungkin dapat dikatakan bahwa daerah Jakarta, Bali, DIY, Jawa Tengah (Solo), Jawa Barat dan Sumatera Barat memiliki potensi pengembangan dan peningkatan kualitas musik tradisionalnya yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dari adanya tuntutan dan perkembangan aktivitas dari para seniman dan budayawan pendukung seni musik itu sendiri, disamping karena tuntutan identitas daerahnya sendiri. Meskipun diperlukan ‘feasibility study’ yang lebih mendalam dan juga teliti dari semua aspek, kebutuhan akan sarana Gedung Konser di daerah-daerah tersebut dapat dikatakan sangat ‘urgen’ dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai salah satu acuan akan keberhasilan dari program peningkatan kualitas musik tradisional ini. Bagi daerah lainnya, tuntutannya mungkin tidak perlu sampai merancang Gedung Konser namun melakukan renovasi dan revitalisasi terhadap Gedung kesenian yang dimilikinya sehingga secara akustik cukup memadai bagi pagelaran seni musik tradisional daerahnya. Sebagai contoh, saat ini proses perancangan renovasi Gedung Sultan Suriansyah di Banjarmasin sedang dilakukan, yang ditujukan untuk meningkatkan ‘perhatian’ masyarakatnya terhadap budaya seni pertunjukan di daerah tersebut. Sampai saat, banyak gedung kesenian diberbagai daerah yang dibangun tanpa disertai konsep perancangan akustika arsitektur yang memadai, sehingga hampir semua pertunjukan seni musik dan tari di Gedung Kesenian tersebut tidak mampu meningkatkan ‘perhatian’ dan ‘ketertarikan’ masyarakat untuk memberikan apresiasinya.
Kemudian perlu dilakukan ‘survey’ lapangan berkaitan dengan pengujian/penelitian fisika dari seluruh komponen penunjang seni musik Tradisional ini, meliputi sarana peralatannya, lingkungan ‘venue’ tempat latihan dan juga presentasinya (misalnya keberadaan Gedung Kesenian, pendopo, bale banjar, atau ampitheatre misalnya), termasuk juga pengujian baik psiko-akustik maupun physio-akustik yang melibatkan para subjek di lingkungan masyarakatnya. Pengujian in-situ bagi presentasi alami dari musik tradisional ini secara umum dapat dianggap lebih murah dari sisi finansial dibandingkan dengan mendatangkan para seniman tersebut ke pusat penelitian. Pada sisi aktivitas ini, keterlibatan perguruan tinggi yang berada di daerah tersebut sangat diperlukan, demikian juga dari jajaran pemerintah daerahnya. Keterlibatan perguruan tinggi dan jajaran pemerintah daerah juga diperlukan untuk melaksanakan ‘feasibility study’ dari berbagai aspek tentang potensi pengembangan dan peningkatan kualitas seni ini serta prospek pembangunan sarana (bangunan dan sarana pendukungnya) dan prasarana (kebijakan dan rencana pengembangan jangka panjangnya). Sementara itu di perguruan tinggi perlu dikembangkan dan juga difasilitasi secara serious dan konsisten pembentukan unit kesenian daerah yang merupakan sarana berkreasi dan berinovasi bagi para mahasiswa/I, sebagai salah satu bentuk pengembangan identitas institusi dan juga daerahnya. Untuk dapat meningkatkan ‘prideness’ dan ‘confidency’ para mahasiswa yang terlibat di bidang seni musik tradisional ini, maka bagi institusi terkait di tingkat pusat perlu untuk menyelenggarakan festival musik tradisional bagi unit kesenian dari berbagai perguruan tinggi. Dengan adanya berbagai penghargaan riil dari pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun daerah, maka lambat laun tingkat ‘prideness’ dan ‘confidency’ dari masyarakat umum akan lebih meningkat lagi, sehingga ‘perhatian’ mereka atas warisan adi luhung nenek moyang mereka akan lebih meningkat lagi.
Setelah dilakukannya ‘survey in situ’, maka seluruh data kemudian diolah dan juga disimulasikan di dalam laboratorium, sebagai upaya untuk meningkatkan keobjektifan ‘finding’ dari masing-masing jenis musik tersebut. Di Laboratorium juga perlu dilakukan pengujian dan evaluasi baik psiko- maupun phisio akustik melalui simulasi medan suara yang juga melibatkan subjek. Hasil analisa seluruh data mudian dimanfaatkan untuk menentukan kondisi medan suara optimum yang memiliki ‘preferensi’ tertinggi dari masing-masing parameter akustik medan suara itu sendiri. Selanjutnya, sebagai puncak aktivitas program ini adalah dirancangnya suatu Concert Hall yang ‘dedicated’ untuk musik tradisional Indonesia’, dengan cara menterjemahkan besaran dari masing-masing parameter akustik yang diperoleh dari penelitian ke dalam parameter yang umum digunakan pada bidang arsitektur. Jika dapat diimplementasikan secara nyata, maka secara meyakinkan akan dihasilkan suatu sarana pertunjukkan musik tradisional yang bersifat unik dan khas sehingga setiap pengunjung/penonton akan dapat merasakan dan juga menyimpulkan bahwa mereka tidak akan dapat mendengarkan musik tradisional dengan kualitas yang lebih tinggi dari yang mereka dengarkan di dalam gedung itu.
Mengingat keunikan, kekhasan dan juga tuntutan kualitas dari sarana Gedung Konser ini, disamping juga karena karakteristiknya yang berupa landmark, monumental, culture based, advanced technology, prideness, confidence dan juga civilized, disamping karena usianya yang umumnya lama dan juga biayanya yang mahal, maka sangat perlu dikembangkan suatu konsep manajemen ‘sustainability’ yang cukup rinci dan teliti, sehingga utilisasi sarana ini dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan dari prideness, confidence dan dignity bangsa seutuhnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun