Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mengubah Persepsi terhadap Bandara

26 Desember 2022   22:36 Diperbarui: 2 Januari 2023   01:45 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ruang Tunggu Bandara (foto:pixabay.com)

Ada sebuah pertanyaan yang timbul setelah melihat sebuah bandara megah namun tidak ada penerbangan yang dilakukan oleh para maskapai,  mengapa bisa terjadi demikian?

Kemudian jawaban yang.paling sering terdengar adalah masalah jarak yang jauh dengan pusat kota serta pengintegrasiannya dengan moda transportasi darat yang menghubungkan bandara dengan pusat kota.

Jawaban lainnya adalah karena maskapai "ogah" melayani penerbangan karena tingkat keterisianmya rendah.

Jadi dimana letak permasalahannya, apakah di maskapai atau bandara yang letak dan akses nya ke pusat kota terlalu rumit?

Meskipun jawaban tersebut dapat dipahami dengan catatan "wait and see" bila sudah ada pembangunan infrastrukrurnya seperti jalan ataupun rel kereta api, namun ada baiknya kita melihat dari berbagai sisi seperti pada proses perencanaan.

Jika kita masih ditahun 1980-1990 an mungkin bandara masih dikataan hanya sebagai tempat lalu lintas pesawat, penumpang dan kargo, namun bandara juga beradaptasi dengan perkembangan jaman dan tuntutan kehidupan manusia.

Jalanan macet membuat orang lebih dini berangkat dari rumahnya dan ketika tiba dibandara 2-3 jam sebelum keberangkatan, tidak banyak pilihan kegiatan yang dilakukan dibandara kecuali singgah di kedai makanan dan minuman atau duduk di ruang tunggu sambil membaca.

Bandara kini bukan lagi dalam posisinya untuk "tertinggal jaman" baik dengan perkembangan teknologi juga dengan perkembangan kehidupan para pelaku perjalanan.

Bandara perlu menyadari akibat dari perjalanan macet dan terlalu dininya penumpang di bandara, mereka memerlukan pengalihan rasa letih dan mungkin sedikit jengkel dari perjalanannya ke bandara.

Mereka butuh lebih dari sekadar secangkir kopi atau satu slice pizza serta window shopping dengan sedikit ragam pilihan produk, tidak seperi yang tersedia di mall perkotaan.

Relaksasi dibutuhkan untuk mengalihkan stess para pelaku perjalanan dengan berbagai fasilitas, apakah itu hanya sebuah taman bermain untuk anak dengan kedai mie dan kopi untuk para orang tua ataupun misalnya spa.

Mungkin jika kita melihat bandara Changi atau Kuala Lumpur, kita bisa mendapatkan gambaran bahwa kedua bandara ini sudah bisa menjawab apa yang dibutuhkan para pelaku perjalanan tersebut.

Mereka bukan lagi hanya sebagai bandara saja melainkan juga sebagai layaknya sebuah kota atau disebut dengan Airport City.

Mereka memaksminalkan pemanfaataan ruang bandara dengan menambahnya dari sekadar ruang untuk kegiatan aeronautical (penerbangan) saja tetapi juga leisure dan bisnis, commerce serta wellness, singkatnya seperti.apa yang kota tawarkan kepada penghuninya.

Mengapa tidak membangun conference atau meeting room dan hotel sehingga peserta dari luar kota tidak perlu melakukan perjalanan ke pusat kota.

Mengapa tidak membangun ruang komersial untuk outlet outlet retail yang serupa dengan di kota dengan berbagai ragam produk layaknya mall di perkotaan.

Dan bila kita ingin membuat bandara menjadi lebih besar lagi peran dan fungsinya lagi terutama untuk menggerakan perekonomian lokal bisa membangun bandara sebagai Aerotropolis dengan menambah kegiatan logistik selain dari aeronautical, leisure, business dan wellness.

Namun untuk sementara ada baiknya memulai dari Airport City dulu dengan mengubah persepsi kita terhadap bandara dari sisi pelaku perjalanan.

Memang terdengar luas area bandara tersebut dan berbiaya tinggi namun beban biayanya akan lebih besar bila bandara sudah terbangun namun tidak menghasilkan pada jangka panjang.

Maskapai jelas membutuhkan keterisian kursi yang cukup dan bahkan lebih untuk menutupi biaya operasionalnya, sedangkan bandara membutuhkan maskapai untuk tetap menjalankan operasionalnya.

Oleh karenanya bandara juga masih perlu memaksimumkan kegiatan aeronauticalnya dan tidak hanya menjalankan layanan kepada maskapai yang sudah beroperasi tetapi juga mengundang maskapai lainnya.

Itu karena perluasan network dalam rute penghubung dengan kota kota lain dapat memainkan peranan penting dalam menumbuhkembangkan bandara.

Integrasi dengan moda transportasi darat memang memainkan peranan, namun walaupun sudah teratasipun, apakah kita masih akan membangun bandara hanya sebagai bandara, sedangkan perkembangan teknologi dan tuntutan manusia kian bertambah yang membutuhkan lebih dari sekadar layanan aeronautical saja.

Dan jika masalahnya masih dengan jaraknya jauh dengan pusat kota, maka bisa diubah dengan membangun Airport City atau kota bandara, karena kita tidak hanya membangun bandara saja menlainkan juga kota sebagai pusat kota yang baru.

Kita bisa melihat apa yang banyak bandara di seluruh dunia kini coba untuk lakukan, Singapore sebagai negara terdekat sudah memulainya sejak beberapa tahun yang lalu.

Oleh karenanya jika kita ingin membangun bandara yang sukses, ada baiknya memulai dengan mengubah persepsi kita terhadap bandara pada masa kekinian dan dengan melihat bagaimana pelaku perjalanan bisa merasa tidak seperti di bandara pada umumnya yang dapat dikatakan tidak "milineal".

Referensi :

  • gensler.com/blog/what-makes-a-world-class-airport
  • airport-technology.com/features/featurefuture-airport-design-hassell-architecture
  • researchgate.net/publication/350159739_The_airport_city_and_aerotropolis_Concept_and_examples

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun